PERKAWINAN MENCERMINKAN HUBUNGAN PERJANJIAN ANTARA ALLAH DAN UMAT-NYA

 (Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Pekan Biasa XIX, Jumat 12-8-11) 

Lalu datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya, “Apakah diperbolehkan orang menceraikan istrinya dengan alasan apa saja?” Jawab Yesus, “Tidakkah kamu baca bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Lagi pula Ia berfirman: Karena itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan dua lagi, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Kata mereka kepada-Nya, “Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan istrinya?” Kata Yesus kepada mereka, “Karena kekerasan hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan istrimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Siapa saja yang menceraikan istrinya, kecuali karena zina, lalu kawin dengan perempuan, ia berzina.” Murid-murid itu berkata kepada-Nya, “Jika demikian halnya hubungan antara suami dan istri, lebih baik jangan kawin.” Akan tetapi Ia berkata kepada mereka, “Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja.  Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian atas kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Surga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.” (Mat 19:3-12)

Bacaan Pertama: Yos 24:1-13; Mazmur Tanggapan: Mzm 136:1-3,16-18,21-22,24 

Yesus telah meninggalkan Galilea dan kembali ke daerah Yudea … membuat satu langkah lagi dalam menuju sengsara dan kematian-Nya. Di Galilea, Yesus telah menyatakan kuat-kuasa Allah dalam bentuk mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda heran, juga pengajaran yang jelas. Di Yudea, Dia didatangi orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang mencoba untuk menjebak-Nya. Namun demikian, Yesus terus saja melakukan perbuatan-perbuatan baik: menyembuhkan orang sakit dan memberitakan Kabar Baik tentang kasih Allah kepada umat-Nya. 

Selama Yesus dan rombongan-Nya melakukan perjalanan mereka dan memasuki Yerusalem, Ia tetap membina para murid-Nya melalui pengajaran-pengajaran sambil tentunya mengundang mereka kepada kehidupan dalam Dia (Mat 19:1-22:46). 

Dalam bacaan Injil di atas, orang-orang Farisi mencoba menggunakan masalah perceraian sebagai satu cara untuk mendiskreditkan Yesus. Bahkan pada hari ini pun kita dapat melihat bagaimana kecenderungan kita yang buruk mencoba memakai subjek-subjek kontroversial untuk menjebak pihak-pihak dengan siapa kita tidak memiliki kesepakatan. Memang hal seperti ini lebih biasa terjadi di dunia  politik, namun apabila kita melihat ke dalam batin atau hati kita sendiri, maka kita akan melihat bahwa tindakan seperti ini ada juga dalam diri kita. Tanpa Roh Kudus yang mendorong serta menjaga nurani kita, kita pun dengan mudah dapat menjadi sinis dan munafik seperti orang-orang Farisi. 

Masalah seputar perceraian seringkali menyakitkan, oleh karena itu pentinglah bagi kita untuk senantiasa mengingat bahwa niat Yesus bukanlah untuk menyebabkan rasa sakit, melainkan untuk memaparkan rencana ilahi yang jelas berkaitan dengan hubungan kemanusiaan. Yesus mengajak orang-orang Farisi itu merujuk kepada kisah penciptaan dan niat asli Allah bagi manusia, yaitu laki-laki dan perempuan (Mat 19:4-6). Dalam perkawinan, laki-laki dan perempuan dipersatukan dalam suatu hubungan perjanjian (a covenant relationship) yang akan mencerminkan hubungan perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Sayang sekali, visi ini seringkali dipengaruhi secara negatif oleh sikap mementingkan diri sendiri dan bahkan kejahatan yang tersembunyi dalam hati manusia. Upaya-upaya pribadi (berdasarkan kekuatan sendiri) saja – bagaimana pun pentingnya – tidak pernah akan mencapai cita-cita yang tinggi ini. Cintakasih dalam hidup perkawinan dan juga stabilitas perkawinan menuntut iman dan ketaatan kepada Bapa surgawi yang sungguh memiliki hasrat mendalam untuk mengubah diri kita lewat karya Kristus. 

Sebagai murid-murid (pengiku-pengikut) Yesus Kristus, marilah kita berdoa agar kita akan mampu merangkul hidup Kristus dan mengikuti jejak-Nya – di jalan kasih dan ketaatan. Allah itu mahasetia. Apa pun yang telah terjadi atas diri kita, “salah jalan” bagaimana pun yang telah kita lakukan, namun apabila kita berbalik kembali kepada-Nya, maka Dia akan mendengar doa kita dan menunjukkan kepada jalan-Nya. 

DOA: Bapa surgawi, bersihkanlah hati kami dan murnikanlah nurani kami. Lindungilah kekudusan keluarga dan tolonglah mereka yang sedang berjuang atau menderita dalam kehidupan perkawinan dan keluarga mereka. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini, silahkan anda membaca tulisan dengan judul “APA YANG TELAH DIPERSATUKAN ALLAH TIDAK BOLEH DICERAIKAN MANUSIA” (bacaan tanggal 12-8-11), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: PERMENUNGAN ALKITABIAH. 

Cilandak, 1 Agustus 2011 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS