YESUS TIDAK AKAN TINGGAL DIAM

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VII – Jumat, 24 Mei 2013)

YESUS SEORANG PEMIMPIN YANG TEGASDari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang Sungai Yordan dan orang banyak datang lagi berkerumun di sekeliling Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka lagi. Lalu datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya, “Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan istrinya?” Tetapi jawab-Nya kepada mereka, “Apa perintah Musa kepada kamu?” Jawab mereka, “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Justru karena kekerasan hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Padahal pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan dua lagi, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya lagi kepada Yesus tentang hal itu. Lalu kata-Nya kepada mereka, “Siapa saja yang menceraikan istrinya lalu kawin dengan perempuan lain, Ia berzina terhadap istrinya itu. Jika si istri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laiki lain, ia berzina.” (Mrk 10:1-12)

Bacaan Pertama: Sir 6:5-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:12,16,18,27,34-35

“Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Mrk 10:9).

Seperti bacaan Injil kemarin (Mrk 9:41-50), kata-kata Yesus dalam Injil hari ini juga terdengar begitu mutlak tanpa kompromi. Kata-kata Yesus ini juga terdengar sangat keras, teristimewa bagi kita yang telah mengalami serta melalui proses perceraian, atau apabila seorang anggota keluarga kita dan/atau seorang sahabat kita menderita karena kegagalan dalam perkawinannya. Di satu sisi, kita dapat mengatakan bahwa Yesus dapat menyembuhkan bahkan perkawinan yang paling sulit sekali pun. Di sisi lain, pengalaman mengatakan kepada kita bahwa perceraian adalah suatu realitas traumatis yang dapat meninggalkan luka mendalam dan relatif lama untuk sembuh.

Pikirkanlah tentang luka yang diderita/dirasakan oleh pasangan-pasangan yang bercerai, Suatu relasi yang diawali dengan cita-cita setinggi langit, sukacita, dan optimisme telah merosot menjadi ketidakpercayaan satu sama lain, kemarahan, penolakan, dan self-pity. Yang dahulu “satu daging” telah dirobek-robek. Bagaimana mungkin Yesus dapat duduk tanpa belas kasih menyaksikan mereka yang mengalami trauma perceraian? Yesus tidak akan tinggal diam! Allah tidak mengutus Putera-Nya ke dalam dunia untuk menghakimi/menghukum melainkan untuk menyelamatkan (Yoh 3:17). Yesus tidak ingin menghancurkan orang sekadar dengan menyatakan kesalahan mereka. Dia ingin bertemu dengan kita semua di mana saja kita berada dalam perjalanan hidup kita dan menawarkan kepada kita kesembuhan dan pemulihan.

Jika status kita (anda dan saya) adalah “bercerai”, maka kita harus menyadari bahwa Yesus tetap mengasihi diri kita … tidak sedikit pun berkurang dari sebelumnya. Dia bahkan menderita bersama kita. Renungkanlah perjumpamaan-Nya dengan perempuan Samaria di sumur Yakub di Sikhar (Yoh 4:1-42). Yesus tidak menghukum atau menuduh perempuan itu, walaupun ia telah kawin lima kali dan saat itu sedang “kumpul-kebo” dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya. Sebaliknya, Yesus menggiringnya ke dalam pertobatan, menyembuhkannya, dan mengutusnya kembali ke desanya untuk bercerita tentang Yesus kepada orang-orang lain (katakanlah: melakukan evangelisasi).

Apakah status kita menikah, bercerai atau bujangan, kita semua perlu mengenal dan mengalami penyembuhan ilahi. Allah ingin membalut luka-luka dalam setiap perkawinan dan juga luka-luka dari pribadi-pribadi yang terkena dampak dari perceraian. Ia ingin mendamaikan kita, mentransformir kita, dan menggunakan kita untuk memproklamasikan Kerajaan-Nya – apa pun yang telah perbuat di masa lampau. Marilah kita tanpa rasa takut pergi menghadap Dia, apa pun status kita. Perkenankanlah Dia memeluk kita dan sambil meletakkan tangan-Nya di atas kita Ia memberkati kita (bdk. Mrk 10:16).

DOA: Tuhan Yesus, curahkanlah rahmat-Mu atas setiap keluarga yang telah mengalami pedihnya perceraian. Sembuhkanlah mereka dan pulihkanlah pengharapan mereka. Biarlah kasih-Mu mengalir ke dalam diri kami semua dan kemudian mengalir ke luar dari diri kami kepada orang-orang yang kami jumpai, sehingga kami benar-benar menjadi saksi-saksi-Mu bagi orang-orang di sekeliling kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 10:1-12), bacalah tulisan yang berjudul “HIDUP PERKAWINAN SEBAGAI PENCERMINAN KASIH ALLAH” dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 13-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2013. Bacalah juga tulisan yang berjudul “HAL-IKHWAL PERCERAIAN” (bacaan tanggal 4-10-09) dalam blog SANG SABDA.

Cilandak, 18 Mei 2013 [Pesta/Peringatan S. Feliks dr. Cantalice, Bruder Ordo I)

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS