Posts tagged ‘PINTU YANG SEMPIT’

SIAPA YANG DISELAMATKAN

SIAPA YANG DISELAMATKAN

 (Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXI [Tahun C] – 21 Agustus 2022)

Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Lalu ada seseorang yang berkata kepada-Nya, “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetuk-ngetuk pintu sambil berkata, ‘Tuan, bukakanlah pintu bagi kami!’ dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu, ‘Aku tidak tahu dari mana kamu datang.’ Lalu kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau  telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sana akan terdapat ratapan dan kertak gigi, ketika kamu melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di  dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang pertama dan ada orang yang pertama yang akan menjadi orang yang terakhir. (Luk 13:22-30)

Bacaan Pertama: Yes 66:18-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 117:1-2; Bacaan Kedua: Ibr 12:5-7,11-13

“Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” (Luk 13:23)

Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar. Pertanyaan di atas diajukan kepada Yesus ketika Dia mengajar di salah satu tempat. Pertanyaan ini pun merupakan sebuah pertanyaan yang kita masing-masing sudah tanyakan lebih dari satu kali selagi kita merenungkan iman kita dari waktu ke waktu selama hidup kita. Memang Yesus tidak mengatakan bahwa hanya sedikit orang yang akan diselamatkan, Ia mengatakan: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat” (Luk 13:24).

Kata-kata Yesus ini memang sederhana dan seadanya: Banyak orang akan mengharapkan untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, namun mereka akan ditolak. Seseorang dapat saja bertanya: “Siapa orang-orang ini yang makan dan minum dalam kehadiran-Nya dan mendengar ajaran-Nya, namun tidak mengenal diri-Nya? Apakah aku salah seorang dari mereka?” Ketika kita berdiri di hadapan Tuhan, Ia hanya ingin mengetahui satu hal saja: Dari mana kita datang? Pandangan-Nya  akan masuk ke dalam hati kita untuk melihat apakah kita telah sampai ke pintu gerbang surga melalui perjalanan iman yang ditandai dengan kerendahan-hati (kedinaan), kasih dan ketaatan kepada-Nya; ataukah kita datang melalui suatu perjalanan yang ditandai oleh determinasi-diri sendiri, kedinginan hati dan kesombongan?

Kita tahu hati kita adalah milik Yesus apabila kita mau berjalan bersama dengan-Nya sepanjang jalan-salib-Nya menuju bukit Kalvari. “Pintu yang sempit” adalah kemauan kita untuk merangkul salib-Nya selagi Dia menyentuh hidup kita. Mengapa? Karena salib (dan termasuk di dalamnya: “mati terhadap diri sendiri”) adalah satu-satunya akses kepada Bapa surgawi. Yesus mengetahui bahwa jalan satu-satunya yang memungkinkan kita menghindari penghakiman karena dosa-dosa kita adalah dengan cara setiap hari memperkenankan Dia untuk mematikan dorongan-dorongan kedosaan di dalam diri kita. Inilah sebenarnya tujuan pembaptisan dan suatu iman yang hidup dalam Yesus.

Pintunya dapat saja sempit, namun pintu itu terbuka bagi semua orang. Panggilan kita agung, namun segala apa yang disediakan oleh Allah jauh lebih agung. Karena kasih Allah bagi kita, kita dapat melakukan apa yang tidak mungkin dilakukan secara manusiawi: Kita dapat masuk melalui pintu yang sempit itu. Allah menginginkan kita semua untuk menerima keselamatan dan masuk ke dalam rumah kita yang sejati. Pintunya senantiasa terbuka.

DOA: Allah yang kudus, aku menyembah Engkau. Engkau adalah Hakim yang adil dan Bapa yang sangat mengasihi anak-anak-Mu. Terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena oleh kuasa Roh Kudus-Mu Engkau telah membimbing diriku untuk masuk ke dalam surga melalui pintu yang sempit dalam Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatku! Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 13:22-30), bacalah tulisan yang berjudul “MARILAH KITA BERJUANG UNTUK MASUK MELALUI PINTU YANG SEMPIT ITU” (bacaan tanggal 21-8-22) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 22-08  PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2022.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2013)

Cilandak, 20 Agustus 2022 [Pw S. Bernardus, Abas Pujangga Gereja]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

BERJUANGLAH UNTUK MASUK MELALUI PINTU YANG SEMPIT ITU

BERJUANGLAH UNTUK MASUK MELALUI PINTU YANG SEMPIT ITU!

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXX – Rabu, 30 Oktober 2019)

OFMCap.: Peringatan Fakultatif B. Angelus dr Acri, Imam Biarawan

Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Lalu ada seseorang yang berkata kepada-Nya, “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetuk-ngetuk pintu sambil berkata, ‘Tuan, bukakanlah pintu bagi kami!’ dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu, ‘Aku tidak tahu dari mana kamu datang.’ Lalu kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau  telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sana akan terdapat ratapan dan kertak gigi, ketika kamu melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di  dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang pertama dan ada orang yang pertama yang akan menjadi orang yang terakhir. (Luk 13:22-30) 

Bacaan Pertama: Rm 8:26-30; Mazmur Tanggapan: Mzm 13:4-6

“Pintu sempit” yang dikatakan Yesus adalah pintu yang memimpin kepada kerahiman (belas kasih) dan kasih Allah. Sepanjang Injilnya, Lukas memberi banyak gambaran dari orang-orang yang datang kepada Yesus melalui pintu sedemikian. Perempuan berdosa yang membawa sebuah botol minyak wangi tidak mempedulikan apa yang ada dalam pikiran orang-orang yang hadir pada perjamuan makan di rumah orang Farisi. Sambil menangis dia mengambil tempat di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu (lihat Luk 7:37-50). Maria saudara perempuan dari Marta, duduk pada kaki Yesus dan mendengarkan setiap perkataan yang diucapkan-Nya (Luk 10:39), hidupnya terpusat pada Yesus.

Karena si pemungut cukai memandang dirinya sebagai seorang pendosa, maka dia berdoa mohon kerahiman Allah atas dirinya, dan dia pulang ke rumah sebagai orang yang dibenarkan (Luk 18:13-14). Ia menggantungkan diri pada belas kasih Allah dan bukan pada kebenarannya sendiri. Di jalan menuju Yerikho, seorang buta berseru kepada Yesus memohon belas kasih-Nya dan ia menolak untuk dibungkam oleh orang-orang di sekelilingnya (Luk 18:35-43). Orang buta merasa sangat membutuhkan Yesus. Akhirnya, Yesus sendiri juga mempermaklumkan: “Siapa saja yang tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya” (Luk 18:17).

Cerita-cerita ini semua menunjukkan bahwa apabila kita datang ke “pintu sempit” ini dengan rendah hati dan dengan hati yang menunjukkan adanya kebutuhan, maka di sebelah sana (sebelah dalam dari pintu) kita pun akan bertemu dengan rahmat dan kemurahan hati Bapa surgawi.

Karena pintu tersebut sempit, maka kita tidak dapat memasukinya dengan membawa kopor berukuran besar yang berisikan berbagai rencana kita sendiri berkaitan dengan disiplin-diri dan perbaikan-diri. Kita dipanggil untuk masuk dalam keadaan seperti adanya kita, artinya dengan segala kelemahan kita, tanpa membawa apa pun untuk membuktikan sesuatu kepada Bapa surgawi yang mengasihi kita. Hanya dengan begitulah maka Roh Kudus dapat menghibur kita dan membuat kita menjadi semakin menyerupai gambaran Yesus.

Setiap hari, Allah memanggil kita melalui pintu yang sempit ini, untuk lebih dalam lagi merasuk ke dalam kehidupan Kerajaan-Nya. Setiap hari, Dia memanggil kita ke dalam kehadiran-Nya sehingga dengan demikian Ia dapat memenuhi diri kita dengan Roh Kudus-Nya, yang memberikan kepada kita hasrat hati-Nya, dan memperkuat kita dengan kasih-Nya. Untuk menerima hal ini, apa yang kita butuhkan hanyalah kerendahan hati dan rasa percaya, karena mengetahui bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rm 8:28). Semoga kita masing-masing menjadi contoh hidup dari kuat-kuasa yang mengalir melalui kelemahan dan kekuatan yang yang kita alami dengan mengikuti kebijakan Yesus tentang “pintu sempit”.

DOA: Bapa surgawi, kami mendekati pintu sempit menuju takhta-Mu dengan hanya membawa hati kami. Yesus, Engkau sendiri berjalan melewati pintu sempit itu, dan Engkau ada di sana untuk memberikan kepada kami segalanya yang kami butuhkan. Roh Kudus, kami meninggalkan kesombongan kami dan rasa takut dan khawatir kami di belakang kami dan hanya menggantungkan diri kepada hidup-Mu dalam diri kami saja. Ajarlah kami, ya Roh Kasih, agar kami mengasihi Bapa surgawi sebagaimana Yesus mengasihi-Nya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 13:22-30), bacalah tulisan yang berjudul “SALAH SATU DARI KATA-KATA KERAS YESUS” (bacaan tanggal 30-10-19) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 19-10 PERMENUNGAN ALKITABIAH OKTOBER 2019.  

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2013) 

Cilandak, 28 Oktober 2019 [Pesta S. Simon dan Yudas, Rasul] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SALAH SATU DARI KATA-KATA KERAS YESUS

SALAH SATU DARI KATA-KATA KERAS YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXX – Rabu, 31 Oktober 2018)

Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Lalu ada seseorang yang berkata kepada-Nya, “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetuk-ngetuk pintu sambil berkata, ‘Tuan, bukakanlah pintu bagi kami!’ dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu, ‘Aku tidak tahu dari mana kamu datang.’ Lalu kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau  telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sana akan terdapat ratapan dan kertak gigi, ketika kamu melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di  dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang pertama dan ada orang yang pertama yang akan menjadi orang yang terakhir. (Luk 13:22-30) 

Bacaan Pertama: Ef 6:1-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 145:10-14

Tema Injil hari ini memang tidak populer karena termasuk salah satu dari “kata-kata keras Yesus” …… tidak setiap orang dapat berhasil masuk melalui pintu yang sempit itu. Terasa seakan-akan Yesus telah menetapkan standar-standar yang ketat, karena Dia bersabda: “Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat” (Luk 13:24). “Sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang pertama dan ada orang yang pertama yang akan menjadi orang yang terakhir” (Luk13:30).

Dengan kata lain, seakan Yesus mengatakan, “Bagaimana pun juga, kami para penghuni surga mempunyai standar-standar kami sendiri! Kami adalah kelompok elit, namun ke-elit-an kami bukanlah berdasarkan standar-standar dunia! Di dunia anda memandang orang menurut tinggi-rendah status sosial-ekonominya dlsb. Di sini kami memandang ukuran kebesaran hati anda, cintakasih anda, kemurahan-hati anda, kualitas karakter anda. Di dalam surga kami tidak memiliki prasangka dan praduga dunia yang memuakkan. Kami di surga akan menerima siapa saja tanpa melihat warna kulitnya, sukubangsanya, kaya-miskinnya dlsb., selama anda lulus melewati standar-standar kami yang telah kami sebutkan tadi. Di sini yang penting adalah apakah yang anda telah lakukan selama hidup di dunia: memberi makan kepada mereka yang lapar, memberi minum kepada yang haus, memberi tumpangan kepada mereka yang tidak mempunyai rumah, memberi baju kepada mereka yang telanjang, mengunjungi mereka yang sakit …… (lihat Mat 25:31-46).

Bagi para orangtua, pendidikan bagi anak-anak mereka berarti membimbing anak-anak di atas jalan yang sempit. Para orangtua harus dapat menunjukkan kepada anak-anak mereka bagaimana agar tetap dapat berjalan di jalan sempit itu sehingga dapat mencapai tujuan yang benar. Pendidikan yang  baik menentukan batas-batas, dan di dalam batas-batas ini para orangtua memberi kesempatan bagi anak-anak mereka menggunakan talenta dan energi mereka, dengan demikian dapat bertumbuh dengan keyakinan-diri. Namun di luar batas-batas yang ditentukan oleh peraturan-peraturan yang bijaksana, anak-anak kita tidak dapat melangkah lagi. Sejumlah anak kecil berkumpul di dapur sambil memukul-mukul pintu dapur, tembok, panci dan alat-alat dapur lainnya … seperti “rock-band” yang penuh hingar-bingar dan kebisingan yang menyakitkan telinga. Akhirnya salah seorang dari mereka berkata, “Saya harap Ibu akan datang dan menghentikan kita! Saya sudah tidak tahan lagi dengan kebisingan ini!” Banyak orang menyadari bahwa suasana yang membingungkan dan ribut-ribut sungguh mematikan, dan bahwa mereka sungguh membutuhkan seseorang untuk membawa keteraturan ke dalam situasi hiruk-pikuk itu.

Kita belajar banyak dari kehidupan Yesus sendiri. Yesus sangat memperhatikan dan patuh pada perintah-perintah Bapa-Nya. “Aku senantiasa melakukan kehendak Bapa-Ku.” Disiplin-diri adalah cara kita mengembangkan karakter agar mampu melalui pintu yang sempit yang memimpin kita ke dalam Kerajaan Allah. Menurut Yesus, orang-orang yang membuat diri mereka yang pertama dengan sikap sombong, “menyelak-nyelak” secara tak terkendali akan menjadi yang terakhir. Dan yang terakhir akan menjadi yang pertama dalam Kerajaan Allah.

DOA: Tuhan Yesus, perkenankanlah aku untuk berdoa seperti Engkau sendiri berdoa kepada Bapa pada saat mengalami penderitaan yang mendalam di taman Getsemani: “… jangan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi” (Luk 22:42). Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 13:22-30), bacalah tulisan yang berjudul “BERJUANG UNTUK MASUK LEWAT PINTU YANG SEMPIT” (bacaan untuk tanggal 31-10-18) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 18-10 PERMENUNGAN ALKITABIAH OKTOBER 2018. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2012) 

Cilandak, 30 Oktober 2018 [Peringatan B. Angelus dr Acri, Imam Kapusin] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

APAKAH PENGORBANAN YESUS MEMPUNYAI ARTI?

APAKAH PENGORBANAN YESUS MEMPUNYAI ARTI?

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Aloisius Gonzaga, Biarawan Yesuit – Selasa, 21 Juni 2016)

 05-sermon-on-the-mount-1800

“Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.”

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

Masuklah melalui pintu yang sempit, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sempitlah pintu dan sesaklah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Mat 7:6,12-14) 

Bacaan Pertama: 2Raj 19:9b-11,14-21,31-35a,36; Mazmur Tanggapan: Mzm 48:2-4,10-11

“Sempitlah pintu dan sesaklah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya” (Mat 7:14).

Yesus Kristus – Tuhan dan Juruselamat kita – tidak pernah berjanji bahwa kehidupan Kristiani akan mudah. Ia tidak pernah mengatakan bahwa keberadaan kita akan bebas dari masalah, bilamana kita memilih untuk mengikut Dia melalui pintu yang sempit dan jalan yang sesak. Memang kita memakluminya. Setiap hari kita menghadapi godaan-godaan yang beraneka-ragam: mengasihi atau membenci sesama kita, menolong seseorang yang memerlukan bantuan atau mengabaikannya, mentaati perintah-perintah Allah atau mengabaikan perintah-perintah itu, menjadi instrumen-instrumen perdamaian atau aktif dalam provokasi serta mendorong terjadinya perpecahan. Bahkan sebagian orang akan menghadapi pengejaran serta penganiayaan secara langsung karena telah memilih “pintu yang sempit dan jalan yang sesak” dari Kristus.

Apakah yang harus kita lakukan? Bagaimana seharusnya kita berpikir mengenai Yesus dan hidup-Nya sendiri yang telah diberikan-Nya kepada kita? Apakah pengorbanan Yesus mempunyai arti, jadi tidak sia-sia? Apabila kita harus melontarkan pertanyaan ini kepada semua generasi umat Kristiani yang mendahului kita, maka mereka akan menanggapi pertanyaan kita itu dengan suara yang nyaring dan penuh syukur: “Ya!” Banyak dari mereka telah menjalani jalan yang sesak dan bertekun melalui penderitaan-penderitaan yang jauh lebih berat dan menyakitkan daripada apa yang kita alami pada zaman modern ini.

Mengapa mereka tetap bertahan dengan penuh iman? Karena mereka tahu bahwa Yesus berjalan bersama mereka. Kenyataan yang satu inilah yang membuat perbedaan antara frustrasi tanpa harapan dan kenyamanan, antara kekalahan dan kemenangan.

Baiklah kita bersama-sama menyadari, bahwa setiap langkah yang kita ambil berarti kita berjalan bersama Yesus. Kita harus percaya bahwa Putera Allah sendiri telah membuka jalan bagi kita dan memberikan kepada kita segalanya yang kita perlukan untuk mengikuti Dia. Selagi kita berjalan di jalan yang telah dibuka oleh Allah bagi kita, maka hidup kita dapat dipenuhi dengan makna dan tujuan – hanya apabila karena kita menjadi menjadi duta-duta Yesus dan bejana-bejana Roh Kudus yang semakin dipenuhi dengan kuasa-Nya. Manakala kita mencoba untuk hidup tanpa Yesus, maka martabat dan nilai-nilai baik yang kita anut tidak akan bertambah besar, melainkan menyusut.

Yesus telah berjanji kepada semua murid-Nya di segala zaman bahwa Dia tidak akan meninggalkan mereka. Tidak pernah! Walaupun kita terlibat dalam kedosaan serius sekali, Yesus tetap berada bersama kita. Kerahiman-Nya akan meliputi diri kita, dan kekuatan-Nya akan memberdayakan kita. Oleh karena itu, marilah pada hari ini kita mengambil keputusan definitif untuk menaruh kepercayaan kepada kuat-kuasa Yesus untuk tetap mentransformasikan diri kita menjadi hamba-hamba atau pelayan-pelayan penuh kuasa dari Injil-Nya.

DOA: Tuhan Yesus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau telah berjanji untuk senantiasa ada bersamaku sampai akhir zaman. Terima kasih untuk menyerahkan hidup-Mu sendiri bagiku. Tolonglah aku agar tetap setia kepada-Mu, seperti Engkau setia kepadaku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 7:6,12-14), bacalah tulisan yang berjudul “ROH KUDUS AKAN MEMBERDAYAKAN KITA” (bacaan tanggal 21-6-16 dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-06 PERMENUNGAN ALKITABIAH JUNI 2016. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya di tahun 2012) 

Cilandak, 19 Juni 2016  [HARI MINGGU BIASA XII – TAHUN C] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MASUK MELALUI PINTU YANG SEMPIT

MASUK MELALUI PINTU YANG SEMPIT

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXX – Rabu, 29 Oktober 2014)

YESUS DI GEREJA ORTODOX SIRIAKemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Lalu ada seseorang yang berkata kepada-Nya, “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetuk-ngetuk pintu sambil berkata, ‘Tuan, bukakanlah pintu bagi kami!’ dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu, ‘Aku tidak tahu dari mana kamu datang.’ Lalu kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sana akan terdapat ratapan dan kertak gigi, ketika kamu melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang pertama dan ada orang yang pertama yang akan menjadi orang yang terakhir. (Luk 13:22-30)

Bacaan Pertama: Ef 6:1-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 145:10-14

Yesus tidak pernah “ngalor-ngidul” pada saat Ia menggambarkan penghakiman yang kita semua akan hadapi pada akhir hidup kita. Yesus menggunakan perumpamaan yang jelas guna menolong kita memahami dan mempersiapkan diri untuk peristiwa sangat penting itu. Manakala kita membaca dan mencoba merenungkan tentang ditutupnya “pintu yang sempit” pada hari penghakiman, maka mudahlah bagi kita untuk membayangkan perasaan takut yang menimpa seorang pribadi ketika mendengar Yesus berkata: “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!” (Luk 13:27). Yesus berkata bahwa ada orang-orang yang sebenarnya akan mendengar kata-kata-Nya yang “keras” tersebut dan menjadi terkejut karena mereka sebenarnya sudah mengenal diri-Nya dan ajaran-ajaran-Nya (Luk 13:26).

Yesus tidak memoles Injil-Nya agar terasa manis seperti sepotong kembang gula. Dia juga tidak menakut-nakuti para pendengar-Nya dengan konsekuensi-konsekuensi yang menyeramkan, kecuali bagi mereka yang tidak mempedulikan perintah-perintah-Nya. Orang-orang yang menerima sabda-Nya dalam hati mereka akan mengalami keselamatan dari diri-Nya. Oleh karena itu, “Surat kepada orang Ibrani” mengatakan: “… kita harus lebih teliti memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus” (Ibr 2:1). Tanggapan kita haruslah seperti yang diungkapkan oleh pada pendengar khotbah Petrus pada hari Pentakosta Kristiani yang pertama: “Apa yang harus kami perbuat, Saudara-Saudara?” (Kis 2:37).

Pertama-tama kita harus merasa pasti dalam hati kita bahwa kita telah sungguh “masuk melalui pintu yang sempit”. Tanpa memperkenankan perasaan “harga diri” mengganggu analisis kita, kita perlu memohon kepada Roh Kudus untuk menunjukkan kepada kita kondisi sesungguhnya diri kita di hadapan Allah. Sekali kita telah mengakui beratnya dosa kita dan kedalaman kebutuhan kita akan Yesus, maka kita dapat dengan aman menaruh pengharapan kita dalam Dia, “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan supaya dunia diselamatkan melalui Dia” (Yoh 3:17).

Setelah masuk melalui pintu sempit iman kepada/dalam Kristus, maka kita pun akan aman berada dalam benteng pertahanan Allah, seperti dikatakan Yesus, “Siapa saja yang percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; siapa saja yang tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah” (Yoh 3:18). Dengan percaya kepada-Nya, kita tidak perlu lagi merasa takut akan hari di mana sang pemilik rumah akan menutup pintunya agar kita tidak dapat masuk. Mengapa? Karena kita sudah berada di dalam rumah itu!

Jadi, tujuan kita bukanlah untuk masuk ke dalam rumah, melainkan untuk tetap berada di dalam rumah. Iblis sangat berkemungkinan akan menyerang kita – dengan rasa ragu-ragu, rasa takut, penolakan, rasa kecil-minder, menjadi objek berbagai dakwaan dan banyak lagi. Iblis mungkin mencoba membujuk serta meyakinkan kita bahwa kita masih berada di luar rumah dan merasa kedinginan. Kekuasaan dan kenikmatan duniawi juga tetap dapat menumpulkan hasrat kita akan kehidupan yang ditawarkan oleh Yesus. Jadi, kita harus mengandalkan diri pada jati diri kita sebagai seorang Kristiani sejati untuk dapat berdiri teguh dalam iman! Jika kita berdiam dalam Kristus, kita tidak perlu merasa takut. Santo Yohanes Penginjil menulis: “Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: Iman kita” (1Yoh 5:4).

DOA: Tuhan Yesus, Engkau mengatakan bahwa Engkau selalu melakukan kehendak Bapa surgawi. Kami percaya, bahwa kami membutuhkan disiplin-diri guna mengembangkan karakter kami sebagai murid-murid-Mu yang sejati, agar dengan demikian kami pun mampu masuk melalui pintu yang sempit yang akan membawa kami ke dalam Kerajaan Allah. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 13:22-30), bacalah tulisan yang berjudul “MELALUI PINTU YANG SEMPIT” (bacaan tanggal 29-10-14) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 14-10 PERMENUNGAN ALKITABIAH OKTOBER 2014.

Cilandak, 27 Oktober 2014

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MELALUI PINTU YANG SEMPIT

MELALUI PINTU YANG SEMPIT

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXX – Rabu, 30 Oktober 2013)

Keluarga Kapusin: Peringatan B. Angelus dr Acri, Imam Biarawan

NARROW GATE - 01

Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Lalu ada seseorang yang berkata kepada-Nya, “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetuk-ngetuk pintu sambil berkata, ‘Tuan, bukakanlah pintu bagi kami!’ dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu, ‘Aku tidak tahu dari mana kamu datang.’ Lalu kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sana akan terdapat ratapan dan kertak gigi, ketika kamu melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang pertama dan ada orang yang pertama yang akan menjadi orang yang terakhir. (Luk 13:22-30)

Bacaan Pertama: Rm 8:26-30; Mazmur Tanggapan: Mzm 13:4-6

“Pintu sempit” yang dikatakan Yesus adalah pintu yang memimpin kepada kerahiman (belas kasih) dan kasih Allah. Sepanjang Injilnya, Lukas memberi banyak gambaran dari orang-orang yang datang kepada Yesus melalui pintu sedemikian. Perempuan berdosa yang membawa sebuah botol minyak wangi tidak mempedulikan apa yang ada dalam pikiran orang-orang yang hadir pada perjamuan makan di rumah orang Farisi. Sambil menangis dia mengambil tempat di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu (lihat Luk 7:37-50). Maria saudara perempuan dari Marta, duduk pada kaki Yesus dan mendengarkan setiap perkataan yang diucapkan-Nya (Luk 10:39), hidupnya terpusat pada Yesus.

Karena si pemungut cukai memandang dirinya sebagai seorang pendosa, maka dia berdoa mohon kerahiman Allah atas dirinya, dan dia pulang ke rumah sebagai orang yang dibenarkan (Luk 18:13-14). Ia menggantungkan diri pada belas kasih Allah dan bukan pada kebenarannya sendiri. Di jalan menuju Yerikho, seorang buta berseru kepada Yesus memohon belas kasih-Nya dan ia menolak untuk dibungkam oleh orang-orang di sekelilingnya (Luk 18:35-43). Orang buta merasa sangat membutuhkan Yesus. Akhirnya, Yesus sendiri juga mempermaklumkan: “Siapa saja yang tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya” (Luk 18:17).

Cerita-cerita ini semua menunjukkan bahwa apabila kita datang ke “pintu sempit” ini dengan rendah hati dan dengan hati yang menunjukkan adanya kebutuhan, maka di sebelah sana (sebelah dalam dari pintu) kita pun akan bertemu dengan rahmat dan kemurahan hati Bapa surgawi.

YESUS KRISTUS - 0000Karena pintu tersebut sempit, maka kita tidak dapat memasukinya dengan membawa kopor berukuran besar yang berisikan berbagai rencana kita sendiri berkaitan dengan disiplin-diri dan perbaikan-diri. Kita dipanggil untuk masuk dalam keadaan seperti adanya kita, artinya dengan segala kelemahan kita, tanpa membawa apa pun untuk membuktikan sesuatu kepada Bapa surgawi yang mengasihi kita. Hanya dengan begitulah maka Roh Kudus dapat menghibur kita dan membuat kita menjadi semakin menyerupai gambaran Yesus.

Setiap hari, Allah memanggil kita melalui pintu yang sempit ini, untuk lebih dalam lagi merasuk ke dalam kehidupan Kerajaan-Nya. Setiap hari, Dia memanggil kita ke dalam kehadiran-Nya sehingga dengan demikian Ia dapat memenuhi diri kita dengan Roh Kudus-Nya, yang memberikan kepada kita hasrat hati-Nya, dan memperkuat kita dengan kasih-Nya. Untuk menerima hal ini, apa yang kita butuhkan hanyalah kerendahan hati dan rasa percaya, karena mengetahui bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rm 8:28). Semoga kita masing-masing menjadi contoh hidup dari kuat-kuasa yang mengalir melalui kelemahan dan kekuatan yang yang kita alami dengan mengikuti kebijakan Yesus tentang “pintu sempit”.

DOA: Bapa surgawi, kami mendekati pintu sempit menuju takhta-Mu dengan hanya membawa hati kami. Yesus, Engkau sendiri berjalan melewati pintu sempit itu, dan Engkau ada di sana untuk memberikan kepada kami segalanya yang kami butuhkan. Roh Kudus, kami meninggalkan kesombongan kami dan rasa takut dan khawatir kami di belakang kami dan hanya menggantungkan diri kepada hidup-Mu dalam diri kami saja. Ajarlah kami, ya Roh Kasih, agar kami mengasihi Bapa surgawi sebagaimana Yesus mengasihi-Nya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Rm 8:26-30), bacalah tulisan yang berjudul “SEBAB KITA TIDAK TAHU, “BAGAIMANA SEBENARNYA HARUS BERDOA” (bacaan tanggal 30-10-13) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 13-10 PERMENUNGAN ALKITABIAH OKTOBER 2013.

Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 13:22-30), bacalah juga tulisan yang berjudul “BERJUANGLAH UNTUK MASUK MELALUI PINTU YANG SEMPIT” (bacaan tanggal 26-10-11) dalam situs/blog PAX ET BONUM, dan “PINTU YANG SEMPIT” (bacaan tanggal 31-10-12) dalam situs/blog SANG SABDA.

Cilandak, 18 Oktober 2013 [Pesta S. Lukas, Penulis Injil]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SIAPAKAH YANG DISELAMATKAN?

SIAPAKAH YANG DISELAMATKAN?

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXI [Tahun C] – 25 Agustus 2013)

MARIA DAN YOHANES DI KAKI SALIB YESUSKemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Lalu ada seseorang yang berkata kepada-Nya, “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetuk-ngetuk pintu sambil berkata, ‘Tuan, bukakanlah pintu bagi kami!’ dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu, ‘Aku tidak tahu dari mana kamu datang.’ Lalu kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sana akan terdapat ratapan dan kertak gigi, ketika kamu melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang pertama dan ada orang yang pertama yang akan menjadi orang yang terakhir. (Luk 13:22-30)

Bacaan Pertama: Yes 66:18-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 117:1-2; Bacaan Kedua: Ibr 13:22-30

“Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” (Luk 13:23).

Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar. Pertanyaan di atas diajukan kepada Yesus ketika Dia mengajar di salah satu tempat. Pertanyaan ini pun merupakan sebuah pertanyaan yang kita masing-masing sudah tanyakan lebih dari satu kali selagi kita merenungkan iman kita dari waktu ke waktu selama hidup kita. Memang Yesus tidak mengatakan bahwa hanya sedikit orang yang akan diselamatkan, Ia mengatakan: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat” (Luk 13:24).

KEMURIDAN - SIAPA YANG MAU MENJADI MURIDKUKata-kata Yesus ini memang sederhana dan seadanya: Banyak orang akan mengharapkan untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, namun mereka akan ditolak. Seseorang dapat saja bertanya: “Siapa orang-orang ini yang makan dan minum dalam kehadiran-Nya dan mendengar ajaran-Nya, namun tidak mengenal diri-Nya? Apakah aku salah seorang dari mereka?” Ketika kita berdiri di hadapan Tuhan, Ia hanya ingin mengetahui satu hal saja: Dari mana kita datang? Pandangan-Nya akan masuk ke dalam hati kita untuk melihat apakah kita telah sampai ke pintu gerbang surga melalui perjalanan iman yang ditandai dengan kerendahan-hati (kedinaan), kasih dan ketaatan kepada-Nya; ataukah kita datang melalui suatu perjalanan yang ditandai oleh determinasi-diri sendiri, kedinginan hati dan kesombongan?

Kita tahu hati kita adalah milik Yesus apabila kita mau berjalan bersama dengan-Nya sepanjang jalan-salib-Nya menuju bukit Kalvari. “Pintu yang sempit” adalah kemauan kita untuk merangkul salib-Nya selagi Dia menyentuh hidup kita. Mengapa? Karena salib (dan termasuk di dalamnya: “mati terhadap diri sendiri”) adalah satu-satunya akses kepada Bapa surgawi. Yesus mengetahui bahwa jalan satu-satunya yang memungkinkan kita menghindari penghakiman karena dosa-dosa kita adalah dengan cara setiap hari memperkenankan Dia untuk mematikan dorongan-dorongan kedosaan di dalam diri kita. Inilah sebenarnya tujuan pembaptisan dan suatu iman yang hidup dalam Yesus.

Pintunya dapat saja sempit, namun pintu itu terbuka bagi semua orang. Panggilan kita agung, namun segala apa yang disediakan oleh Allah jauh lebih agung. Karena kasih Allah bagi kita, kita dapat melakukan apa yang tidak mungkin dilakukan secara manusiawi: Kita dapat masuk melalui pintu yang sempit itu. Allah menginginkan kita semua untuk menerima keselamatan dan masuk ke dalam rumah kita yang sejati. Pintunya senantiasa terbuka.

DOA: Allah yang kudus, aku menyembah Engkau. Engkau adalah Hakim yang adil dan Bapa yang sangat mengasihi anak-anak-Mu. Terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena oleh kuasa Roh Kudus-Mu Engkau telah membimbing diriku untuk masuk ke dalam surga melalui pintu yang sempit dalam Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatku! Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 13:22-30), bacalah tulisan yang berjudul “BERJUANGLAH UNTUK MASUK MELALUI PINTU YANG SEMPIT ITU !!!” (bacaan tanggal 25-8-13) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 13-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2013.

Cilandak, 21 Agustus 2013 [Peringatan S. Leo X, Paus]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS