HARUS MENGENAKAN PAKAIAN PESTA
(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XX – Kamis, 18 Agustus 2016)
Lalu Yesus berbicara lagi dalam perumpamaan kepada mereka, “Hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh lagi hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya, hidangan telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Karena itu, pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Lalu pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai Saudara, bagaimana engkau masuk ke mari tanpa mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.
Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” (Mat 22:1-14)
Bacaan Pertama: Yeh 36:23-28; Mazmur Tanggapan: Mzm 51:12-15,18-19
Dalam kerahiman-Nya yang berlimpah, Allah telah mengundang semua orang untuk menghadiri pesta perkawinan kerajaan antara Putera-Nya dengan Gereja. Nabi Yesaya mengumumkan undangan Allah ini: “TUHAN (YHWH) semesta alam akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya” (Yes 25:6). Dalam ‘perumpamaan tentang perjamuan kawin’ hari ini, kita kembali membaca tentang suatu perjamuan kawin yang terbuka untuk semua orang, sebuah pesta di mana tidak seorang pun dikecualikan (Mat 22:1-14).
Yesus menekankan bahwa undangan Tuhan itu bukanlah sebuah undangan untuk menghadiri sebuah peristiwa yang akan dihadiri oleh kaum elit saja (jadi, bukan a high-society event). Semua orang diundang tanpa melihat status kehidupan mereka, posisi dalam masyarakat, kekayaan materi, ras, umur dst. Pencampuran kelompok-kelompok sosial merupakan suatu konsep yang radikal pada masa Yesaya, Yesus dan juga pada masa kita. Orang-orang Farisi pada masa Yesus, misalnya memandang hina para pemungut cukai dan pendosa, namun para “pendosa” ini sering diterima oleh Yesus di depan orang-orang Farisi yang memandang diri paling benar itu (Mat 9:10-12). Pada zaman modern ini, orang-orang yang terdidik dan berkecukupan dalam segi keuangan seringkali menghindar dari Injil, sementara orang-orang miskin dan wong cilik justru memeluk Injil itu dengan penuh gairah.
Dalam Sakramen Ekaristi, Allah mengundang semua orang untuk mencicipi kasih-Nya yang besar dan agung. Selagi kita berpartisipasi dalam liturgi Ekaristi, Allah meningkatkan hasrat kita dan kesiap-siagaan kita dalam menghadapi perjamuan surgawi yang akan datang. Bagaimana kita akan menanggapi undangan Allah untuk perjamuan kawin Putera-Nya? Akankah kita begitu disibukkan dengan berbagai masalah dunia sehingga tidak mudah untuk dapat menerima undangan itu dengan rendah hati? Atau akankah kita menanggapi undangan itu secara spontan dengan hati yang dipenuhi cintakasih dan rasa syukur kepada Tuhan atas karunia penyegaran-Nya dan kesempatan untuk berdiam dalam rumah-Nya sepanjang masa (Mzm 23:3,6)?
Yesus bersabda: “Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih” (Mat 22:14). Raja menolak orang yang tidak mengenakan pakaian pesta karena orang itu tidak memandang undangannya sebagai suatu kehormatan besar. Artinya, dia tidak peduli untuk “mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Ef 4:24). Sebaliknya, para tamu yang mengenakan pakaian pesta adalah orang-orang yang dapat mengenali kerahiman (belas kasihan) dan kasih Allah yang berlimpah-limpah sebagai sumber kekuatan dan pengharapan mereka satu-satunya, sehingga dengan demikian mereka sendiri dapat mengenakan baju belas-kasihan Allah ini.
Marilah kita merangkul karunia kasih Allah dan rahmat-Nya dalam Ekaristi Kudus. Dengan melakukannya sedemikian, Ia akan memampukan kita menerima dengan sepenuh hati undangan-Nya untuk bergabung dalam perayaan pesta kawin sang Anak Domba.
DOA: Bapa surgawi, tolonglah aku agar sungguh siap untuk ikut-serta dalam pesta perjamuan surgawi kelak. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu buatlah aku agar tidak ragu menanggapi undangan-Mu. Ingatkanlah aku juga agar tidak lupa mengenakan pakaian pestaku. Amin.
Catatan: Untuk memperdalam bacaan Injil hari ini (Mat 22:1-14), bacalah tulisan yang berjudul “BERPAKAIAN DARAH ANAK DOMBA” (bacaan tanggal 18-8-16) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2016.
(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya di tahun 2011)
Cilandak, 16 Agustus 2016
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS