YESUS MEMANG SEORANG PEMIMPIN YANG RADIKAL

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VIII – Selasa, 5 Maret 2019)

Lalu Petrus berkata kepada Yesus, “Kami telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” Jawab Yesus, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, setiap orang yang karena aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, atau saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, atau ibunya atau bapanya, atau anak-anaknya atau ladangnya, orang itu pada zaman ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang pertama akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang pertama.” (Mrk 10:28-31) 

Bacaan Pertama: Sir 35:1-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 50:5-8,14,23 

Bacaan Injil hari ini menunjukkan bahwa niat-niat baik saja tidak cukup. Niat-niat tersebut hanya mempunyai nilai jikalau kita mencoba untuk mengeskpresikan secara konkret niat-niat tersebut dalam kehidupan kita. Apabila hidup Kristiani yang mendasar tidak memberikan tantangan yang berat kepada kita, maka barangkali Yesus sedang memanggil kita kepada suatu bentuk kemuridan yang lebih intens. Barangkali Dia memanggil kita kepada gaya hidup yang lebih sederhana, membuat kita lebih terlibat dalam hidup doa yang aktif, lebih terlibat dalam kegiatan lingkungan, wilayah, paroki dengan cara yang lebih demonstratif; juga dalam komunitas-komunitas lainnya (kategorial) dll.; juga pelayanan yang lebih luas bagi sesama yang membutuhkan bantuan. Sebagai “kompensasi” untuk segala hal yang kita berikan dalam pelayanan kepada-Nya, Tuhan Yesus menjanjikan ganjaran yang secara kualitatif lebih besar, tidak hanya dalam kehidupan di dunia itu tetapi juga dalam kehidupan kita berikutnya.

Bacaan ini juga dapat dipandang sebagai sebuah penghiburan yang memberikan rasa lega, apabila dibandingkan dengan kata-kata Yesus yang keras (the hard sayings of Jesus) yang baru saja diucapkan-Nya kepada para pengikutnya. Yesus memang seorang radikal yang sering membuat kata-kata serta tindakan-tindakan-Nya menggoncang hati mereka yang mendengar atau melihat-Nya. Ketika orang kaya itu datang mendekati Yesus, ada rasa bangga atas dirinya sendiri karena sebagai seorang Yahudi dia selama itu telah berhasil mematuhi perintah-perintah Allah. Namun Yesus menanggapi pertanyaan orang kaya itu dengan menetapkan beberapa tuntutan yang sungguh mengagetkan bagi seluruh dunia dari abad ke abad.

Tuntutan-tuntutan Yesus yang keras ini telah “melahirkan” para anggota Gereja yang menjadi tokoh-tokoh pembaharuan penuh dedikasi seperti Santo Benediktus [480-547], Santo Dominikus [1170-1221], Santo Fransiskus dari Assisi [1181-1226], Santo Ignatius dari Loyola [1491-1556], Santa Teresa dari Avila [1515-1582], dll., juga sekian banyak anggota yang berdedikasi dari berbagai tarekat religius atau katakanlah “keluarga rohani” dalam Gereja. Para perempuan dan laki-laki kudus ini praktis mengikuti secara harafiah kata-kata yang diucapkan oleh Yesus ketika Dia menanggapi pertanyaan orang kaya itu: “Hanya satu lagi kekuranganmu: Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku” (Mrk 10:21). Ada yang mencoba “meringankan” perintah Yesus ini dengan mengatakan bahwa apa yang dikatakan Yesus ini sebenarnya hanya ditujukan kepada mereka yang dipanggil untuk melayani sebagai para rohaniwan, biarawati dan biarawan. Perintah Yesus ini bukan ditujukan kepada umat kebanyakan (kaum awam). Pandangan itu bukanlah yang dimaksudkan oleh Yesus.

Bagi Yesus, seorang murid-Nya adalah dia yang sepenuhnya melepaskan diri dari setiap hal dan setiap orang. Dalam kata-kata Yesus, seorang murid “melepaskan rumahnya, saudari dan saudaranya, ibu dan ayahnya, anak-anaknya atau harta-kekayaannya” bagi Yesus dan bagi Injil. Yesus memang seorang pemimpin yang radikal! Seorang murid Yesus yang sejati adalah seseorang yang secara total-penuh melekat pada Yesus dan Kerajaan-Nya yang baru. Orang itu harus mengistimewakan Yesus di atas segala sesuatu yang dicintai dunia. Seorang murid Yesus yang “awam” boleh-boleh saja diberkati oleh Allah dengan harta-kekayaan, kekuasaan dll. namun semua itu tidak boleh menjadi berhalanya (idola-nya). Yang boleh dan pantas serta layak dikejar-kejar dan disembah olehnya hanyalah  Tuhan saja!

Tuntutan radikal dari Yesus sungguh mengejutkan para murid-Nya, apalagi ketika Dia mengatakan: “Alangkah sukarnya orang yang banyak harta masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Mat 10:23). Yesus melanjutkan: “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Mrk 10:24-25). Para murid semakin tercengang dan berkata seorang kepada yang lain, “Jika demikian, siapakah yang akan diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata, “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab sregala sesuatu mungkin bagi Allah” (Mrk 10:26-27).

Sejarah para kudus, para anggota Gereja Kristus yang penuh dedikasi dari segala tempat dan masa, menunjukkan kepada kita bahwa Allah sungguh dapat memberi anak-anak-Nya kuat-kuasa untuk melakukan dedikasi secara total kepada-Nya.

DOA: Tuhan Yesus, Engkau telah menjanjikan para murid-Mu ganjaran sebanyak seratus kali lipat pada masa ini, masa yang akan datang dan akan menerima kehidupan kekal, apabila mereka setia dalam mengikuti jejak-Mu. Oleh Roh Kudus-Mu jagalah kami agar senantiasa menjadi murid-Mu yang patuh dan setia. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 10:28-31); bacalah tulisan yang berjudul “MEMPERSEMBAHKAN KESELURUHAN HIDUP KITA BAGI YESUS” (bacaan tanggal 5-3-19) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 19-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2019. 

Cilandak, 3 Maret 2019 [HARI MINGGU BIASA VIII – TAHUN C] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS