Posts tagged ‘ANGGUR BARU DALAM KANTONG KULIT YANG BARU’

TIDAK ADA SEORANG PUN MENUANG ANGGUR YANG BARU KE DALAM KANTONG KULIT YANG TUA

TIDAK ADA SEORANG PUN MENUANG ANGGUR YANG BARU KE DALAM KANTONG KULIT YANG TUA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa II – Senin, 15 Januari 2024)

Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus, “Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?”   Jawab Yesus kepada mereka, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sementara mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorang pun menuang anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.”  (Mrk 2:18-22)

Bacaan Pertama: 1 Sam 15:16-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 50:8-9,16bc-17,21,23

“Demikian juga tidak seorang pun menuang anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua.” (Mrk 2:22)

Sudah berapa seringkah kita (anda dan saya) mendengar petikan dari Injil Markus ini, kemudian kita berkata kepada diri kita sendiri dalam hati, “Aku harus melepaskan diri dari kantong kulit yang tua. Aku harus bertobat dan mengubah hidupku”? Tanggapan kita seperti itu baik, namun hanya memberikan kepada kita separuh dari gambaran dari apa yang dikatakan oleh Yesus. Seringkali, ketika kita membaca Kitab Suci, kita cenderung untuk fokus pada apa yang harus kita lakukan, namun ada kebenaran yang indah dalam nas Kitab Suci ini yang mengajar kita lebih banyak lagi tentang apa yang Allah ingin lakukan dalam diri kita masing-masing. Ia ingin mengisi diri kita dengan “anggur baru”! Dia ingin memberikan kepada kita suatu vitalitas baru dan energi yang baru – apabila kita mau menerimanya.

Sepanjang Kitab Suci, gambaran “anggur baru” digunakan untuk mengilustrasikan era baru yang akan muncul pada waktu Mesias dari Allah dinyatakan. Nabi Amos  mengatakan: “Sesungguhnya, waktu akan datang”, demikianlah firman TUHAN, “bahwa pembajak akan tepat menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih; gunung-gunung akan meniriskan anggur baru dan segala bukit akan kebanjiran” (Am 9:13). Berbicara dalam nama TUHAN, nabi Yoel memproklamasikan: “Sesungguhnya, Aku akan mengirim kepadamu gandum, anggur dan minyak, dan kamu akan kenyang memakannya; Aku tidak akan menyerahkan kamu lagi menjadi cela di antara bangsa-bangsa” (Yl 2:19). Akhirnya, pada Perjamuan Terakhir, Yesus memilih anggur perjamuan Paskah menjadi sakramen perjanjian baru yang akan dibuat-Nya dalam darah-Nya sendiri (lihat Luk 22:20).

“Anggur baru” yang Yesus ingin berikan kepada kita tidak hanya mengalir dari bukit-bukit dan gunung-gunung yang kita kenal sekarang. “Anggur baru” ini mengalir deras dari pintu-pintu air surgawi dengan segala kuat-kuasa Allah untuk membebaskan, menyembuhkan, dan untuk menggiring kita kepada kehadiran Allah.

Seperti juga anggur membuat gembira hati orang-orang (Za 10:7), begitu jugalah “anggur baru” dari Kristus mempunyai potensi untuk membuat kita bergembira dan berbahagia. “Anggur baru” dari Kristus dipenuhi kuat-kuasa Allah sendiri, menawarkan kepada kita kemerdekaan dan vitalitas – suatu kantong kulit yang baru. Hal ini berarti bahwa kita adalah suatu ciptaan baru – suatu kantong kulit untuk anggur yang baru. Hal ini mengatakan kepada kita bahwa kita dapat berjalan di dalam dunia ini tanpa halangan dari kantong kulit yang lama dari suatu kehidupan yang terperangkap dalam kegelapan. Jadi hal ini sungguh merupakah kabar baik.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku ingin menerima “anggur baru”-Mu. Datanglah, ya Tuhan Yesus, dan penuhilah diriku secara berlimpah. Perkenankanlah aku mencicipi dan melihat kebaikan-Mu. Terima kasih ya Tuhan Yesus, terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 2:18-22), bacalah tulisan dengan judul “HAL IKHWAL BERPUASA” (bacaan tanggal 15-1-24), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; 24-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2024.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2016)

Cilandak, 14 Januari 2024 [HARI MINGGU BIASA II – TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PUASA SEBAGAI TANDA KESEDIHAN TOTAL ATAS DOSA DAN KEGAGALAN MANUSIA

PUASA SEBAGAI TANDA KESEDIHAN TOTAL ATAS DOSA DAN KEGAGALAN MANUSIA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan Wajib S. Antonius, Abas – Senin, 17 Januari 2022)

Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus, “Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?”   Jawab Yesus kepada mereka, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sementara mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorang pun menuang anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.”  (Mrk 2:18-22)

Bacaan Pertama: 1Sam 15:16-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 50:8-9;16bc-17,21,23

Dalam bacaan Injil hari ini disinggung soal puasa, salah satu wujud praktek kehidupan beragama. Yang dipersoalkan adalah mengapa murid-murid Yesus tidak berpuasa, padahal orang-orang Farisi dan para murid Yohanes Pembaptis berpuasa? Hal ini secara tidak langsung mempersoalkan praktek kehidupan beragama para murid Yesus yang berbeda dengan praktek keagamaan yang berlaku pada umumnya.

Kehidupan para murid Yesus menampilkan sesuatu yang lain, sesuatu yang “baru”. Gambaran yang digunakan untuk melukiskan pembaharuan itu silih berganti: pertama, soal berpuasa itu sendiri; kedua, soal penambalan kain baru pada kain lama; ketiga, soal anggur baru di dalam kantong kulit yang tua.

Garis merah yang menghubungkan ketiga hal yang disebutkan di atas adalah bahwa bersama Yesus kehidupan baru merupakan suasana pesta perkawinan dan Yesus adalah sang Mempelai laki-laki. Dalam suasana seperti itu tentu saja kain baru dan anggur memiliki peranan yang penting. Dalam suasana seperti itu, memang tidak sepantasnya ada tambal-menambal atau perbuatan ceroboh seperti memasukkan air anggur baru ke dalam kantong  kulit yang tua. Harus serba baru!

Puasa yang dipersoalkan dalam bacaan Injil ini adalah tanda kesedihan total atas dosa dan kegagalan manusia. Hal itu ada waktu dan tempatnya sendiri dalam kehidupan manusia. Namun apabila KESELAMATAN hadir, maka puasa dan praktek kehidupan beragama perlu ditempatkan dalam proporsi yang tepat. Kini bersama Yesus, saat keselamatan itu telah datang. Yesus, sang Mempelai laki-laki (lihat Hos 2:18,22 Yes 54:4-6; Yeh 16:7-14,59-63) telah hadir dan merayakan saat baru. Oleh karena itu, tidak ada tempat dan waktu lagi bagi kemuraman. Pembaharuan hidup memerlukan wujud dan cara baru.  

Yesus dilukiskan sebagai seorang mempelai laki-laki. Dalam tradisi pewartaan iman, Mempelai laki-laki adalah Allah sendiri yang sangat mengasihi bangsa/umat pilihan-Nya. Yesus, sang Mempelai laki-laki mengajak manusia untuk memperbaharui diri dalam rahmat kasih itu. Pada saatnya orang diajak berpuasa, yaitu apabila sang Mempelai laki-laki tidak lagi berada di tengah-tengah mereka. Orang diajak untuk mencari Dia yang mengasihi. Itulah saat berpuasa!

Sabda Yesus tentang kain dan anggur baru keduanya menantang sikap radikal dalam pembaharuan hidup. Tambal sulam itu tidak elok dipandang mata. Menyimpan anggur baru dalam kantong kulit tua berarti menyia-nyiakan barang berharga. Tindakan ceroboh itu akan merugikan masa depan kehidupan.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah mempelai laki-laki yang telah menghantar kami untuk sampai ke Kerajaan Allah, dan dalam Engkau, Allah ada bersama dengan kami, karena Engkau adalah sang Imanuel. Semoga Roh Kudus-Mu mengajar kami untuk menghargai segala sesuatu yang baik, lama maupun baru, sehingga dengan demikian kami tidak menolak apa pun yang diberikan guna memajukan Kerajaan Allah di atas bumi dan kami pun dapat sepenuhnya merangkul hidup baru yang Kauberikan kepada kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 2:18-22), bacalah tulisan yang berjudul “PARA MURID TIDAK DAPAT BERPUASA SELAMA SANG MEMPELAI ADA BERSAMA MEREKA” (bacaan tanggal 17-1-22) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 22-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2022.

Cilandak, 16 Januari 2022 [HARI MINGGU BIASA II – TAHUN C]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

HAL IKHWAL BERPUASA

HAL IKHWAL BERPUASA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XIII – Sabtu, 7 Juli 2018)

Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata, “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada yang baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak dituang ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.” (Mat 9:14-17) 

Bacaan Pertama: Am 9:11-15; Mazmur Tanggapan: Mzm 85:11-14 

Beberapa hal yang dipraktekkan oleh Yesus tidak hanya bertentangan dengan praktek-praktek para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, melainkan juga dengan Yohanes Pembaptis dan para muridnya. Kali ini murid-murid Yohanes lah yang datang kepada Yesus dengan pertanyaan cukup rumit ini.Tanggapan Yesus terhadap pertanyaan para murid Yohanes berfokus pada tindakan berpuasa sebagai suatu tanda berkabung. Namun pertanyaan mereka bersifat lebih umum.

Hanya ada satu puasa yang ditentukan oleh Hukum tertulis, yaitu yang berkaitan dengan Hari Raya Pendamaian: “Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal 10 bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu. Karena pada hari itu harus diadakan pendamaian bagimu untuk mentahirkan kamu. Kamu akan ditahirkan dari segala dosamu di hadapan TUHAN (YHWH)” (Im 16:29-30). Akan tetapi orang-orang Yahudi saleh juga berpuasa dalam kesempatan-kesempatan lain, dan orang-orang Farisi berpuasa dua kali seminggu (Luk 18:12).

Yesus sendiri juga berpuasa di padang gurun (Luk 4:2). Akan tetapi dalam pelayanan-Nya di depan publik Yesus tidak berpuasa, kiranya karena mengisolasi diri-Nya dari orang-orang lain dapat bertentangan dengan misi-Nya yang bersifat inklusif. Biar bagaimana pun juga berpuasa sebagai pengungkapan perkabungan tidak layak dan pantas selagi Yesus – sang mempelai laki-laki – hadir. Pelayanan Yesus adalah suatu perayaan perkawinan, karena Dia datang untuk mengklaim umat sebagai mempelai-Nya. Namun akan datang saat di mana mempelai laki-laki diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Setelah kebangkitan-Nya, Gereja berpuasa sebagai ungkapan kerinduan akan kedatangan kembali sang mempelai laki-laki pada akhir zaman.

Salah satu persoalan yang dihadapi dalam setiap upaya pembaharuan dalam Gereja adalah mereka yang melihat dan bersikap terhadap usulan-usulan pembaharuan sebagai sekadar window dressing. Mereka bersedia untuk menerima upaya pembaharuan selama perubahannya tidak bersifat radikal. Hal inilah yang dikemukakan oleh Yesus dengan menggunakan gambaran “kain/baju” (baru vs tua) dan “anggur dan kantong kulit untuk anggur” (baru vs tua).

Perubahan yang dicanangkan oleh Yesus adalah perubahan yang bersifat radikal! Perubahan-Nya tidak akan mencoba untuk berkompromi dengan mencampur-baurkan hal yang “lama” dan yang “baru”. Jika dibandingkan dengan ayat padanannya dalam Injil Markus, maka versi Matius memuat suatu tambahan. Kalimat terakhir dalam ayat 17 berbunyi: “Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya”. Kalimat terakhir dalam ayat terakhir  di bacaan Injil Markus (Mrk 2:18-22) hanya berbunyi: “Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula”. Kata-kata yang digarisbawahi di atas tidak ada dalam Injil Markus (Injil tertua dan menjadi sumber dari Injil Matius). Apakah kiranya maksud Matius dengan tambahan tersebut?

Matius adalah seorang gembala umat yang sungguh menghendaki pergerakan komunitasnya ke dalam suatu kebaharuan radikal dari Yesus. Namun Matius juga menyadari bahwa unsur keYahudian dalam komunitasnya memiliki banyak kekayaan yang tidak begitu saja boleh  dibuang dalam upaya mengikuti suatu gaya hidup baru secara grosiran (bdk. Mat 13:52).

DOA: Tuhan Yesus, aku ingin mengenali dan mengalami kehadiran-Mu. Semoga puasa dan doaku menjadi saat-saat di mana keintiman dengan Engkau menjadi semakin bertumbuh selagi aku menantikan pemenuhan dari janji-janji-Mu. Semoga hidup pertobatanku dan ketaatanku terhadap perintah-perintah Allah mengalir ke luar dari sebuah hati yang dipenuhi dengan kasih-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 9:14-17), bacalah tulisan yang berjudul “ANGGUR BARU TIDAK DITUANG KE DALAM KANTONG KULIT TUA” (bacaan tanggal 7-7-18) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 18-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2018. 

Cilandak, 4 Juli 2017 [Peringatan S. Elisabet dr Portugal, Ratu, Ordo III S. Fransiskus] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ANGGUR BARU TIDAK DITUANG KE DALAM KANTONG KULIT TUA

ANGGUR BARU TIDAK DITUANG KE DALAM KANTONG KULIT TUA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XIII – Sabtu, 8 Juli 2017)

Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata, “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada yang baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak dituang ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.” (Mat 9:14-17) 

Bacaan Pertama: Kej 27:1-5,15-29; Mazmur Tanggapan: Mzm 135:1-6 

Yohanes Pembaptis dan murid-murid-Nya menjalani suatu kehidupan asketis. Ia datang ke tengah-tengah masyarakat untuk memanggil banyak orang untuk menyesali dosa-dosa mereka  dan melakukan pertobatan. Oleh karena sangatlah pantas bahwa mereka harus melakukan puasa. Akan tetapi, para murid Yohanes seakan menghadapi sebuah teka-teki mengapa para murid Yesus tidak berpuasa.

Dalam jawaban-Nya, Yesus menggunakan bahasa figuratif namun maknanya jelas. Berpuasa adalah sebuah tanda berduka-cita, kesedihan, atau pertobatan. Tentunya hal sedemikian tidak cocok atau layak pada sebuah pesta pernikahan. Sementara Yesus – sang mempelai laki-laki – bersama dengan para undangan-Nya, maka yang ada haruslah sukacita, suatu suasana penuh kebebasan dan cintakasih.

Berpuasa adalah sebuah tindakan yang baik, namun harus dilakukan secara bebas dan layak dari sudut waktu, tempat dan cara puasa itu dilaksanakan. Berpuasa tidak pernah boleh menjadi tujuan, berpuasa hanyalah sarana atau alat guna mencapai tujuan.

Yesus terus berbicara tentang keseluruhan cara hidup baru yang sedang diperkenalkan-Nya. Yesus membuat jelas bahwa Dia bukanlah sekadar menyelipkan di sana-sini ide-ide baru, interpretasi-interpretasi baru dari Hukum Lama. Yesus berkata, “Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua. … Begitu pula anggur yang baru tidak dituang ke dalam kantong kulit yang tua” (Mat 9:16,17). Dengan cara yang sama, Pesan Yesus tidak boleh kita campur-adukkan dengan Hukum Lama. Injil-Nya, Kabar Baik-Nya adalah berita atau kabar yang seluruhnya baru. Yesus ingin untuk menempatkan kita ke dalam suatu relasi dengan Allah yang seluruhnya baru, suatu relasi persahabatan dan cintakasih dan bukannya relasi yang dipenuhi dengan rasa takut.

Kita juga telah dipanggil ke dalam suatu hidup baru. Melalui pembaptisan kita dilahirkan kembali. Kiranya Allah telah memberikan kepada kita suatu semangat yang diperbaharui dalam iman kita, suatu relasi cintakasih dengan Dia. Oleh karena itu mengapa kita harus terus berpegang erat-erat pada hal-hal yang lama? Mengapa kita harus mencoba untuk merekonsiliasikan cara-cara kita yang lama – kepentingan-kepentingan diri sendiri dan bersifat duniawi – dengan panggilan Tuhan kepada hidup baru? Kita harus mati terhadap diri kita yang lama dan tidak mencoba untuk berkompromi.

DOA: Yesus Kristus, oleh kuat-kuasa Roh Kudus-Mu buatlah baptisan kami menjadi hidup. Buatlah segala sesuatu baru karena kami hidup di bawah hukum cintakasih yang Kauajarkan kepada kami para murid-Mu. Terpujilah nama-Mu, ya Yesus Kristus, sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 9:14-17), bacalah tulisan yang berjudul “MENGAPA MURID-MURID YESUS TIDAK BERPUASA?” (bacaan tanggal 8-7-17) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 17-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2017. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2014) 

Cilandak, 4 Juli 2017 [Peringatan S. Elisabet dr Portugal, Ratu, Ordo III S. Fransiskus] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

ANGGUR BARU

ANGGUR BARU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa II – Senin, 18 Januari 2016)

Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani 

jesus_the_christ_detail_bloch__93932_zoomPada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus, “Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?”   Jawab Yesus kepada mereka, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sementara mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorang pun menuang anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.”  (Mrk 2:18-22)

Bacaan Pertama: 1 Sam 15:16-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 50:8-9,16-17,21,23

“Demikian juga tidak seorang pun menuang anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua” (Mrk 2:22).

Sudah berapa seringkah kita (anda dan saya) mendengar petikan dari Injil Markus ini, kemudian kita berkata kepada diri kita sendiri dalam hati, “Aku harus melepaskan diri dari kantong kulit yang tua. Aku harus bertobat dan mengubah hidupku”? Tanggapan kita seperti itu baik, namun hanya memberikan kepada kita separuh dari gambaran dari apa yang dikatakan oleh Yesus. Seringkali, ketika kita membaca Kitab Suci, kita cenderung untuk fokus pada apa yang harus kita lakukan, namun ada kebenaran yang indah dalam nas Kitab Suci ini yang mengajar kita lebih banyak lagi tentang apa yang Allah ingin lakukan dalam diri kita masing-masing. Ia ingin mengisi diri kita dengan “anggur baru”! Dia ingin memberikan kepada kita suatu vitalitas baru dan energi yang baru – apabila kita mau menerimanya.

Sepanjang Kitab Suci, gambaran “anggur baru” digunakan untuk mengilustrasikan era baru yang akan muncul pada waktu Mesias dari Allah dinyatakan. Nabi Amos  mengatakan: “Sesungguhnya, waktu akan datang”, demikianlah firman TUHAN, “bahwa pembajak akan tepat menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih; gunung-gunung akan meniriskan anggur baru dan segala bukit akan kebanjiran” (Am 9:13). Berbicara dalam nama TUHAN, nabi Yoel memproklamasikan: “Sesungguhnya, Aku akan mengirim kepadamu gandum, anggur dan minyak, dan kamu akan kenyang memakannya; Aku tidak akan menyerahkan kamu lagi menjadi cela di antara bangsa-bangsa” (Yl 2:19). Akhirnya, pada Perjamuan Terakhir, Yesus memilih anggur perjamuan Paskah menjadi sakramen perjanjian baru yang akan dibuat-Nya dalam darah-Nya sendiri (lihat Luk 22:20).

KANTONG ANGGUR YANG BARU“Anggur baru” yang Yesus ingin berikan kepada kita tidak hanya mengalir dari bukit-bukit dan gunung-gunung yang kita kenal sekarang. “Anggur baru” ini mengalir deras dari pintu-pintu air surgawi dengan segala kuat-kuasa Allah untuk membebaskan, menyembuhkan, dan untuk menggiring kita kepada kehadiran Allah.

Seperti juga anggur membuat gembira hati orang-orang (Za 10:7), begitu jugalah “anggur baru” dari Kristus mempunyai potensi untuk membuat kita bergembira dan berbahagia. “Anggur baru” dari Kristus dipenuhi kuat-kuasa Allah sendiri, menawaran kepada kita kemerdekaan dan vitalitas – suatu kantong kulit yang baru. Hal ini berarti bahwa kita adalah suatu ciptaan baru – suatu kantong kulit untuk anggur yang baru. Hal ini mengatakan kepada kita bahwa kita dapat berjalan di dalam dunia ini tanpa halangan dari kantong kulit yang lama dari suatu kehidupan yang terperangkap dalam kegelapan. Jadi hal ini sungguh merupakah kabar baik.

DOA: Tuhan Yesus, aku ingin menerima “anggur baru”-Mu. Datanglah, ya Tuhan Yesus, dan penuhilah diriku secara berlimpah. Perkenankanlah au mencicipi dan melihat kebaikan-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 2:18-22), bacalah tulisan dengan judul “ANGGUR BARU DAN KANTONG KULIT YANG BARU” (bacaan untuk tanggal 18-1-16), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; 16-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2016. 

Cilandak, 15 Januari 2016 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS