Posts tagged ‘EVANGELISASI’

DALAM HAL MELIHAT YESUS, PILIHANNYA HANYALAH HITAM ATAU PUTIH; TIDAK ADA ABU-ABU

DALAM HAL MELIHAT YESUS, PILIHANNYA HANYALAH HITAM ATAU PUTIH; TIDAK ADA ABU-ABU

(Bacaan Injil Misa Kudus,  Hari Biasa Pekan Biasa XXII – Senin, 4 September 2023)

OFS: Pfak S. Rosa dr Viterbo, Perawan Ordo III Sekular S. Fransiskus

Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Kitab Suci. Kepada-Nya diberikan kitab Nabi Yesaya dan setelah membuka kitab itu, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”

Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka, “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Kemudian berkatalah Ia kepada mereka, “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” Kata-Nya lagi, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Lagi pula, Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Pada zaman Nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang disembuhkan selain Naaman, orang Siria itu. Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangkit, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi. (Luk 4:16-30)

Bacaan Pertama: 1Tes 4:13-17a; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1,3-5,11-13

Tentang Yesus ini tidak mungkinlah seseorang melihat-Nya dan berpandangan tentang diri-Nya secara abu-abu karena yang ada hanyalah “hitam” atau “putih”. Orang-orang dapat bereaksi terhadap Yesus dengan cintakasih dan mereka terdorong untuk mendengar lebih banyak lagi ajaran-ajaran-Nya, atau berbalik dan meninggalkan diri-Nya samasekali. Kita dapat melihat hal ini dengan jelas dalam narasi Lukas tentang Yesus yang mengunjungi sinagoga di kampung halamannya di Nazaret. Ketika Yesus mengidentifikasikan diri-Nya sebagai pemenuhan dari janji-janji mesianis dalam Kitab Yesaya, mula-mula orang-orang yang hadir senang dan membenarkan diri-Nya dan heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya (Luk 4:22). Namun sekali dia mengingatkan mereka tentang tradisi lama dan menyedihkan dari Israel di mana bangsa itu menolak nabi-nabi yang diutus Allah kepada mereka, maka mereka yang hadir pun dengan cepat melawan Dia (Luk 4:23-27). Reaksi orang-orang itu begitu keras, sehingga mereka sampai menghalau Yesus ke luar kota dan membawa-Nya ke tebing gunung untuk melemparkan-Nya dari tebing itu (Luk 4:29).

Kiranya tidak ada seorang pun mengharapkan tanggapan atau reaksi yang begitu keras terhadap seorang rabi yang berasal dari sebuah kota kecil di Galilea dari penduduk kotanya sendiri. Akan tetapi, Yesus memang jauh lebih daripada seorang rabi. Dia adalah inkarnasi dari sabda Allah sendiri, “Firman yang telah menjadi manusia” (Yoh 1:14). Kata-kata yang diucapkan-Nya dengan tajam memotong pandangan-pandangan buatan kita sendiri tentang dunia dan diri kita sendiri guna mengkonfrontir kita pada tingkat personal yang terdalam.

Pada hari ini sabda Allah seharusnya mempengaruhi kita secara lebih kuat, kecuali kalau kita berdiri jauh-jauh menjaga jarak. Apakah kita memandang Kitab Suci secara cukup serius sehingga dapat membakar hati kita? Apakah kita menyediakan waktu yang cukup setiap hari untuk “membenamkan” diri kita dalam sabda Allah agar dengan demikian sabda Allah itu dapat mengubah hati dan pikiran kita? Bahkan suatu reaksi negatif terhadap Kitab Suci (misalnya, “Tidak, aku tidak dapat menerimanya karena Kitab Suci itu terlalu radikal”) masih lebih baik daripada tidak bereaksi sama sekali, artinya suatu sikap masa bodoh. Mengapa? Karena reaksi negatif paling sedikit akan mendorong seseorang untuk bertanya lagi dan memaksanya mencari jawaban-jawaban. Dengan berjalannya waktu, dengan rahmat Allah, dia pun pada titik tertentu dalam pencariannya akan mendapatkan jawaban-jawaban yang benar.

Sering kali kita menyamakan mengikut Yesus atau menjadi murid-Nya dengan keharmonisan lengkap dan hidup yang tenang, …… “don’t worry, be happy!” Akan tetapi apabila kita melihat Yesus dan kehidupan para kudus, kita akan melihat bahwa suatu kehidupan iman seringkali ditandai oleh tantangan, bahkan friksi-friksi. Dalam hal seperti inilah kita dikuatkan, diberi hikmat dan dikoreksi lewat bacaan serta permenungan sabda Allah yang terdapat dalam Kitab Suci.

Oleh karena itu, Saudari dan Saudaraku, marilah kita terus mengakrabkan diri kita dengan sabda Allah dalam Kitab Suci, bahkan ketika isi Kitab Suci membuat diri kita tidak nyaman. Dengan begitu kita dapat meyakinkan diri kita bahwa kita bukanlah sekadar penonton-penonton, melainkan para murid yang aktif mengikuti jejak Yesus di jalan salib-Nya.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, berikanlah kepadaku telinga yang mau dan mampu mendengar dan hati yang mau dan mampu mendengarkan sabda-Mu dalam Kitab Suci, sabda kasih-Mu dan sabda-Mu yang menyemangatiku. Hadirlah, ya Tuhan Yesus, dan ajarlah aku. Terima kasih ya Yesus; terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 4:16-30), bacalah tulisan yang berjudul “KETIKA SANG RABI DARI NAZARET BERKIPRAH DI KAMPUNG ASAL-NYA SENDIRI” (bacaan tanggal 4-9-23) dalam situs/blog situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 23-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2023.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada pada tahun 2013)

Cilandak, 3 September 2023 [HARI MINGGU BIASA XXII – TAHUN A]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TIDAK ADA ALASAN BAGI KITA UNTUK MEMEGAHKAN DIRI

TIDAK ADA ALASAN BAGI KITA UNTUK MEMEGAHKAN DIRI

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta S. Fransiskus Xaverius, Imam, Pelindung Misi – Sabtu, 3 Desember 2022

SX [Serikat Misionaris S. Fransiskus Xaverius]: HR Pelindung Tarekat

BM [Kongregasi Bruder Budi Mulia]: Pelindung Provinsi

Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil! Andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang dipercayakan kepadaku. Jika demikian, apakah upahku? Upahku ialah ini: Bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak menggunakan hakku sebagai pemberita Injil. Sungguh pun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.

Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat memenangkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin menyelamatkan beberapa orang dari antara mereka. Semuanya ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian di dalamnya. (1Kor 9:16-19,22-23)

Mazmur Tanggapan: Mzm 117:1-2; Bacaan Injil: Mrk 16:15-20

“Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan injil!” (1Kor 9:16)

Cinta S. Paulus kepada Yesus Kristus diawali pada waktu dia dalam perjalanan ke Damsyik di mana dia mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus yang bangkit (Kis 9:1-9). Pada waktu itu dia masih bernama Saulus. Selama tiga hari setelah peristiwa tersebut, Paulus mengalami kebutaan. Dia tidak makan atau pun minum selagi dia – lewat doa-doanya dalam keheningan – berupaya untuk memahami apa yang telah dan sedang dikerjakan Tuhan atas dirinya. Bayangkanlah betapa berat beban dosa yang dirasakan menindih dirinya, teristimewa ketika dia mengingat dosa yang menyangkut pengejaran dan penganiayaan atas umat Kristiani yang diperintahkan olehnya dan di mana dia sendiri turut ambil bagian di dalamnya. Akan tetapi, begitu dia dibaptis, kesadaran Paulus akan kasih Allah dan kuasa Yesus yang bangkit langsung saja menggerakkan dia untuk mulai mewartakan Kabar Baik bahwa Yesus adalah Putera Allah (Kis 9:17-20). 

Pengabdian Paulus yang penuh gairah kepada Yesus memampukan dirinya menanggung kesusahan dan oposisi terhadap dirinya karena dia mewartakan Injil. Paulus akan menanggung apa saja asal dia dapat memenangkan orang-orang kepada cintakasih Kristus – cintakasih yang telah mentransformir hidupnya sendiri. Paulus dapat melihat bahwa umat di Korintus cenderung untuk melakukan segala hal dengan semangat berapi-api – meski terkadang terasa berlebihan. Mereka merasa tertarik pada pengkhotbah-pengkhotbah (pewarta-pewarta) tertentu, lalu membentuk kelompok-kelompok yang sayangnya menjadi saling bersaing satu sama lain, agar memperoleh reputasi tertinggi. Dalam entusiasme itu, mereka kehilangan “kerendahan-hati” dan “cintakasih persaudaraan”. Paulus berupaya menyatukan mereka itu kembali. 

Inilah sebabnya mengapa Paulus mengatakan kepada umat di Korintus: “Aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. …… Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin menyelamatkan beberapa orang dari antara mereka” (1Kor 9:19.22). Kemauan Paulus untuk berbagi Kabar Baik Yesus Kristus dengan siapa saja yang mau mendengarkan, sungguh mengena di jantung kesombongan dan sikap serta perilaku orang-orang Korintus yang suka terpecah-pecah dan saling bersaing secara tidak sehat. 

Cintakasihnya kepada Kristus begitu berdampak pada dirinya, sehingga memungkinkan Paulus mengatasi masalah pemisahan antara orang Yahudi dan bukan-Yahudi (Yunani; kafir), hamba dan orang merdeka, perempuan dan laki-laki, karena dia sudah mempunyai keyakinan teguh bahwa semua adalah satu dalam Kristus Yesus (lihat Gal 3:28). Bagi Paulus, satu-satunya garis pemisah adalah antara mereka yang mengenal serta mengalami kasih Allah yang dicurahkan dalam Kristus, dan mereka yang belum mendengar mengenai Sang Juruselamat atau mengalami sentuhan-Nya. Bagi Paulus, hal-hal lainnya tidak perlu dipikirkan, demikian pula seharusnya dengan sikap yang harus diambil oleh umat di Korintus dan kita yang telah membaca suratnya ini.

S. Fransiskus Xaverius. Pada hari ini Gereja (anda dan saya) merayakan pesta S. Fransiskus Xaverius [1506-1552], yang bersama-sama dengan S. Teresa dari Lisieux [1873-1897] adalah orang-orang kudus pelindung Misi. S. Fransiskus Xaverius adalah misionaris terbesar yang dikenal Gereja sejak rasul Paulus. Tidak lama setelah Ignatius dari Loyola mendirikan Serikat Yesus, Fransiskus Xaverius mengikuti jejak kawan sekamarnya, Petrus Faber, bergabung dengan Serikat Yesus. Hatinya digerakkan oleh Roh Kudus untuk bergabung karena pertanyaan penuh tantangan yang diajukan oleh S. Ignatius dari Loyola: “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” (Mat 16:26).

Kegiatan misioner S. Fransiskus Xaverius di Asia sudah diketahui dengan baik oleh banyak orang, termasuk kepulauan Maluku di Indonesiia. Oleh karena itu tidak mengherankanlah apabila nama baptis Fransiskus Xaverius juga sudah menjadi nama “pasaran” (sangat populer) di kalangan umat Katolik di Indonesia.

Sebelum sempat melakukan tugas misionernya di daratan Tiongkok, pada tanggal 21 November 1552 Fransiskus Xaverius jatuh sakit demam serta terkurung di pondok rindangnya di pantai pulau kecil San Jian. Dia dirawat oleh Antonio, seorang pelayan Cina yang beragama Katolik. Beberapa tahun kemudian, Antonio menulis sebuah laporan tentang hari-hari terakhir hidup orang kudus itu di dunia. Fransiskus meninggal dunia pada tanggal 3 Desember dan jenazahnya dikuburkan di pulau itu. Pada musim semi tahun berikutnya jenazahnya dibawa ke Malaka untuk dimakamkan di sebuah gereja Portugis di sana. Beberapa tahun kemudian sisa-sisa tubuhnya dibawa lagi ke Goa di India untuk dimakamkan di Gereja Bom Jesus

DOA: Bapa surgawi, tunjukkanlah kasih-Mu kepada kami sehingga hidup kami dapat ditransformasikan. Kami ingin menjadi seperti Paulus dan Fransiskus Xaverius, para pewarta Kabar Baik sejati yang menjadi segala-galanya bagi semua orang, sehingga kami juga dapat menunjukkan apa artinya menjadi anak-anak Allah dan pewaris Kerajaan-Mu. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 16:15-20), bacalah tulisan berjudul “AMANAT YANG DIBERIKAN SANG GURU DAN TUHAN KEPADA PARA MURID-NYA” (bacaan  tanggal 3-12-22) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 22-12 PERMENUNGAN ALKITABIAH DESEMBER 2022.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011)

 Cilandak, 2 Desember 2022 [Pfak B. Maria Angela Astorch, Biarawati OSCCap]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ANDREAS, SALAH SEORANG DARI DUA MURID YESUS YANG PERTAMA

ANDREAS, SALAH SEORANG DARI DUA MURID YESUS YANG PERTAMA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta Santo Andreas, Rasul, Rabu, 30 November 2022)

Jika engkau mengaku dengan dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka engkau akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Karena Kitab Suci berkata, “Siapa saja yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.” Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Tuhan yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang dan murah hati kepada semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab, “siapa saja yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.”

Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”

Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata, “Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?” Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Tetapi aku bertanya: Apakah mereka tidak mendengarnya? Justru mereka telah mendengarnya, “Suara mereka sampai ke seluruh dunia dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.” (Rm 10:9-18)

Mazmur Tanggapan: Mzm 19:2-5; Bacaan Injil: Mat 4:18-22

Pada hari ini kita merayakan Pesta Santo Andreas, Rasul dan saudara  dari Santo Petrus. Ia adalah salah seorang dari kedua belas rasul Kristus. Bahkan selagi masih bekerja sebagai seorang nelayan, Andreas sudah mempunyai kerinduan akan Allah. Dia bergabung sebagai salah seorang murid Yohanes Pembaptis, kemudian gurunya itu mengarahkan Andreas untuk bergabung dengan sang Guru, yaitu Yesus. Andreas menjadi dua orang murid pertama dari Yesus. Kisah bagaimana Andreas mengikuti Yesus yang dipaparkan oleh Yohanes sungguh indah (lihat Yoh 1:35-42). Bersama seorang murid lain, Andreas hanya tinggal satu hari saja dengan Yesus, namun hatinya langsung merasa mantap dan dia pun yakin bahwa Yesus adalah Kristus. Langsung saja dia menemui Simon Petrus, saudaranya, dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)”. Ia pun membawa Simon Petrus kepada Yesus (lihat Yoh 1:42).

Dari Injil Yohanes itu kita melihat, bahwa Andreas menanggapi panggilan Allah dengan penuh semangat. Dengan cepat dia men-sharing-kan kabar baik yang sudah diterimanya kepada orang-orang lain, dimulai dengan saudara laki-lakinya sendiri, Simon Petrus. Pertemuan Andreas dengan Yesus baru saja terjadi dan untuk waktu yang cukup singkat, namun kita melihat bahwa dia sudah dipenuhi dengan semangat apostolik. Hal ini terbukti setelah hari Pentakosta Kristiani yang pertama: Andreas mengabdikan hidupnya untuk mewartakan Injil kepada orang-orang yang belum pernah mendengar tentang Injil itu.

Andreas menyaksikan Yesus menyembuhkan orang-orang sakit, mengalahkan roh-roh jahat dengan kata-kata-Nya yang penuh kuasa, dan Dia juga mengampuni dosa-dosa. Dia melihat Yesus melakukan mukjizat penggandaan roti dan ikan, membangkitan Lazarus yang sudah mati beberapa hari, dan banyak lagi mukjizat dan tanda heran yang dibuat oleh-Nya. Akhirnya Andreas bertemu dengan Yesus yang sudah bangkit dari alam maut, berdiri di hadapannya – hidup oleh kuasa Roh Kudus. Roh Kudus inilah – yang setelah hari Pentakosta Kristiani yang pertama – yang membuat hatinya berkobar-kobar sehingga tidak dapat ditahan lagi. Didorong sangat oleh Roh Kudus itu, Andreas melakukan perjalanan misinya ke tempat-tempat yang jauh untuk mewartakan bahwa “Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat semua orang”. Dia melakukan pewartaan Injil di Rusia bagian selatan dan sepanjang pantai Laut Hitam dan di Byzantium (Istanbul, Turki sekarang). Seturut “Amanat Agung” (Great Commission) dari Yesus sendiri (lihat Mat 28:19-20), Santo Andreas yakin sekali bahwa apa yang telah dilakukan Yesus di Galilia, Yerusalem dan tempat-tempat lain di Israel semasa hidup-Nya, harus juga dilakukan oleh para rasul/murid-Nya di/ke seluruh dunia oleh kuasa Roh Kudus.

Andreas tahu bahwa evangelisasi bukanlah sekadar meyakinkan orang-orang tentang kebenaran berbagai proposisi teologis, melainkan juga menyatakan kemuliaan Kristus lewat tindakan penyembuhan atas orang-orang sakit, pelepasan orang-orang yang dirasuki/dipengaruhi roh-roh jahat, mengampuni musuh-musuh kita, mengasihi setiap orang dengan kasih Kristus sendiri, dlsb. Oleh karena itu marilah kita menanggapi panggilan Allah bagi kita masing-masing, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Andreas dalam hidupnya, dan marilah kita memberitakan sabda Allah kepada dunia di sekeliling kita.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, manifestasikanlah kemuliaan-Mu dalam hidupku. Aku percaya bahwa kebangkitan-Mu adalah suatu kenyataan dan Engkau pun telah memberi amanat kepadaku untuk menjadi seorang bentara Injil-Mu. Oleh Roh Kudus-Mu, berdayakanlah aku sebagaimana Engkau telah memberdayakan Santo Andreas, untuk mewartakan kepada orang-orang yang kujumpai tentang kemerdekaan sejati sebagai anak-anak Bapa surgawi yang sungguh mereka butuhkan. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari Ini (Mat 4:18-22), bacalah tulisan yang berjudul “CERITA TENTANG SANTO ANDREAS – SALAH SEORANG DARI DUA BELAS RASUL YESUS” dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 22-11 PERMENUNGAN ALKITABIAH NOVEMBER 2022.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2020)

Cilandak, 29 November 2022 [Keluarga Besar Fransiskan: Pesta Semua Orang Kudus Fransiskan]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS,

TUGAS PARA MRID ADALAH MELANJUTKAN KARYA PELAYANAN YESUS

TUGAS PARA MURID ADALAH MELANJUTKAN KARYA PELAYANAN YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa IV – Kamis, 3 Februari 2022)

Peringatan Fakultatif S. Blasius, Uskup Martir

Peringatan Fakultatif S. Ansgarius, Uskup

Ia memanggil kedua belas murid itu dan mulai mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat saja, roti pun jangan, kantong perbekalan pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas-kaki, tetapi jangan memakai dua baju. Kata-Nya selanjutnya kepada mereka, “Kalau di suatu tempat kamu masuk ke dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Kalau ada suatu tempat  yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka.” Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka. (Mrk 6:7-13)

Bacaan Pertama: 1Raj 2:1-4,10-12; Mazmur Tanggapan: 1Taw 29:10-11ab,11d-12abcd

Dari judul tulisan di atas dapat kita rasakan bahwa tugas para pengikut/murid Yesus-lah untuk melanjutkan karya pelayanan Yesus di muka bumi ini,sampai saat kedatangan-nya kembali. Oleh karena itu para murid diutus berdua-dua sebagai saudara dan saksi serta diberi kuasa untuk mengusir roh-roh jahat yang membelenggu manusia dalam penyakit atau yang membuat manusia berperilaku tidak wajar dan menakutkan. Yesus memang datang untuk membinasakan kuasa jahat ini, namun kuasa jahat itu kiranya masih membelenggu manusia sehingga harus terus menerus  dilawan. Tidak ada yang dapat mengalahkan kuasa jahat ini kecuali Allah sendiri (bdk. Mrk 3:27).

Para murid itu mampu dapat melakukan pengusiran roh-roh jahat hanya karena telah diberikan kuasa atas roh-roh jahat itu (Mrk 6:7). Akan tetapi para murid perlu mengingat bahwa mereka dapat saja ditolak dan dilawan sebagaimana dialami Yesus. Mereka tidak boleh putus-asa, namun harus berpaling kepada Guru mereka untuk melihat teladan-Nya dan meneruskan  tugas perutusan itu di tempat lain.

Karya pelayanan Yesus adalah mewartakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan, karena Kerajaan Allah hanya dapat dialami kalau orang telah bertobat. Melakukan pertobatan merupakan tuntutan dasar untuk menerima Kerajaan Allah (bdk. Mrk 1:15). Dengan demikian, melanjutkan karya pelayanan Yesus berarti pula menyerukan pertobatan.

Pengusiran roh-roh jahat bukanlah untuk pamer kuat-kuasa yang dimiliki seseorang, melainkan untuk keselamatan manusia. Keselamatan ini dimulai dengan pertobatan. Artinya dengan mengakui kuat-kuasa Yesus dan menerima Dia dalam iman. Roh-roh jahat diusir agar manusia menerima Yesus dan mengikut Dia. Juga seruan pertobatan pasti tidak  akan selalu diterima dengan sepenuh hati.

Tugas yang mulia ini harus dilaksanakan dalam sikap iman yang berserah-diri secara utuh kepada Allah. Keamanan dan kepastian hidup seorang murid yang diutus terletak pada Allah dan bukan pada barang-barang. Ketidaktergantungan pada kebutuhan duniawi membuat pikiran manusia terarah hanya pada Allah dan kemana pun seorang utusan Allah pergi, dia harus membawa damai. Dia harus selalu menghormati mereka yang menerimanya dan tidak boleh menambah bebab kehidupan mereka. (Mrk 6:10).

Apakah murid-murid zaman ini-pun diutus untuk menyembuhkan orang-orang sakit dan mengusir roh-roh jahat? Jawabnya adalah Ya! Kuasa jahat masih menguasai banyak orang pada zaman ini dan membawa penderitaan besar pada banyak sekali orang dalam bentuk ketidak-adilan, kekerasan, korupsi, sakit-penyakit dll. Mampukah orang Kristiani (murid Kristus) mengalahkan kuasa-kuasa jahat itu? Apakah yang salah dengan Gereja kita? Kita harus sadar akan panggilan luhur ini! Tuhan Yesus telah memberi kuasa kepada para murid-Nya untuk mengusir Iblis dan roh-roh jahatnya. Namun, mungkin karena kita begitu sibuk  dengan diri kita sendiri dan dengan hal-hal duniawi, kita menjadi kurang sadar bahwa kita dipanggil untuk membangun sebuah dunia baru yang bebas dari kuasa-kuasa jahat tersebut.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, kami percaya bahwa seperti Engkau mengutus ke duabelas murid-Mu dahulu untuk mewartakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan dengan segala tanda yang menyertainya, seperti pengusiran roh-roh jahat, penyembukan berbagai penyakit dlsb. Engkau melakukan hal sama kepada para murid-Mu pada segala zaman. Anugerahkanlah iman kepada kami masing-masing agar berani melakukan tugas pe;ayanan kami. Terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada_Mu, ya Tuhan dan Allah kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 6:7-13), bacalah tulisan dengan judul “KITA PUN DIUTUS OLEH YESUS SEBAGAI PARA RASUL-NYA” (bacaan tanggal 3-2-22 dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 22-02 PERMENUNGAN ALKITABIAH FEBRUARI 2022.

Cilandak, 2 Februari 2022 [Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS INGIN MENGUTUS KITA, SEPERTI DIA TELAH MENGUTUS  KETUJUH PULUH MURID-NYA DAHULU

YESUS INGIN MENGUTUS KITA, SEPERTI DIA TELAH MENGUTUS  KETUJUH PULUH MURID-NYA DAHULU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan Wajib S. Hieronimus, Imam Pujangga Gereja  – Kamis, 30 September 2021)

Setelah itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan pemilik tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau kantong perbekalan atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal padanya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu.” (Luk 10:1-12)

Bacaan Pertama: Neh 8:1-4a,5-6,7b-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:8-11

Siapakah ketujuh puluh murid yang diutus oleh Tuhan Yesus itu? Kita tidak mengetahui nama-nama mereka, pekerjaan mereka, atau kota asal mereka. Kita bahkan tak tahu berapa lama dan berapa jauh mereka telah mengikuti Yesus. Namun para anggota gereja awal ini sungguh diberdayakan oleh Roh Kudus dan dipanggil untuk memberitakan Kabar Baik. Sungguh suatu keistimewaan bahwa mereka diutus oleh Yesus dan dilengkapi dengan sabda-sabda dan kuasa-Nya, untuk menuai panenan jiwa-jiwa bagi Kerajaan Allah. Dan mereka  melakukannya: “Tuhan, setan-setan pun takluk kepada kami demi nama-Mu”  (Luk 10:17).

Seorang laki-laki yang dibesarkan di tengah keluarga petani di Amerika Serikat pernah bercerita bahwa jangka waktu antara masa panen gandum dan datangnya suhu yang sangat dingin-membeku sangatlah singkat, jadi sangat kritis. Masa ini adalah kulminasi tidak hanya dari pengharapan-pengharapan dan impian-impian keluarga mereka, melainkan juga berkaitan dengan uang, doa-doa dan cucuran keringat. Begitu tanaman gandum siap dipanen, semua anggota keluarga dikerahkan untuk menuai di ladang, dan waktu yang tersedia hanyalah beberapa pekan … sangat kritis! Oleh karena itu mereka mengorbankan banyak waktu tidur, sekolah – segalanya – guna menjamin bahwa tidak ada bulir gandum yang terbuang.

Yesus juga merasa prihatin tentang tuaian – tetapi tuaian jiwa-jiwa. Hari ini, sama seperti pada masa Yesus, tuaian tetap banyak dan para pekerja relatif tetap sedikit. Yesus ingin mengutus kita, seperti Dia telah mengutus para murid tanpa nama ini, untuk menunjukkan cinta kasih-Nya dan membangun Kerajaan-Nya. Akan tetapi, bagaimana kita dapat yakin bahwa kita mampu melakukan pekerjaan yang sama seperti yang mereka lakukan? Bukankah ini pekerjaan besar, samasekali bukan pekerjaan main-main?

Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengingatkan kita bahwa pada sakramen krisma (penguatan), orang kristiani ditandai dengan ‘meterai Roh Kudus’, yang berarti bahwa orang sepenuhnya menjadi milik Kristus, ditempatkan dalam pelayanan-Nya untuk selamanya (KGK 1296). “Liturgi menjelaskan bahwa Sakramen Penguatan menyebabkan curahan Roh Kudus dalam kelimpahan, seperti yang pernah dialami para Rasul pada hari Pentakosta” (KGK 1302). Sakramen Penguatan “menganugerahkan kepada kita kekuatan Roh Kudus …… untuk menyebarluaskan dan membela iman …… untuk mengakui nama Kristus dengan lebih berani dan tidak pernah malu karena salib” (KGK 1303). Dengan demikian, kita pun dapat melakukan apa yang telah dilakukan oleh para murid Yesus yang pertama – selama kita tetap berada dalam Yesus! Malah lebih hebat lagi (lihat Yoh 14:12).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau menjadi miskin agar supaya kami dapat menjadi kaya dalam hal-hal surgawi. Datanglah Tuhan Yesus Kristus, dan jadilah kekayaan kami dan tamu VVIP dalam hati kami masing-masing. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 10-1-12), bacalah tulisan yang berjudul “PARA MURID DIUTUS SEPERTI ANAK DOMBA KE TENGAH-TENGAH SERIGALA” (bacaan tanggal 30-9-21) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 21/09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2021.

(Tulisan ini bersumberkan pada tulisan saya pada tahun 2012)

Cilandak, 29 September 2021 [Pesta S. Mikael, Gabriel, dan Rafael, Malaikat Agung]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SANTO BARNABAS, RASUL

SANTO BARNABAS, RASUL

(Bacaan Pertama Misa Kudus, PERINGATAN WAJIB SANTO BARNABAS, RASUL – Kamis, 11 Juni 2020)

KONGREGASI FRANSISKANES SAMBAS [KFS]: HARI RAYA S. BARNABAS, RASUL – HARI JADI KONGREGASI

Tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan.

Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus.

Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus, “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.” Lalu mereka berpuasa dan berdoa dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi. (Kis 11:21b;13:1-3) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 98:2-6; Bacaan Injil: Mat 10:7-13 

“Kisah para Rasul” mencatat tentang Barnabas, bahwa dia “adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman” (Kis 11:24). Ia termasuk di antara para nabi dan pengajar dalam jemaat di Antiokhia (Kis 3:1). Adalah Roh Kudus sendiri yang menginginkan Barnabas dan Saulus dipisahkan untuk tugas pelayanan khusus yang telah ditentukan oleh-Nya bagi mereka.

Walaupun Barnabas bukan salah satu dari 12 rasul Yesus yang kita ketahui, dia senantiasa dihormati dalam Gereja sebagai seorang Rasul. Barnabas dengan tekun dan setia mentaati perintah Tuhan Yesus Kristus, yang berkata  waktu mengutus kedua belas rasul, “Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat” (Mat 7:10). Peringatan atau katakanlah pesta S. Barnabas ini telah dirayakan setiap tanggal 11 Juni, baik di Gereja Timur maupun Barat sejak abad ke-11 dsj., rupanya karena pada tanggal 11 Juni inilah jenazahnya ditemukan.

Barnabas adalah salah satu dari 72 murid yang diutus Yesus untuk melakukan evangelisasi (lihat Luk 10:1-12, 17-20, 21-24), dengan demikian dia adalah seorang anggota komunitas Kristiani perdana di Yerusalem. Namanya untuk pertama kali  disebut dalam “Kisah para Rasul” sebagai Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas artinya anak penghiburan, yaitu seorang yang baik dalam menghibur para saudara. Dia adalah seorang Lewi kelahiran Siprus. Barnabas ini menjual ladang miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki-kaki para rasul (Kis 4:36-37). Penyebutan namanya dalam Kis 4:36 menunjukkan bahwa Barnabas adalah contoh baik dari seorang murid yang menyangkal dirinya dan juga teladan kasih seturut ajaran Yesus yang merupakan karakteristik-karakteristik orang Kristiani sejati.

Barnabas kemudian memberitakan Injil Yesus Kristus di Antiokhia, sebuah kota penting dalam Kekaisaran Romawi. Barnabas memainkan peran penting dalam bab-bab awal “Kisah para Rasul” sebagai orang yang memperkenalkan Saulus (Paulus) kepada para Rasul dan kepada Gereja (Kis 9:27), Saulus yang telah tinggal di Tarsus kira-kira sepuluh tahun sebelumnya. Jadi, melalui usahanya sang pengejar umat Kristiani yang baru bertobat itu diterima oleh komunitas Kristiani. Dengan bantuan Paulus dia mengajar dalam komunitas Kristiani di Antiokhia yang baru lahir itu selama dari satu tahun. Di Antiokhia-lah para murid/pengikut Kristus untuk pertama kali disebut Kristen/Kristiani (Kis 11:26).

Karena keterbatasan ruang, maka kisah perjalanan misionernya bersama Paulus tidak banyak diceritakan di sini. Sumber-sumber kuno menceritakan bahwa sebelum tahun 61 Barnabas pergi ke Roma dan Salamina dia dilempari batu oleh orang-orang Yahudi. Di sanalah jenazahnya ditemukan pada abad kelima. Ada juga sebuah tradisi yang kurang dapat dipercaya yang mengatakan bahwa Barnabas pergi ke Alexandria, Roma dan Milan, dan menjadi uskup pertama Milan.

Barnabas memberitakan Injil Kristus melalui kata dan karya, dan membawa banyak orang kafir menjadi pengikut Kristus. Oleh rencana Allah sendiri Barnabas diasosiasikan dengan Paulus dalam sukses, dan dalam kepahitan ditolak oleh orang Yahudi di Antiokhia yang terletak di Pisidia, dan di Ikonium (Kis 13:45-46) dan mengalami penganiayaan (Kis 13:50-51; 14:19-20). Barnabas, pemimpin gereja di Antiokhia, adalah seorang pribadi yang bukan munafik. Dia melepaskan diri dari peranan kepemimpinan dan memberikannya kepada Paulus, namun terus bekerja-sama dengannya. Dalam dirinya ada campuran kebenaran apostolik dan kerendahan-hati Kristiani. Barnabas adalah model dari kejujuran dan kemurahan-hati yang menolak kepentingan sendiri dan lebih mementingkan orang lain. Dia tentunya adalah seorang kudus yang pantas untuk diteladani. Barnabas adalah seorang pribadi yang dengan sungguh-sungguh selalu memajukan orang lain lebih dari dirinya sendiri, dan dia memang tidak berkeberatan samasekali dengan kepemimpinan Paulus.

Ada sebuah “Injil palsu” yang menggunakan nama Barnabas, yang dikarang lebih dari 10 abad setelah masa hidup Yesus di dunia, sekurang-kurangnya sesudah tahun 1.300, malah kemungkinan dalam abad ke-16. Apabila anda ingin mengetahuinya secara lebih mendalam, bacalah buku tipis (26 halaman saja) yang disusun oleh Drs. B.F. Drewes & Drs. J. Slomp dengan judul: SELUK BELUK BUKU YANG DISEBUT INJIL BARNABAS, terbitan Penerbit BPK Gunung Mulia, Jakarta dan Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Adalah baik untuk mengetahui pokok-pokok ulasan dari buku ini karena “Injil Barnabas” suka dipakai oleh orang-orang yang suka menyerang umat Kristiani.

Seorang pewarta yang baik selalu taat kepada Bunda Gereja. Dia juga selalu mengakui bahwa SANG PEWARTA sesungguhnya adalah Roh Kudus sendiri, sedangkan dia sendiri adalah alat/sarana belaka. Hal ini ditunjukkan oleh Santo Barnabas yang kita peringati hari ini. Semoga semangat Santo Barnabas dan Santo Paulus juga menjiwai setiap pewarta kita.

DOA: Datanglah Roh Kudus, hadirlah selalu di dalam hati kami. Ingatkanlah kami selalu bahwa Engkaulah sebenarnya Sang Pewarta Kabar Baik Yesus Kristus, sedangkan kami hanyalah alat/sarana pewartaan tersebut. Berikanlah kepada kami juga rahmat untuk mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan kami sendiri, seperti yang telah ditunjukkan oleh Santo Barnabas yang kami peringati hari ini. Bentuklah aku agar dapat menjadi pewarta KABAR BAIK Yesus Kristus yang efektif, berani serta tetap taat kepada Gereja-Nya yang sejati. Amin.  

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kis 11:21b;13:1-3), bacalah tulisan yang berjudul “CERITA TENTANG BARNABAS, SEORANG PEWARTA KABAR BAIK YESUS KRISTUS YANG PATUT KITA TELADANI” (bacaan tanggal 11-6-20) dalam situs/blog PAX ET BONUM  http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 20-06 PERMENUNGAN ALKITABIAH JUNI 2020. 

Cilandak, 10 Juni 2020 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SANTO PAULUS DIDORONG OLEH KASIH KRISTUS

SANTO PAULUS DIDORONG OLEH KASIH KRISTUS

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Peringatan Wajib S. Augustinus, Uskup Pujangga Gereja – Rabu, 28 Agustus 2019) 

Sebab kamu masih ingat, Saudara-saudara, akan usaha dan jerih payah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. Kamulah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu yang percaya. Kamu tahu, betapa kami, seperti bapak terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.

Karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi – dan memang sungguh-sungguh demikian – sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya. (1Tes 2:9-13) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 139:7-12; Bacaan Injil: Mat 23:27-32

 

“Kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi – dan memang sungguh-sungguh demikian – sebagai firman Allah.”  (1Tes 2:13)

Apakah yang memotivasi Paulus untuk bekerja tanpa lelah mewartakan Injil? Tentunya bukan demi keuntungan pribadi bagi dirinya! Oleh karena itu, agar tidak membebani orang-orang lain, maka Paulus mendukung dirinya dan para misionaris lainnya dalam hal keuangan lewat bekerja dengan tangan-tangannya sendiri sebagai seorang pembuat tenda. Kita dapat membayangkan bagaimana Paulus berkhotbah dengan semangat yang berkobar-kobar oleh kuasa Roh Kudus dengan tangan dan jari-jari kasar karena kerja kerasnya yang dengan mudah terlihat oleh para pendengarnya.

Seandainya Paulus bekerja demi ambisi pribadi dan kemashyuran nama, sangat mungkinlah dengan cepat dia meninggalkan pekerjaan misionernya. Akan tetapi ada “sesuatu yang lebih dalam” sedang terjadi, dan itulah sebabnya mengapa pesan Paulus sangat mengesankan orang-orang di mana saja dia berkhotbah. Ada orang-orang yang menerima pewartaan Injil Paulus dengan keterbukaan hati dan pikiran, sementara ada juga orang-orang yang bereaksi keras terhadap pewartaannya. Tidak jarang Paulus harus lari dari kota yang satu dan pergi ke kota yang lain karena ancaman-ancaman riil atas dirinya.

Dengan demikian, apakah sebenarnya yang memotivasi Paulus untuk menanggung risiko ancaman terhadap hidupnya sendiri demi Injil Yesus Kristus? …… Kasih Kristus telah menangkap hatinya dan kasih ini begitu menular … tak terbendung, tak dapat dipegang untuk dirinya sendiri (lihat 2Kor 5:14; Kitab Suci Vulgata: Caritas enim Christi urget nos). Injil – bahkan  seluruh Kitab Suci – sesungguhnya adalah surat cinta Allah kepada dunia. Kitab Suci adalah Sabda hidup yang mengungkapkan belas kasih dan penyelamatan Allah yang tanpa batas. Ini adalah karunia atau anugerah yang sungguh luarbiasa. Namun demikian ada begitu banyak orang di sekeliling kita yang tidak pernah  mendengar Injil atau telah menerima penjelasan tentang Injil itu. Kita tidak pernah mengetahui bahwa mungkin saja kita merupakan saluran satu-satunya bagi mereka untuk mendengar Kabar Baik Yesus Kristus dan kasih-Nya yang menebus.

Kita adalah duta-duta Yesus Kristus (lihat 2 Kor 5:20). Kita adalah tangan-tangan-Nya dan kaki-kaki-Nya, mata-Nya dan telinga-Nya bagi dunia. Kemungkinan besar kita belum/tidak pernah belajar teologi atau ahli dalam hal-ikhwal Kitab Suci, namun kepada kita telah diberikan karunia yang luarbiasa, yaitu sabda Allah sendiri. Barangkali sepatah kata sederhana atau kesaksian sederhana atau sebuah undangan kepada orang lain untuk menghadiri pertemuan pendalaman Kitab Suci atau persekutuan doa merupakan satu-satunya yang diperlukan untuk menyulut percikan iman dalam diri orang lain.

Apa yang biasanya menahan diri kita untuk berbagi (syering) dengan orang-orang lain adalah rasa takut. Barangkali saja mereka akan merasa terganggu atau tidak menyukai testimoni kita. Doa dan kasih adalah penyembuhan Allah. Selagi kita mengasihi orang lain, maka akan timbul keinginan dalam diri kita untuk berbagi dengan mereka kasih dan sukacita yang kita miliki dalam Kristus. Kasih senantiasa mencmukan suatu jalan untuk mencapai hati dari orang yang kita kasihi.

DOA: Tuhan Yesus, aku mohon kepada-Mu agar dianugerahi sukacita dan keberanian untuk berbagi sabda-Mu dengan orang-orang lain. Amin.

Catatan: Untuk memperdalam Bacaan Injil hari ini (Mat 23:27-32), bacalah tulisan yang berjudul “CELAKALAH, HAI KAMU ORANG-ORANG MUNAFIK” (bacaan tanggal 28-8-19) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 19-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2019. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2013) 

Cilandak, 26 Agustus 2019  

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

DIBERDAYAKAN OLEH ROH KUDUS DAN DIPANGGIL UNTUK MEMBERITAKAN KABAR BAIK YESUS KRISTUS

DIBERDAYAKAN OLEH ROH KUDUS DAN DIPANGGIL UNTUK MEMBERITAKAN KABAR BAIK YESUS KRISTUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XIV [Tahun C] – 7 Juli 2019)

Setelah itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan pemilik tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau kantong perbekalan atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal padanya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu.”

Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata, “Tuhan, setan-setan pun takluk kepada kami demi nama-Mu.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Aku telah melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa atas segala kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di surga.” (Luk 10:1-12, 17-20) 

Bacaan Pertama: Yes 66:10-14c; Mazmur Tanggapan: Mzm 66:1-7,16,20; Bacaan Kedua: Gal 6:14-18; Bacaan Injil alternatif: Luk 10:1-9 

Siapakah ketujuh puluh (atau tujuh puluh dua) murid yang diutus oleh Tuhan Yesus itu? Kita tidak mengetahui nama-nama mereka, pekerjaan mereka, atau kota asal mereka. Kita bahkan tidak tahu berapa lama dan berapa jauh mereka telah mengikuti Yesus. Namun para anggota gereja awal ini sungguh diberdayakan oleh Roh Kudus dan dipanggil untuk memberitakan Kabar Baik. Sungguh suatu keistimewaan bahwa mereka diutus oleh Yesus dan dilengkapi dengan sabda-sabda dan kuasa-Nya, untuk menuai panenan jiwa-jiwa bagi Kerajaan Allah. Dan mereka  melakukannya: “Tuhan, setan-setan pun takluk kepada kami demi nama-Mu”  (Luk 10:17).

Hari ini, sama seperti pada masa Yesus, tuaian tetap banyak dan para pekerja tetap sedikit. Yesus ingin mengutus kita, seperti Dia telah mengutus para murid tanpa nama ini, untuk menunjukkan cinta kasih-Nya dan membangun Kerajaan-Nya. Akan tetapi, bagaimana kita dapat yakin bahwa kita mampu melakukan pekerjaan yang sama seperti yang mereka lakukan?

Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengingatkan kita bahwa pada sakramen krisma (penguatan), orang Kristiani ditandai dengan “meterai Roh Kudus”, yang berarti bahwa orang sepenuhnya menjadi milik Kristus, ditempatkan dalam pelayanan-Nya untuk selamanya (KGK 1296). “Liturgi menjelaskan bahwa Sakramen Penguatan menyebabkan curahan Roh Kudus dalam kelimpahan, seperti yang pernah dialami para Rasul pada hari Pentakosta” (KGK 1302). Sakramen Penguatan “menganugerahkan kepada kita kekuatan Roh Kudus …… untuk menyebarluaskan dan membela iman …… untuk mengakui nama Kristus dengan lebih berani dan tidak pernah malu karena salib” (KGK 1303). Kita dapat melakukan apa yang telah dilakukan oleh para murid Yesus yang pertama – selama kita tetap dalam Yesus! 

Setiap hari, marilah kita menanggapi panggilan-Nya dengan sikap dan tindakan yang positif. Sementara kadang-kadang barangkali kita merasa tak pantas, sebenarnya kepada kita telah diberikan kuasa dan wewenang untuk membantu Yesus membawa jiwa-jiwa ke surga. Kalau kita berdiam dalam Kristus dan taat mengikuti perintah-perintah-Nya, maka cinta kasih-Nya akan dapat dipastikan mengalir dari dalam diri kita. Baiklah kita melihat setiap hari dengan pengertian bahwa kepada kita telah diberikan suatu kesempatan untuk menjadi saksi Injil, mendoakan orang sakit dan mengusir roh-roh jahat.

DOA: Tuhan Yesus, terima kasih untuk Roh Kudus-Mu. Aku percaya bahwa Engkau telah memberikan kepadaku kuasa untuk melanjutkan karya-Mu di atas muka bumi ini. Utuslah aku sebagai seorang pekerja tuaian-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 10:1-12,17-20), bacalah tulisan yang berjudul “FOKUS, FOKUS, FOKUS !!!” (bacaan tanggal 7-7-19) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 19-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2019. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2010) 

Cilandak, 3 Juli 2013 [Pesta Santo Tomas, Rasul] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KETIKA PAULUS MENYAMPAIKAN PESAN SENTRAL DARI INJIL

KETIKA PAULUS MENYAMPAIKAN PESAN SENTRAL DARI INJIL

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Paskah – Jumat, 17 Mei 2019)

Keluarga Besar Fransiskan: Peringatan S. Paskalis Baylon, Biarawan (Bruder)

Hai Saudara-saudaraku, kamu yang termasuk keturunan Abraham dan juga kamu yang takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kita. Penduduk Yerusalem dan pemimpin-peimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat. Meskipun mereka tidak menemukan sesuatu yang dapat menjadi alasan untuk hukuman mati itu, namu mereka telah meminta kepada Pilatus supaya Ia dibunuh. Setelah mereka menggenapi segala sesuatu yang tertulis tentang Dia, mereka menurunkan dia dari kayu salib, lalu membaringkan-Nya di dalam kubur. Tetapi Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Selama beberapa waktu Ia menampakkan diri kepada mereka yang mengikuti Dia dari Galilea ke Yerusalem. Merekalah yang sekarang menjadi saksi-saksi-Nya bagi umat ini. Kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang tertulis dalam mazmur kedua: Engkaulah Anak-Ku! Aku telah menjadi Bapa-Mu pada hari ini. (Kis 13:26-33) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 2:6-11; Bacaan Injil: Yoh 14:1-6 

Khotbah Paulus di sinagoga di Antiokhia di Pisidia (Kis 13:16-41) adalah khotbahnya yang pertama tercatat dalam Kitab Suci, dan merupakan satu-satunya khotbah Paulus yang dilaporkan oleh Lukas secara mendetil. Oleh karena itu, khotbah ini bersifat signifikan karena berisikan pesan sentral dari Injil seperti yang dipahami oleh Paulus dan umat Kristiani perdana. Dengan mempelajari isi khotbah Paulus ini kita dapat sampai pada pemahaman tentang apa artinya bagi kita untuk berbicara mengenai “kabar baik Injil”.

Paulus mengawali khotbahnya dengan mengingatkan para pendengarnya bagaimana Allah memimpin para nenek moyang mereka ke luar dari perbudakan di Mesir untuk menerima Tanah Terjanji sebagai warisan mereka. Paulus juga berbicara mengenai Raja Daud dan janji yang dibuat Allah bahwa seorang Juruselamat akan lahir dari keturunannya. Akhirnya dia menunjukkan bahwa apa yang telah diramalkan dalam Kitab Suci Ibrani (=Kitab Suci Perjanjian Lama) sekarang telah digenapi dalam diri Kristus. Paulus menyimpulkan isi khotbahnya dengan meringkaskan keseluruhan pesannya: “Kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus” (Kis 13:32-33).

Khotbah Paulus mungkin terdengar aneh di telinga mereka yang mendengarkan. Mereka dapat saja merasa terkejut berkaitan dengan kata-katanya tentang kebangkitan Yesus Kristus dan bagaimana peristiwa yang tidak biasa ini mewujudkan kesetiaan Allah pada janji-janji-Nya. Mereka percaya bahwa pada suatu hari Allah akan mengutus seorang Mesias, namun setiap Sabat mereka mendengar janji-janji ini dan tetap saja tidak melihat penggenapannya. Kemudian, ketika mendengar bahwa Mesias telah datang dan mati – hal ini sungguh terlalu berat bagi untuk mempercayainya …… that was too much to swallow! 

Para pendengar khotbah Paulus juga dapat saja menjadi terkejut berkaitan dengan apa yang tidak dikatakan Paulus. Sebagai umat yang tunduk kepada Hukum, mereka tentunya mengharapkan Paulus berbicara tentang dosa-dosa yang spesifik, atau barangkali tentang rituale dan struktur, daripada sekadar memfokuskan perhatian sedemikian banyak atas belas kasih Allah yang begitu penuh kuat-kuasa. Sang Mesias tidak dimaksudkan untuk menghapuskan atau membatalkan Hukum, melainkan untuk menyempurnakannya!

Kabar baik dari Injil sama benarnya pada hari ini seperti ketika diproklamasikan oleh Yesus dan kemudian oleh Petrus, Paulus dan lain-lannya. Ini adalah Injil yang sama, yang telah mengubah hidup jutaan – kalau bukan miliaran – orang dari abad ke abad selama 2.000 tahun sejarah Gereja. Injil yang sama ini pula dapat mengubah hidup kita selagi kita merangkul kebenaran-kebenaran yang menakjubkan bahwa  “KRISTUS TELAH WAFAT, KRISTUS TELAH BANGKIT, KRISTUS AKAN DATANG KEMBALI”.

DOA: Bapa surgawi, banyak orang hari ini tetap melanjutkan pewartaan Injil Yesus Kristus dengan penuh semangat dan kejelasan seperti telah ditunjukkan oleh Santo Paulus. Berkatilah mereka dengan rasa nyaman-aman sejati, hikmat-kebijaksanaan, dan kekuatan, agar mereka dapat tetap setia dalam memproklamasikan kebenaran-kebenaran-Mu dalam nama Putera-Mu terkasih Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 14:1-6), bacalah tulisan yang berjudul “TUHAN YESUS ADALAH JALAN KEBENARAN DAN HIDUP” (bacaan tanggal 17-5-19) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 19-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2019. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2013) 

Cilandak, 15 Mei 2019 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

BERSEMBAH SUJUD DI DEPAN YESUS DALAM PERTOBATAN

BERSEMBAH SUJUD DI DEPAN YESUS DALAM PERTOBATAN

(Bacaan Injil Misa Kudus – HARI MINGGU BIASA V [TAHUN C], 10 Februari 2019)

 

Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai Danau Genesaret, sementara orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia mendorong perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon, “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”  Simon menjawab, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena perkataanmu itu, aku akan menebarkan jala juga.”  Setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Mereka pun datang, lalu bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun sujud di depan Yesus dan berkata, “Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa.”  Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon, “Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia.”  Sesudah menarik perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. (Luk 5:1-11)

Bacaan Pertama: Yes 6:1-2a,3-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-5,7-8; Bacaan Kedua: 1Kor 15:1-11 (1Kor 15:3-8,11)

Yesus mengajar orang banyak dari dalam perahu Simon Petrus. Apa yang disampaikan-Nya diceritakan oleh penulis Injil (Lukas). Yang mau disampaikan oleh Lukas adalah peristiwa pengalaman Simon Petrus akan Allah, setelah Yesus menyelesaikan khotbah-Nya kepada orang banyak.

Peristiwa Simon itu diawali dari sebuah perintah Yesus murid-Nya itu untuk menebarkan jalanya ke tempat yang lebih dalam, ke tengah danau. Simon kiranya merasa kaget mendengar perintah Yesus ini. Sepanjang malam mereka sudah bekerja keras dan sama sekali tidak ada hasilnya. Sekarang di siang hari ini pergi menangkap ikan? Ini sama saja dengan melakukan suatu pekerjaan sia-sia dan membuang-buang tenaga saja. Simon mengetahui kesulitannya,     “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena perkataanmu iu aku akan menebarkan jala juga” (Luk 5:5). Dalam terjemahan LAI kata ganti diri kedua tunggal “mu” dicetak dengan huruf kecil. Hal ini mau menunjukkan bahwa pada tahapan ini Simon belum mengimani Yesus sebagai Tuhan. Penyembuhan ibu mertuanya (Luk 4:38-39) dan orang-orang lain dan berbagai mukjizat lain di kotanya mungkin merupakan latar belakang dari kepercayaan Simon ini (bdk. 4:40-43).

Jadi atas dasar perintah Yesus, Simon menebarkan jalanya ke dalam air dan hasil tangkapannya sungguh luar biasa, bahkan jala mereka pun mulai koyak. Hal ini benar-benar mengejutkan Simon, yang malam sebelumnya tidak berhasil menangkap ikan seekor pun. Sekarang perahu mereka sudah terisi penuh, tetapi ikan-ikan yang terjerat pada jala masih banyak jumlahnya. Bantuan dari teman-teman dalam sebuah perahu yang lain juga didatangkan. Hasilnya? Kedua perahu itu pada akhirnya penuh dengan ikan tangkapan dan hampir tenggelam.

Berhadap-hadapan dengan mukjizat sedemikian, Simon menyadari bahwa dia berada di hadapan hadirat Tuhan. Simon pun tahu benar bahwa Tuhan dapat melihat dosa-dosanya. Kesadaran ini membuat Simon merasa rendah dan takut: “Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena  aku ini seorang berdosa” (Luk 5:8). Dia pun bersembah-sujud di depan Yesus dalam pertobatan. Akan tetapi Yesus berkata, “Jangan takut; mulai sekarang engkau akan menjala manusia”  (Luk 5:10).

Seperti Simon Petrus, nabi Yesaya juga memperoleh wahyu mengenai Tuhan yang membuatnya merasa rendah dan takut: “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni YHWH semesta alam”  (Yes 6:5). Namun sentuhan bara panas yang diambil dari atas mezbah menghapuskan dosa-dosanya dan membebaskannya dari segala kesalahan. Sekali dimurnikan, Yesaya pun mampu mendengar seruan dari hati Tuhan: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?”  Tanpa ragu Yesaya menjawab: “Ini aku, utuslah aku!” (Yes 6:8).

Setiap orang yang sungguh berjumpa dengan Allah seperti Yesaya dan Simon Petrus akan menjadi sadar akan ketidaklayakan/kekecilan dirinya dan akan kenajisannya di hadapan Allah. Kesadaran bahwa diri kita adalah orang yang berdosa erat bergandengan dengan pengalaman akan Allah (bdk. Yes 6:1-7). Pengalaman ini biasanya dianugerahkan hanya kepada orang yang percaya seperti Yesaya dan Simon Petrus. Semakin kita mengalami Yesus dan mengenal Dia secara hidup, semakin besar kita akan menyadari dosa kita. Keberanian untuk mengikut Yesus lahir dari semacam ketakjuban akan Dia. Hanya orang yang takjub melihat perbuatan Yesus akan berani mengikuti-Nya pula. Semangat kerasulan adalah buah dari pengalaman akan Allah.

DOA: Tuhan Yesus, bersihkan dosa-dosa kami dan berdayakanlah kami dengan kehadiran-Mu. Ini kami, ya Tuhan! Utuslah kami! Berdayakanlah kami agar dapat berperan serta dalam membangun kerajaan-Mu. Ajarlah kami untuk berkata-kata dengan sabda-sabda-Mu dan melayani setiap orang yang kami temui dengan kasih-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 5:1-11), bacalah tulisan yang berjudul “KITA PUN DIPANGGIL OLEH-NYA UNTUK MENJADI PENJALA MANUSIA” (bacaan tanggal 10-2-19) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 19-02 PERMENUNGAN ALKITABIAH FEBRUARI 2019.

Cilandak, 7 Februari 2019 [Peringatan S. Koleta dr Corbie, Biarawati Ordo II – Klaris]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS