25 Juni 2010

Saudari-Saudara yang dikasihi Kristus,

Perihal: IBU MERTUA PETRUS DISEMBUHKAN OLEH YESUS (Mat 8:14-15)

Bacaan Injil untuk Misa Kudus besok tanggal 26 Juni adalah Mat 8:5-17, namun dalam renungan singkat saya hanya soroti bagian pertama saja , yaitu Mat 8:5-13 saja, yaitu tentang hamba seorang perwira di Kapernaum yang disembuhkan oleh Yesus. Hal ini saya lakukan karena membatasi renungan plus teks maksimum satu halaman folio saja. Bagian kedua bacaan Misa hari ini, yaitu Mat 8:14-17. Dari empat ayat yang ada marilah kita soroti dua ayat saja, yaitu yang menyangkut penyembuhan ibu mertua Petrus oleh Yesus. Teks lengkapnya adalah sebagai berikut:  “Setibanya di rumah Petrus, Yesus melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam. Dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Ia pun bangun dan melayani Dia” (Mat 8:14-15). Sebuah laporan yang singkat-padat dan penuh makna.

Banyak dari kita, perempuan maupun laki-laki yang sudah berkeluarga suka berkelakar tentang ibu mertua masing-masing. Ada yang sampai mengatakan, “Berbahagialah mereka yang hidup selibat, karena tidak pernah akan konflik dengan seorang ibu mertua!” Betapa pun banyaknya cerita yang ada tentang ibu mertua, baiklah hari ini kita berbicara yang baik-baik saja tentang seorang ibu mertua. Semoga hari ini kita akan menarik pelajaran berharga dari narasi sebanyak dua ayat tentang mukjizat penyembuhan ibu mertua Petrus oleh Yesus.

Pelajaran pertama: Tuhan tidak pernah terlalu lelah untuk melakukan suatu tindakan kebaikan. Hari itu tentu sangat melelahkan bagi Yesus (lihat perikop-perikop sebelumnya). Ia mampir ke rumah Petrus untuk sejenak beristirahat. Ia memang sangat membutuhkan istirahat setelah memberi pengajaran di bukit dan melakukan beberapa penyembuhan. Untuk kali ini kelihatannya Dia mau sebentar melupakan orang banyak yang mengikuti-Nya. Ternyata ibu mertua Petrus sedang terbaring karena sakit demam. Lupa akan keletihannya sendiri, Yesus langsung menyembuhkan ibu mertua murid-Nya itu. Kelelahan bagaimana pun tidak pernah menghentikan Yesus untuk melakukan tindakan kebaikan. Ia adalah memang a man for others.

Sekarang, marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri: “Bukankah kita suka begitu cepat merasa lelah?” Bahkan tatkala kita mampu melaksanakan suatu tugas pekerjaan yang  sudah jelas ada di depan mata,  kita masih saja berdalih, bahwa kita terlalu letih untuk melakukan pekerjaan itu, jadi lain hari saja mengerjakannya. Kita akan mengatakan: “Aku akan mengerjakannya besok.” Tidak demikianlah halnya dengan Yesus, Ia tidak pernah terlalu letih untuk melakukan suatu tindakan kebaikan. Ia akan melakukannya sekarang juga.

Pelajaran kedua: Yesus melakukan tindakan kebaikannya tanpa harus dilihat orang banyak. Dalam kasus ini yang menyaksikan hanyalah Petrus saja, ada ibu mertuanya dan ada Yesus. Walaupun tidak ada banyak orang yang terkagum-kagum atau takjub menyaksikan mukjizat yang dibuatnya, tidak ada tepuk tangan atau puji-pujian, Yesus melakukan tindakan kebaikannya dengan mantap. Mukjizat penyembuhan ibu mertua Petrus terjadi tanpa diketahui orang banyak. Apakah kita tidak pernah berpikir bahwa lebih baiklah kalau ada orang banyak menyaksikan tindakan kebaikan kita? Bukankah kalau kita sedang sendiri lebih mudahlah bagi kita untuk menjadi diri kita yang lama, diri kita yang egois, diri kita yang penuh dengan kedagingan? Bukankah tidak ada yang melihat, sehingga kita dapat melakukan apa saja yang kita ingin lakukan, termasuk hal-hal yang tak senonoh?

Apabila tidak ada yang mengamati kita, maka sangat mudahlah bagi kita untuk lupa akan Allah. Apabila tidak ada yang melihat, kita merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang memalukan (asal jangan direkam video saja) yang selama ini terus menggoda kita, bukankah begitu? Kan tidak ada yang tahu? Bagi Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita, ada atau tidak ada orang banyak, ada atau tidak ada saksi, ada atau tidak ada sorak-sorai, tepuk-tangan atau puji-pujian, Ia akan tetap melakukan suatu tindakan kebaikan.

Pelajaran ketiga: Ibu mertua Petrus disembuhkan dari demamnya. Perempuan yang sudah berumur ini langsung berdiri dan melayani Yesus. Tindakan perempuan ini menunjuk pada kenyataan bahwa kita semua disembuhkan selalu untuk orang-orang lain. Anda dan saya diberkati, untuk orang-orang lain; kepada kita diberikan berbagai anugerah/karunia,  juga untuk orang-orang lain. Kita tidak pernah diberkati hanya untuk diri kita sendiri. Kita tidak pernah disembuhkan untuk diri kita sendiri. Kita dikasihi oleh Allah agar kita dapat ‘menularkan’ kasih-Nya kepada orang-orang lain, menularkan kebaikan-Nya kepada orang-orang lain.

Marilah sekarang kita mohon tiga berkat dari Bapa di surga. (1) Untuk tetap melayani, walaupun kita sedang letih, melayani bahkan ketika kita menderita sakit, melayani bahkan ketika kita merasa sedang mau sendirian/tidak mau diganggu. (2) Untuk melayani sesama kita, meskipun tidak disaksikan orang lain; meskipun hanya Allah saja (dan para malaikat pelindung) yang melihat kita. (3) Untuk melayani karena kita telah diberkati. Allah Tritunggal Mahakudus memberkati anda sekalian.

Salam persaudaraan,

 Sdr. F.X. Indrapradja, OFS