RABU ABU

(Renungan Harian Dalam Masa Prapaska dari Henri J.M. Nouwen

HENRI J.M. NOUWEN - 05Oleh karena itu aku akan menghukum kamu masing-masing menurut tindakannya, hai kamu Israel, demikianlah firman Tuhan Allah. Bertobatlah dan berpalinglah dari segala durhakamu, supaya itu jangan bagimu menjadi batu sandungan, yang menjatuhkan kamu ke dalam kesalahan. Buanglah dari padamu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku dan perbaharuilah hatimu dan rohmu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel? Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan Allah. Oleh sebab itu, bertobatlah, supaya kamu hidup! (Yeh 18:30-32)

Masa Prapaska sekarang mulai. Masa ini adalah kesempatan untuk secara khusus berada bersama-Mu, masa untuk berdoa, berpuasa dan mengikuti-Mu dalam perjalanan-Mu ke Yerusalem, ke Golgota dan menuju kemenangan atas kematian.

Diriku masih ragu-ragu. Aku sungguh ingin mengikuti-Mu, tetapi juga mau mengikuti keinginan-keinginanku sendiri dan senang mendengarkan suara-suara yang berbicara mengenai kedudukan, keberhasilan, kehormatan, kesenangan, kekuasaan dan pengaruh. Bantulah aku, agar aku menjadi tuli terhadap suara-suara seperti itu dan semakin peka untuk mendengarkan suara-Mu yang memanggil aku untuk memilih jalan yang sempit menuju kehidupan.

Aku tahu bahwa masa Prapaska akan menjadi masa yang sangat sulit bagiku. Pilihan untuk mengikuti jalan-Mu harus kubuat setiap saat dalam hidupku. Aku harus memilih pikiran yang adalah pikiran-Mu, kata-kata yang adalah sabda-Mu, tindakan-tindakan yang adalah karya-Mu. Tidak ada tempat dan waktu tanpa pilihan. Dan aku sadar betapa sebenarnya batinku menolak untuk memilih diri-Mu.

Tuhan, sertailah aku setiap saat dan waktu. Berikanlah kepadaku kekuatan dan keberanian untuk masuk ke dalam masa Prapaska ini dengan setia. Sehingga kalau Paska tiba, dengan gembira aku akan dapat merasakan kebaruan hidup yang telah Kausediakan bagiku. Amin.

+++++++

Kemurahan hati Allah jauh lebih besar daripada dosa. Ada kesadaran akan dosa yang tidak membawa orang kepada Allah tetapi menjadikannya cemas. Kita digoda untuk merasa bahwa dosa-dosa, kekurangan dan kegagalan kita begitu banyak dan besar sehingga kita terjebak pada rasa bersalah yang melumpuhkan. Rasa bersalah itu berkata: “Dosa-dosaku terlalu besar, sehingga aku tidak pantas menerima belas-kasih Tuhan”. Rasa bersalah itu mengarahkan kita untuk terus-menerus melakukan introspeksi dan tidak mengarahkan mata kita kepada Allah. Rasa bersalah semacam itu menjadi berhala dan merupakan salah satu bentuk kesombongan. Masa Prapaska adalah kesempatan untuk menghancurkan berhala itu dan mengarahkan perhatian kita kepada Tuhan yang mencintai kita. Pertanyaannya ialah, “Apakah kita seperti Yudas, yang begitu diliputi oleh dosanya dan tidak lagi dapat percaya akan kemurahan hati Allah dan menggantung diri?; atau seperti Petrus yang kembali kepada Tuhan dengan rasa sesal dan menangisi dosa-dosanya?” Masa Prapaska, saat kuasa terang dan kekuatan gelap saling berperang, akan membantu kita secara khusus untuk berseru mohon belas-kasihan Allah.

DOA: Allah, Bapa yang setia, dengan mempercayakan diri kepada-Mu kami mengawali masa pertobatan dan matiraga selama empat puluh hari ini. Berikanlah kepada kami kekuatan agar kami dapat hidup sungguh-sungguh sebagai orang Kristiani, supaya kami dapat menolak yang jahat dan dengan mantap memilih yang baik. Ini kami mohon dengan perantaraan Yesus Kristus. Amin.

Diambil dari Henri J.M. Nouwen, TUHAN TUNTUNLAH AKU – Renungan Harian Dalam Masa Prapaska, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1994, hal. 9-11.

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS