Cilandak, 27 Desember 2010 

Saudari dan Saudaraku yang dikasihi Kristus, 

Perihal: SANTO YOHANES RASUL – PENGINJIL 

Pada hari ini, tanggal 27 Desember, Gereja merayakan Pesta Santo Yohanes Rasul – Penginjil. Bacaan-bacaan Kitab Suci untuk Misa Kudus pada hari ini adalah 1Yoh 1:1-4 (Bacaan Pertama) dan Yoh 20:2-8 (Bacaan Injil); sedangkan Mazmur Tanggapan diambil dari Mzm 97:1-2,5-6,11-12. Baiklah kita menyoroti sejenak siapa Santo Yohanes Rasul – Penginjil ini ini, teristimewa berdasarkan bacaan pertama. 

Setiap hari kita menghayati kehidupan Kristiani kita di dalam kerangka kalender Gereja, namun jarang sekali kita “membuang waktu” untuk memikirkan  hal-hal yang muncul atau terdapat dalam kalender Gereja tersebut. Sebenarnya apa yang tercantum dalam kalender (liturgi) Gereja dapat memberikan wawasan yang berharga bagi hidup Kristiani kita. Contoh yang baik adalah pesta yang kira rayakan pada hari ini. Meskipun ada teori-teori lain – teristimewa yang muncul belakangan ini -; kalau kita ingin berpegang pada tradisi yang berasal dari periode awal Gereja, dalam Injil yang keempat Yohaneslah yang dimaksudkan sebagai “murid yang dikasihi Yesus/Tuhan” (lihat mis. Yoh 21:20), dan Yohanes juga dipandang sebagai pengarang/penulis keempat yang memakai namanya itu. Menurut legenda Kristiani awal, Yohanes menjaga serta memelihara Santa Perawan Maria sampai pada hari dia diangkat ke surga, kemudian dia sendiri hidup sampat sangat tua-usia. 

Sungguh merupakan sebuah kontras dengan Santo Stefanus, yang pestanya dirayakan pada tanggal 26 Desember. Stefanus secara brutal dirajam dengan batu sampai mati (lihat Kis 7:54-60). Dua orang murid Yesus ini memiliki sedikit saja persamaan, kecuali dalam satu hal ini: Dua-duanya melihat Yesus! Kata-kata terakhir yang diucapkan Stefanus merupakan proklamasi realitas agung dari Tuhan yang bangkit, yang dilihatnya “berdiri di sebelah kanan Allah” (Kis 7:56). Di lain pihak, Yohanes memberikan testimoni (pada awal suratnya yang pertama) tentang aspek historis dari “Sabda yang menjadi daging” (“Firman yang menjadi manusia”): “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup – itulah yang kami tuliskan kepada kamu” (1Yoh 1:1). Jadi, pada awal suratnya yang pertama ini, Yohanes dengan indahnya mengungkapkan realitas pengalamannya akan Yesus. Sebagai Putera Allah yang kekal, Yesus sudah ada sejak semula, namun Ia memasuki “ruang dan waktu” (menyejarah) sebagai seorang manusia dan Yohanes diberkati karena telah melihat dan mendengar dan menyentuh-Nya. Yang menjadi berkat bagi Yohanes di sini bukanlah sekadar bahwa dia telah mengalami kehadiran Yesus secara fisik, melainkan mengalami Yesus sebagai Firman hidup, yaitu Dia yang memberikan kehidupan ilahi kepada semua orang yang percaya. 

Dengan menjajarkan dua orang saksi Yesus secara berturut-turut, Gereja memberikan kepada kita suatu perspektif yang unik perihal realitas Yesus, disalibkan namun bangkit, bertakhta di surga namun hidup di tengah-tengah kita. Dengan cara mereka masing-masing, kedua murid Yesus ini mengatakan kepada kita: “Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal yang ada bersama-sama dengan Bapa dan telah dinyatakan kepada kami” (1Yoh 1:2). 

Mendalami realitas ini dalam kehidupan kita merupakan privilese dan sekaligus tantangan bagi kita semua. Stefanus dan Yohanes tidak banyak berbeda dengan kita, umat Kristiani yang biasa-biasa. Perbedaannya hanyalah kenyataan bahwa mereka membuka hidup mereka bagi Tuhan. Kalau kita melakukan hal yang sama, maka kesaksian sedemikian akan mendorong kita mengalami pewahyuan atau pernyataan diri Allah yang sama, untuk ikut ambil bagian dalam sukacita total-lengkap yang sama. Dalam situasi apa pun Allah menempatkan kita – penderitaan atau damai-sejahtera – banyak kesaksian pengalaman akan Yesus yang berbeda-beda mengajarkan kepada kita: “Apa yang telah kami lihat dan telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, YESUS KRISTUS” (1Yoh 1:3). 

Marilah kita berdoa: YESUS KRISTUS, Tuhan dan Juruselamat kami. Lewat kehadiran-Mu pada hari ini, perbaharuilah diri kami masing-masing sehingga dengan demikian kami dapat menjadi saksi-saksi hidup tentang kasih-Mu. Amin. 

Berkat Allah Tritunggal Mahakudus senantiasa menyertai anda sekalian. 

Salam persaudaraan, 

Sdr. F.X.Indrapradja, OFS

Lampiran: Bacaan harian untuk hari Selasa tanggal 28 Desember 2010.