Posts tagged ‘PW SP MARIA BUNDA GEREJA’

MARIA BUNDA GEREJA YANG DIPERINGATI GEREJA HARI INI

MARIA BUNDA GEREJA YANG DIPERINGATI GEREJA HARI INI

(Bacaan Injil Misa – Peringatan Wajib SP Maria, Bunda Gereja – Senin, 20 Mei 2024)

Keluarga Besar Fransiskan: Pesta/Pw S.Bernardinus dr Siena, Imam Ordo I OFM

Dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!”  Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!”  Sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Sesudah itu, karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia – supaya digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci – , “Aku haus!” Di situ ada suatu bejana penuh anggur asam. Lalu mereka melilitkan suatu spons, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengulurkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia, “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-nya.

Karenaa haari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib – sebab Sabat itu hari yang besar – maka datanglah para pemuka Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. Lalu datanglah prajurit-prajurit dan mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. (Yoh 19:25-34)

Bacaan Pertama: Kej 3:9-15,20 atau Kis 1:12-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 87:1-2,3,5,6-7 (Ref. ayat 3)

Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!” (Yoh 19:26-27)

Sesi ketiga Konsili Vatikan II ditutup pada tanggal 21 November 1964. Dalam sesi ketiga tersebut para Bapa Konsili memberi persetujuan atas “Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja” yang terdiri dari delapan bab. Bab terakhir  berjudul SANTA PERAWAN MARIA BUNDA ALLAH DALAM MISTERI KRISTUS DAN GEREJA yang terdiri dari 18 butir (butir 52 s/d 69). Ketika menutup sesi ketiga Konsili ini, Paus Paulus VI memproklamasikan SP Maria sebagai Bunda Gereja. Sungguh merupakan suatu momen bersejarah!

Gelar Bunda Gereja (Latin: Mater Ecclesiae) untuk pertama kalinya digunakan pada abad ke-4 oleh S. Ambrosius dari Milan (c.337-340 – 397). Tokoh-tokoh Gereja lainnya yang datang kemudian adalah Paus Benediktus XIV pada tahun 1748 dan Paus Leo XIII pada tahun 1885. Ada juga seorang teolog yang bernama Hugo Rahner pada tahun 1944. Pada masa pasca Paus Paulus VI kita melihat nama-nama seperti Paus Yohanes Paulus II yang terkenal devosinya kepada Bunda Maria, dan juga Paus Benediktus XVI.

Sehubungan dengan Tahun Maria yang dimulai pada Hari Raya Pentakosta tanggal 7 Juni 1987 dan diakhiri pada tanggal Perayaan Pesta (sekarang: Hari Raya) SP Maria Diangkat ke Surga tanggal 15 Agustus 1988, maka pada tanggal 25 Maret 1987 Paus Yohanes Paulus II menerbitkan Surat Ensiklik Redemptoris Mater (Ibunda Sang Penebus) mengenai SP Maria dalam kehidupan Gereja yang berziarah. Saya cuplik sedikit saja dari  surat ensiklik ini (terjemahan/terbitan KWI):

“Maria hadir dalam Gereja sebagai Bunda Kristus, dan pada saat itu juga sebagai Ibu yang dalam misteri Penebusan, diberikan oleh Kristus, kepada umat manusia dalam pribadi Rasul Yohanes. Maka dengan keibuan baru dalam Roh, Maria memeluk setiap orang sendiri-sendiri dan bersama-sama di dalam dan melalui Gereja. Seperti Paulus VI harapkan dan minta, Gereja perlu mendapatkan “dari Perawan Bunda Allah bentuk paling otentik dalam hal mengikuti jejak Kristus yang sempurna” (Redemptoris Mater, 47).

Pada tanggal 11 Februari 2018 (peringatan 160 tahun penampakan Bunda Maria di Lourdes) Paus Fransiskus menandatangani dekrit yang menetapkan peringatan “SP Maria, Bunda Gereja” setiap hari Senin setelah Hari Raya Pentakosta. Dekrit itu sendiri diterbitkan pada tanggal 3 Maret 2018.

Walaupun jauh dari lengkap dan sempurna, yang ditulis di atas semoga dapat menjadi pegangan perihal latar belakang Peringatan Wajib MARIA BUNDA GEREJA. Marilah sekarang kita menyoroti bacaan Injil di atas dengan mengacu kepada tulisan seorang imam Dominikan yang bernama Joseph-Marie Perrin,OP  yang berjudul “MARY – Mother of Christ and of Christians” (Makati, Philippines: St. Paul Publications, 1990, hal. 144-145).

Yohanes adalah murid yang dikasihi oleh Yesus secara istimewa. Kita dapat meyimpulkan bahwa sang murid memang dekat dengan Bunda Maria. Hubungan antara keduanya menjadi lebih dekat lagi ketika Bunda Maria dipercayakan kepadanya oleh Yesus menjelang kematian-Nya pada kayu salib. Injilnya mencatat: “Sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya” (Yoh 19:27b). Namun di sisi lain kita melihat bahwa Yohanes adalah penulis Injil yang paling sedikit berbicara tentang Bunda Maria. Hanya dua kali, yaitu “Perkawinan di Kana” (Yoh 2:1-11) dan ketika “Yesus disalibkan” (Yoh 19:25-30).

Seandainya Yohanes adalah satu-satunya penulis Injil, maka kita tidak akan mengetahui apa-apa tentang Bunda Maria kecuali dua perikop yang disebutkan di atas. Kita tidak akan mengetahui fakta mengenai keperawanannya, tentang perkawinannya dengan Yusuf dan kehidupannya di Nazaret, bahkan namanya pun tidak kita ketahui karena Yohanes menyebutnya sebagai “ibu Yesus”. Kita tidak akan mengetahui mengenai peristiwa “Maria diberi kabar oleh Malaikat Tuhan” (Luk 1:26-38). Kita juga tidak akan merasakan indahnya “Kidung Maria” (Magnificat) pada waktu membaca dan merenungkan peristiwa “Maria mengunjungi Elisabet” (Luk 1:39-56). Dlsb. dst. Seperti disebut di atas, Yohanes menyebut Bunda Maria secara sederhana sebagai “ibu Yesus”.

Yohanes memang banyak diam tentang Bunda Maria, namun di sisi lain Yohanes-lah yang mengungkapkan peranan Bunda Maria dalam kehidupan Gereja secara paling jelas. Dalam peristiwa perkawinan di Kana, Yohanes menulis singkat: “ibu Yesus ada di situ” (Yoh 2:1). Mukjizat (Yohanes menyebutnya sebagai “tanda”) air menjadi anggur merupakan yang pertama dibuat oleh Yesus, dan ini dilakukan-Nya karena permintaan penuh iman dari Bunda Maria. Dalam peristiwa ini, Bunda Maria memberikan “petunjuk abadi” yang berlaku dalam kehidupan Gereja sepanjang segala masa: “Apa yang dikatakan-Nya (Yesus) kepadamu, lakukanlah itu!” (Yoh 2:5). Jadi dalam peristiwa di Kana ini, Yesus memanifestasikan kemuliaan-Nya melalui pegantaraan Bunda-Nya, dan para murid-murid-Nya percaya kepada-Nya (lihat Yoh 2:11).

Selanjutnya di bagian dekat-akhir Injilnya, Yohanes menulis: “Dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya ……” (Yoh 19:25). Bunda Maria dipersatukan dengan Puteranya dalam misteri penyelamatan lewat Salib. Sekarang Bunda Maria adalah “Hawa yang baru” yang menerima segalanya dari “Adam yang baru” yang sekarang menjadi kepala dari umat manusia yang telah ditebus, dan Bunda Maria pun diikutsertakan bersama Yesus dalam karya penebusan-Nya.

Dari Kisah para Rasul (Bacaan Pertama alternatif), kita tahu bahwa Bunda Maria ada bersama para rasul dll. dalam ruang atas dalam menantikan pencurahan Roh Kudus (lihat Kis 1:14). Di sini Bunda Maria membuktikan rasa prihatinnya sebagai seorang ibu terhadap Gereja sejak awal. Novena yang mereka lakukan bersama di ruang atas itu adalah tanggapan terhadap perintah Yesus (Kis 1:4-5). Bunda Maria dengan serius melakukan doa syafaat untuk pencurahan Roh Kudus atas Gereja awal pada waktu itu. Sampai sekarang pun Bunda Maria masih mendoakan Gereja dan kita masing-masing para anggota Gereja. Bunda Maria telah mengalami kuasa Roh Kudus dalam hidupnya. Dia menyaksikan kuat-kuasa transformatif dari Roh Kudus atas diri para rasul dan mereka pun pergi menyebarkan Kabar Baik Yesus Kristus ke seluruh dunia.

DOA: Bapa surgawi, sepanjang sejarahnya, Gereja senantiasa memelihara hubungan dengan Bunda Putera-Mu terkasih. Hubungan istimewa tersebut dalam misteri penyelamatan merangkum masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Kami percaya akan adanya kehadiran khusus Bunda Maria dalam misteri Kristus dan misteri Gereja-Nya. Terpujilah Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

Referensi: (1) Fr. Francis J. Ripley, MARY, Mother of the Church,Rockford, Illinois 61105: TAN BOOKS AND PUBLISHERS, INC., 1973; (2) Surat Ensiklik REDEMPTORIS MATER dari Bapa Suci Yohanes Paulus II mengenai SP Maria dalam kehidupan Gereja yang berziarah. 25 Maret 1987 (terjemahan/terbitan KWI); (3) Joseph-Marie Perrin, OP (terjemahan Sr. Jean David Finley, OP, MARY – MOTHER OF CHRIST AND OF CHRISTIANS, Makati, Philippines: St. Paul Publications, 1990; (4) David E. Rosage, MARY, STAR OF THE NEW MILLENNIUM – GUIDING US TO RENEWAL, Ann Arbor, Michigan: Servant Publications, 1997; (5) Mother of the Church, Wikipedia.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Yoh 19:25-34), bacalah tulisan yang berjudul “MARIA ADALAH BUNDA GEREJA”(bacaan tanggal 20-5-24) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.com; kategori: 24-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2024.

Cilandak, 19 Mei 2024 ]HARI RAYA PENTAKOSTA – TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MARIA ADALAH BUNDA GEREJA

MARIA ADALAH BUNDA GEREJA

(Bacaan Injil Misa – Peringatan Wajib SP Maria Bunda Gereja – Senin, 29 Mei 2023)

OFS: Pw S. Maria Anna dr Paredes, Perawan- Ordo III Sekular  S. Fransiskus

Dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!”  Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!”  Sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Sesudah itu, karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia – supaya digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci – , “Aku haus!” Di situ ada suatu bejana penuh anggur asam. Lalu mereka melilitkan suatu spons, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengulurkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia, “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-nya.

Karenaa haari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib – sebab Sabat itu hari yang besar – maka datanglah para pemuka Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. Lalu datanglah prajurit-prajurit dan mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. (Yoh 19:25-34)

Bacaan Pertama: Kej 3:9-15,20 atau Kis 1:12-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 87:1-2,3,5,6-7 (Ref. ayat 3)

Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!” (Yoh 19:26-27)

Dari bacaan Injil di atas kita lihat bahwa kata-kata yang diucapkan oleh Yesus yang tergantung di kayu salib kepada ibu-Nya menyatakan keibuan dari perawan Nazaret yang melahirkan Kristus ini menemukan kelanjutan baru di dalam Gereja dan melalui seluruh Gereja, yang dilambangkan dan dihadirkan oleh Yohanes. Pada saat Maria menerima warisan cinta kasih dari Puteranya tersebut dan menyambut semua orang – yang diwakili oleh sang murid yang dikasihi Kristus – sebagai anak-anak yang akan dilahirkan kembali ke dalam kehidupan kekal, maka pada saat itulah dia menjadi Bunda Gereja.

Pada tahun 2018 Paus Fransiskus menambah satu hari peringatan wajib pada kalender liturgi Gereja, yaitu untuk memperingati “Maria Bunda Gereja” pada hari Senin setelah “Hari Raya Pentakosta”, jadi keesokan harinya …… dan hal ini tentu ada maksudnya. Pada Hari Raya Pentakosta kita merayakan hari kelahiran Gereja, dan pada keesokan harinya kita merayakan fakta Maria sebagai Bunda Tuhan Yesus Kristus, yang secara intrinsik dikaitkan dengan Gereja sebagai Bunda-nya. Sebagaimana kita ketahui, Gereja adalah tubuh Kristus (1Kor 12:27) dan Kristus adalah Kepalanya (Ef 4:15).

Mengapa kita merayakan “Maria sebagai Bunda Gereja? Akar teologis dari gelar Maria yang satu ini sebenarnya  sudah eksis sejak masa Gereja awal. Para Bapak Gereja seringkali berbicara tentang Maria sebagai “Hawa yang baru”. Sebagaimana Hawa adalah “ibu semua yang hidup” (Kej 3:20), Maria adalah ibu dari semua yang hidup dalam Kristus. Dalam Why 12:17, Yohanes [penulis Kitab Wahyu] mengatakan bahwa “keturunan perempuan ini adalah mereka yang  menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus”.

S. Agustinus dan S. Leo Agung juga membuat refleksi atas peran penting Maria dalam misteri Kristus. S. Agustinus mengatakan bahwa Maria adalah ibu dari para anggota Kristus, karena dengan kasih dia bekerja sama dalam kelahiran kembali orang beriman ke dalam Gereja, sementara S. Leo Agung mengatakan bahwa kelahiran sang Kepala adalah juga kelahiran tubuh, dengan demikian mengindikasikan bahwa Maria adalah sekaligus Bunda Kristus, Putera Allah, dan bunda dari para anggota Tubuh Mistik, yaitu Gereja-Nya. Ini semua termuat dalam surat ketetapan Paus Fransiskus tahun 2018 tersebut. Dikatakan bahwa refleksi kedua orang kudus ini adalah hasil keibuan Ilahi dari Maria dan kesatuan dalam karya sang Penebus.

Sesi ketiga Konsili Vatikan II ditutup pada tanggal 21 November 1964. Dalam sesi ketiga tersebut para Bapa Konsili memberi persetujuan atas “Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja” yang terdiri dari delapan bab. Bab terakhir  berjudul SANTA PERAWAN MARIA BUNDA ALLAH DALAM MISTERI KRISTUS DAN GEREJA yang terdiri dari 18 butir (butir 52 s/d 69). Ketika menutup sesi ketiga Konsili ini, Paus Paulus VI memproklamasikan SP Maria sebagai Bunda Gereja. Sungguh merupakan suatu momen bersejarah! Dalam surat ketetapannya pada tahun 2018, Paus Fransiskus menyebutkan bahwa hal inilah yang merupakan fondasi dari ketetapan yang dibuatnya kali ini,.

DOA: Bapa surgawi, Allah yang berbelas kasih. Pada saat tergantung pada kayu salib, Putera-Mu memilih SP Maria, Ibu-Nya, untuk menjadi Ibu kami juga. Semoga dengan bantuannya, Gereja-Mu menjadi lebih berbuah hari demi hari, dan bersuka ria dalam kekudusan para anggotanya, dan boleh menarik dan merangkul lebih banyak anggota lagi. Kami berdoa demikian dalam Tuhan Yesus Kristus, Putera-Mu yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persekutuan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 19:25-34), bacalah tulisan yang berjudul “MARIA BUNDA GEREJA” (bacaan tanggal 29-5-23) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 23-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2023.

Cilandak, 28 Mei 2023 (HARI RAYA PENTAKOSTA)

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MARIA SEBAGAI BUNDA GEREJA

MARIA SEBAGAI BUNDA GEREJA

(Bacaan Injil Misa – Peringatan Wajib SP Maria Bunda Gereja – Senin, 24 Mei 2021)

Keluarga Besar Fransiskan: Pesta Pemberkatan Basilika S. Fransiskus di Assisi

OFMCap. Provinsi Sibolga: Harii Raya S. Fidelis dr Sigmaringen, Imam Martir

Dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!”  Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!”  Sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Sesudah itu, karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia – supaya digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci – , “Aku haus!” Di situ ada suatu bejana penuh anggur asam. Lalu mereka melilitkan suatu spons, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengulurkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia, “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-nya.

Karenaa haari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib – sebab Sabat itu hari yang besar – maka datanglah para pemuka Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. Lalu datanglah prajurit-prajurit dan mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. (Yoh 19:25-34)

Bacaan Pertama: Kej 3:9-15,20 atau Kis 1:12-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 87:1-2,3,5,6-7 (Ref. ayat 3)

Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!” (Yoh 19:26-27)

Dari bacaan Injil di atas kita lihat bahwa kata-kata yang diucapkan oleh Yesus yang tergantung di kayu salib kepada ibu-Nya menyatakan keibuan dari perawan Nazaret yang melahirkan Kristus ini menemukan kelanjutan baru di dalam Gereja dan melalui seluruh Gereja, yang dilambangkan dan dihadirkan oleh Yohanes.

Dengan cara ini, Maria yang sebagai orang yang “penuh rahmat” dibawa ke dalam misteri Kristus agar menjadi Bunda-Nya dan Bunda Kudus Allah, melalui Gereja ada dalam misteri itu, sebagai “perempuan” yang dibicarakan oleh Kitab Kejadian (Kej 3:15) pada awal, dan oleh Kitab Wahyu (12:1) pada akhir sejarah keselamatan. Sesuai dengan dengan rencana kekal Penyelenggaraan Ilahi, keibuan ilahi Maria akan dicurahkan ke atas Gereja, seperti ditunjukkan oleh pernyataan-pernyataan tradisi, berdasarkan “keibuan Gereja Maria adalah refleksi dari perluasan dari keibuannya atas Putera Allah. (lihat Redemptorist Mater, 24).

Yohanes mewakili Gereja seluruh umat manusia. Yesus melepaskan bunda-Nya untuk menyerahkannya kepada Gereja. Dan Maria melepaskan Yesus, mau menyediakan seluruh dirinya bagi Gereja. Jadi, Gereja – anda dan saya – mendapat Maria sebagai bunda. Ini bukan perkara yang kebetulan atau tidak berarti, sesuatu yang dapat kita tolak atau gunakan sesuka hati kita. Menolak ibu-Nya selalu berakibat buruk. Yohanes “menerimanuya di dalam rumahnya (Yoh 19:27).

Ketika menutup sesi ketiga Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI memproklamasikan SP Maria sebagai Bunda Gereja. Sungguh merupakan suatu momen bersejarah! Santo Paus Paulus VI [1897-1978]; masa pontifikat 21 Juni 1963 – 6 Agustus 1978 – dikanonisasikan menjadi seorang santo oleh Paus Fransiskus pada tanggal 14 Oktober 2018.]. Dengan proklamasi tersebut Paus Paulus VI mengukuhkan suatu kebenaran yang sudah sepanjang sejarahnya menguatkan hidup Gereja dan yang sudah dimulai sejak di kaki salib. Pada saat Yohanes mengundang Maria untuk tinggal bersama dia, Gereja mengakui Maria sebagai bundanya.

Dapat diterima oleh akal sehat kita bahwa Maria dihormati dengan gelar “Bunda Gereja” karena dia hadir pada hari Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus memenuhi hidup para pengikut Yesus yang menjadi Gereja dengan kuat-kuasa-Nya. Maria hadir pada waktu Roh Kudus membawa kelahiran Gereja Puteranya yang ilahi. Dengan bijaksana Paus Fransiskus mengkaitkan Pesta Maria dengan Hari Raya Pentakosta.

Pada waktu Pentakosta itu misi Gereja dibuat mungkin. Misinya itu adalah untuk memberitakan Kabar Baik, yaitu untuk melakukan evangelisasi; untuk menyebarkan ajaran-ajaran Yesus Kristus, Bab Delapan dari Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja, berjudul SANTA PERAWAN MARIA BUNDA ALLAH DALAM MISTERI KRISTUS DAN GEREJA. Para Bapa Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa peranan Maria dalam rencana keselamatan itu berhubungan dengan baik Kristus maupun Gereja.

Ketika Yesus tergantung pada kayu salib, Dia memberikan ibunda-Nya kepada Yohanes (artinya kepada anda dan saya juga: Gereja). Dan ketika para murid berkumpul dan berdoa menanti-natikan Roh Kudus yang dijanjikan oleh Yesus, Maria hadir bersama mereka. Maria yang diberikan sebagai Bunda Gereja pada waktu detik-detik menjelang kematian Yesus; Maria yang pada waktu Pentakosta melakukan tugas keibuan pada saat kelahiran Gereja dan masa-masa pertumbuhan awalnya.

Ada dua peristiwa lain yang membawa Maria dan Gereja bersama ke satu titik: Inkarnasi dan kenaikannya ke surga dalam kemuliaan. Pada peristiwa Inkarnasi dari Firman Allah, Maria mengasuh/memelihara Gereja tahap awal dalam rahimnya; Dia adalah Bunda  Gereja pada waktu Firman Allah mengambil dagingnya (Ingatlah bahwa Gereja adalah tubuh Kristus). Dari kenaikannya ke surga, Maria melengkapi Gereja dengan kasih keibuan, Bunda Gereja dalam kemuliaan, “takdir” para warga Gereja.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena dari atas kayu salib, ketika Engkau merasa ditinggalkan Bapa dan Ibu Maria merasa di tinggalkan oleh-Mu, Engkau justru memberikan dia kepada Yohanes sebagai Bundanya, artinya kepada umat-Mu, Gereja-Mu. Terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 19:25-34), bacalah tulisan yang berjudul “BEBERAPA CATATAN TENTANG MARIA SEBAGAI BUNDA GEREJA” (bacaan tanggal 1-6-20) dalam situs/blog SANG SABDA https://sangsabda.wordpress.com; kategori: 21-05 BACAAN HARIAN MEI 2021.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 2-5-20 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 23 Mei 2021 [HARI RAYA PENTAKOSTA- TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS