Posts tagged ‘PEKAN BIASA VII’

MARIA BUNDA GEREJA YANG DIPERINGATI GEREJA HARI INI

MARIA BUNDA GEREJA YANG DIPERINGATI GEREJA HARI INI

(Bacaan Injil Misa – Peringatan Wajib SP Maria, Bunda Gereja – Senin, 20 Mei 2024)

Keluarga Besar Fransiskan: Pesta/Pw S.Bernardinus dr Siena, Imam Ordo I OFM

Dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!”  Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!”  Sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Sesudah itu, karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia – supaya digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci – , “Aku haus!” Di situ ada suatu bejana penuh anggur asam. Lalu mereka melilitkan suatu spons, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengulurkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia, “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-nya.

Karenaa haari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib – sebab Sabat itu hari yang besar – maka datanglah para pemuka Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. Lalu datanglah prajurit-prajurit dan mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. (Yoh 19:25-34)

Bacaan Pertama: Kej 3:9-15,20 atau Kis 1:12-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 87:1-2,3,5,6-7 (Ref. ayat 3)

Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!” (Yoh 19:26-27)

Sesi ketiga Konsili Vatikan II ditutup pada tanggal 21 November 1964. Dalam sesi ketiga tersebut para Bapa Konsili memberi persetujuan atas “Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja” yang terdiri dari delapan bab. Bab terakhir  berjudul SANTA PERAWAN MARIA BUNDA ALLAH DALAM MISTERI KRISTUS DAN GEREJA yang terdiri dari 18 butir (butir 52 s/d 69). Ketika menutup sesi ketiga Konsili ini, Paus Paulus VI memproklamasikan SP Maria sebagai Bunda Gereja. Sungguh merupakan suatu momen bersejarah!

Gelar Bunda Gereja (Latin: Mater Ecclesiae) untuk pertama kalinya digunakan pada abad ke-4 oleh S. Ambrosius dari Milan (c.337-340 – 397). Tokoh-tokoh Gereja lainnya yang datang kemudian adalah Paus Benediktus XIV pada tahun 1748 dan Paus Leo XIII pada tahun 1885. Ada juga seorang teolog yang bernama Hugo Rahner pada tahun 1944. Pada masa pasca Paus Paulus VI kita melihat nama-nama seperti Paus Yohanes Paulus II yang terkenal devosinya kepada Bunda Maria, dan juga Paus Benediktus XVI.

Sehubungan dengan Tahun Maria yang dimulai pada Hari Raya Pentakosta tanggal 7 Juni 1987 dan diakhiri pada tanggal Perayaan Pesta (sekarang: Hari Raya) SP Maria Diangkat ke Surga tanggal 15 Agustus 1988, maka pada tanggal 25 Maret 1987 Paus Yohanes Paulus II menerbitkan Surat Ensiklik Redemptoris Mater (Ibunda Sang Penebus) mengenai SP Maria dalam kehidupan Gereja yang berziarah. Saya cuplik sedikit saja dari  surat ensiklik ini (terjemahan/terbitan KWI):

“Maria hadir dalam Gereja sebagai Bunda Kristus, dan pada saat itu juga sebagai Ibu yang dalam misteri Penebusan, diberikan oleh Kristus, kepada umat manusia dalam pribadi Rasul Yohanes. Maka dengan keibuan baru dalam Roh, Maria memeluk setiap orang sendiri-sendiri dan bersama-sama di dalam dan melalui Gereja. Seperti Paulus VI harapkan dan minta, Gereja perlu mendapatkan “dari Perawan Bunda Allah bentuk paling otentik dalam hal mengikuti jejak Kristus yang sempurna” (Redemptoris Mater, 47).

Pada tanggal 11 Februari 2018 (peringatan 160 tahun penampakan Bunda Maria di Lourdes) Paus Fransiskus menandatangani dekrit yang menetapkan peringatan “SP Maria, Bunda Gereja” setiap hari Senin setelah Hari Raya Pentakosta. Dekrit itu sendiri diterbitkan pada tanggal 3 Maret 2018.

Walaupun jauh dari lengkap dan sempurna, yang ditulis di atas semoga dapat menjadi pegangan perihal latar belakang Peringatan Wajib MARIA BUNDA GEREJA. Marilah sekarang kita menyoroti bacaan Injil di atas dengan mengacu kepada tulisan seorang imam Dominikan yang bernama Joseph-Marie Perrin,OP  yang berjudul “MARY – Mother of Christ and of Christians” (Makati, Philippines: St. Paul Publications, 1990, hal. 144-145).

Yohanes adalah murid yang dikasihi oleh Yesus secara istimewa. Kita dapat meyimpulkan bahwa sang murid memang dekat dengan Bunda Maria. Hubungan antara keduanya menjadi lebih dekat lagi ketika Bunda Maria dipercayakan kepadanya oleh Yesus menjelang kematian-Nya pada kayu salib. Injilnya mencatat: “Sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya” (Yoh 19:27b). Namun di sisi lain kita melihat bahwa Yohanes adalah penulis Injil yang paling sedikit berbicara tentang Bunda Maria. Hanya dua kali, yaitu “Perkawinan di Kana” (Yoh 2:1-11) dan ketika “Yesus disalibkan” (Yoh 19:25-30).

Seandainya Yohanes adalah satu-satunya penulis Injil, maka kita tidak akan mengetahui apa-apa tentang Bunda Maria kecuali dua perikop yang disebutkan di atas. Kita tidak akan mengetahui fakta mengenai keperawanannya, tentang perkawinannya dengan Yusuf dan kehidupannya di Nazaret, bahkan namanya pun tidak kita ketahui karena Yohanes menyebutnya sebagai “ibu Yesus”. Kita tidak akan mengetahui mengenai peristiwa “Maria diberi kabar oleh Malaikat Tuhan” (Luk 1:26-38). Kita juga tidak akan merasakan indahnya “Kidung Maria” (Magnificat) pada waktu membaca dan merenungkan peristiwa “Maria mengunjungi Elisabet” (Luk 1:39-56). Dlsb. dst. Seperti disebut di atas, Yohanes menyebut Bunda Maria secara sederhana sebagai “ibu Yesus”.

Yohanes memang banyak diam tentang Bunda Maria, namun di sisi lain Yohanes-lah yang mengungkapkan peranan Bunda Maria dalam kehidupan Gereja secara paling jelas. Dalam peristiwa perkawinan di Kana, Yohanes menulis singkat: “ibu Yesus ada di situ” (Yoh 2:1). Mukjizat (Yohanes menyebutnya sebagai “tanda”) air menjadi anggur merupakan yang pertama dibuat oleh Yesus, dan ini dilakukan-Nya karena permintaan penuh iman dari Bunda Maria. Dalam peristiwa ini, Bunda Maria memberikan “petunjuk abadi” yang berlaku dalam kehidupan Gereja sepanjang segala masa: “Apa yang dikatakan-Nya (Yesus) kepadamu, lakukanlah itu!” (Yoh 2:5). Jadi dalam peristiwa di Kana ini, Yesus memanifestasikan kemuliaan-Nya melalui pegantaraan Bunda-Nya, dan para murid-murid-Nya percaya kepada-Nya (lihat Yoh 2:11).

Selanjutnya di bagian dekat-akhir Injilnya, Yohanes menulis: “Dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya ……” (Yoh 19:25). Bunda Maria dipersatukan dengan Puteranya dalam misteri penyelamatan lewat Salib. Sekarang Bunda Maria adalah “Hawa yang baru” yang menerima segalanya dari “Adam yang baru” yang sekarang menjadi kepala dari umat manusia yang telah ditebus, dan Bunda Maria pun diikutsertakan bersama Yesus dalam karya penebusan-Nya.

Dari Kisah para Rasul (Bacaan Pertama alternatif), kita tahu bahwa Bunda Maria ada bersama para rasul dll. dalam ruang atas dalam menantikan pencurahan Roh Kudus (lihat Kis 1:14). Di sini Bunda Maria membuktikan rasa prihatinnya sebagai seorang ibu terhadap Gereja sejak awal. Novena yang mereka lakukan bersama di ruang atas itu adalah tanggapan terhadap perintah Yesus (Kis 1:4-5). Bunda Maria dengan serius melakukan doa syafaat untuk pencurahan Roh Kudus atas Gereja awal pada waktu itu. Sampai sekarang pun Bunda Maria masih mendoakan Gereja dan kita masing-masing para anggota Gereja. Bunda Maria telah mengalami kuasa Roh Kudus dalam hidupnya. Dia menyaksikan kuat-kuasa transformatif dari Roh Kudus atas diri para rasul dan mereka pun pergi menyebarkan Kabar Baik Yesus Kristus ke seluruh dunia.

DOA: Bapa surgawi, sepanjang sejarahnya, Gereja senantiasa memelihara hubungan dengan Bunda Putera-Mu terkasih. Hubungan istimewa tersebut dalam misteri penyelamatan merangkum masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Kami percaya akan adanya kehadiran khusus Bunda Maria dalam misteri Kristus dan misteri Gereja-Nya. Terpujilah Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

Referensi: (1) Fr. Francis J. Ripley, MARY, Mother of the Church,Rockford, Illinois 61105: TAN BOOKS AND PUBLISHERS, INC., 1973; (2) Surat Ensiklik REDEMPTORIS MATER dari Bapa Suci Yohanes Paulus II mengenai SP Maria dalam kehidupan Gereja yang berziarah. 25 Maret 1987 (terjemahan/terbitan KWI); (3) Joseph-Marie Perrin, OP (terjemahan Sr. Jean David Finley, OP, MARY – MOTHER OF CHRIST AND OF CHRISTIANS, Makati, Philippines: St. Paul Publications, 1990; (4) David E. Rosage, MARY, STAR OF THE NEW MILLENNIUM – GUIDING US TO RENEWAL, Ann Arbor, Michigan: Servant Publications, 1997; (5) Mother of the Church, Wikipedia.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Yoh 19:25-34), bacalah tulisan yang berjudul “MARIA ADALAH BUNDA GEREJA”(bacaan tanggal 20-5-24) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.com; kategori: 24-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2024.

Cilandak, 19 Mei 2024 ]HARI RAYA PENTAKOSTA – TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENJADI YANG TERAKHIR DARI SEMUANYA DAN PELAYAN DARI SEMUANYA

MENJADI YANG TERAKHIR DARI SEMUANYA DAN PELAYAN DARI SEMUANYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VII –  Selasa, 21 Februari 2023)

Pfak S. Petrus Damiani, Uskup Pujangga Gereja

KSFL [Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Lusia}:  HR Kemandirian Kongregasi di Indonesia

OFMCap Sibolga: Peringatan Hari Jadi Provinsi

Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.

Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?” Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka, “Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”  Lalu Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka, “Siapa saja yang menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Siapa yang menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.” (Mrk 9:30-37)

Bacaan Pertama: Sir 2:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 37:3-4,18-19,27-28,39-40

Tentu saja kita semua harus menjadi semakin dewasa untuk hidup dalam dunia ini, akan tetapi pada saat yang sama Yesus menasihati kita untuk menjadi seperti anak kecil. Misalnya, dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berbicara tentang berkat-berkat yang diperoleh seseorang apabila dia menerima seorang anak dalam nama-Nya. Di bagian lain dari Injil Yesus berbicara mengenai para murid untuk menjadi seperti anak-anak kecil (Mrk 10:13-16). Jadi, tidak  hanya anak-anak belajar menjadi orang-orang Kristiani yang baik dengan meneladan hidup kita, kita pun dapat belajar banyak dengan mengamati kehidupan anak-anak kecil.

Pada awal bacaan tercatat para rasul mendiskusikan antara mereka sendiri sebuah topik, yaitu siapakah di antara mereka yang paling besar. Bukannya bertindak-tanduk seperti anak kecil (dalam arti childlike) dan inosens, mereka malah menjadi orang-orang yang hanya mencari kepentingan sendiri dan kekanak-kanakan (childish).

Akar dari tindakan-tindakan para rasul itu adalah kesombongan, dan obatnya – seperti biasanya – adalah kerendahan-hati. Dan di sini Yesus menunjukkan jalan menuju kerendahan-hati itu dengan menyatakan: “Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya” (Mrk 9:35).  Tujuan dari kehidupan Kristiani bukanlah untuk mencari posisi superior di antara posisi-posisi yang berprestise, melainkan untuk menghargai tempat yang paling rendah di tengah para miskin, mereka yang kesepian, dan mereka yang sakit. Ini bukanlah panggilan kepada kebesaran atau kemuliaan di mata manusia, melainkan panggilan kepada kebaikan, untuk membasuh kaki orang-orang lain dalam keprihatinan  dan bela-rasa kita terhadap mereka (bdk. Yoh 13:15).

Dalam bahasa Yunani alkitabiah, kata untuk hamba/pelayan adalah diakonos, sepatah kata yang menjadi akar kata dari kata “diakon”. Dalam Perjanjian Baru, “diakon” memiliki arti yang berlapis-lapis: dari “melayani meja” sampai kepada melayani di bidang-bidang lain (Kis 6:2-4). Apa pun situasinya, Yesus sering berbicara tentang melayani orang-orang lain dan menghubungkan pelayanan ini dengan kasih kepada Allah. Yesus mengajar bahwa bilamana kita melayani orang lain, kita sebenarnya melayani diri-Nya (Mat 25:40). Lagi dan lagi, Yesus menekankan bahwa pelayanan – sampai tingkat tertentu – berada di atas otoritas, dan  bahwa di mata-Nya, siapa saja yang mempunyai otoritas dalam Gereja haruslah menjadi seorang pelayan, bukan penguasa (Luk 22:25-27).

Allah memanggil kita semua kepada suatu hidup pelayanan yang hanya mencari pertumbuhan dari Kerajaan-Nya. Dan bagian terbaik dari panggilan ini adalah, bahwa setiap saat Ia senantiasa ada bersama kita, melayani kita melalui tindakan-tindakan kasih, dorongan serta pemberian semangat dan belas-kasih yang tak terhitung banyaknya.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, jadikanlah hatiku seperti hati-Mu. Bentuklah hatiku agar aku menemukan sukacita dalam melayani orang-orang lain, seperti juga Engkau sangat bersukacita dalam memperhatikan diriku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 9:30-37), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS ADALAH SEORANG SERVANT LEADER SEMPURNA YANG HARUS KITA IKUTI JEJAK-NYA” (bacaan tanggal 21-2-23) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 23-02 PERMENUNGAN ALKITABIAH FEBRUARI 2023.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2014)

Cilandak, 20 Februari 2023

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PARA MURID KRISTUS SEGALA ZAMAN DIPANGGIL UNTUK MENGEMBANGKA N IMAN YANG MATANG

PARA MURID KRISTUS SEGALA ZAMAN DIPANGGIL UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN YANG MATANG

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VII – Senin, 20 Februari 2023)

Ketika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang bersoal jawab dengan mereka. Pada saat orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia. Lalu Yesus bertanya kepada mereka, “Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?” Jawab seorang dari orang banyak itu, “Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya berkertak dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Hai kamu orang-orang yang tidak percaya, sampai kapan Aku harus tinggal di antara kamu? Sampai kapan aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!”

Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, ia segera mengguncang-guncangkan anak itu, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. Lalu Yesus bertanya kepada kepada ayah anak itu, “Sudah berapa lama ia mengalami ini?” Jawabnya, “Sejak masa kecilnya. Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api untuk membinasakannya. Tetapi jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” Jawab Yesus, “Katamu: Jika Engkau dapat? Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya!” Segera ayah anak itu berteriak, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegur roh jahat itu dengan keras, “Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah daripada anak ini dan jangan merasukinya lagi!” Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan mengguncang-guncang anak itu dengan hebat. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata, “Ia sudah mati.” Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia berdiri.

Ketika Yesus masuk ke rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka kepada-Nya, “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?” Jawab-Nya kepada mereka, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa.” (Mrk 9:14-29)

Bacaan Pertama: Sir 1:1-10; Mazmur Tiranggapan: Mzm 93:1abc-2,5

Setiap saat dalam kehidupan-Nya, Yesus menaruh kepercayaan seperti anak-anak dalam Bapa di surga secara radikal. Ketergantungan-Nya kepada Bapa memberikan kepada-Nya kuasa untuk senantiasa melakukan kehendak Bapa.

Markus menempatkan mukjizat (yang dibuat oleh Yesus atas diri anak yang dirasuki roh jahat) itu dalam konteks yang lebih luas perjalanan-Nya ke Yerusalem, suatu “perjalanan kemuridan” (journey of discipleship: Mrk 8:31-10:52) yang sarat dengan pengajaran-pengajaran Yesus bagi para murid-Nya pada waktu itu dan hari ini juga. Peristiwa itu tidak hanya menunjukkan otoritas Yesus, melainkan juga mengungkapkan satu dimensi yang lain lagi dari kemuridan/pemuridan. Tatkala ayah dari anak yang dirasuki roh jahat itu mendekati Yesus, ia mengungkapkan pengharapannya yang sudah tergoncang dan hampir habis, “Jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami” (Mrk 9:22). Yesus menantang sikap orang itu dengan sebuah janji: “Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya!” (Mrk 9:23). Ini merupakan sebuah undangan untuk ikut ambil bagian dalam rasa percaya Yesus sendiri kepada Bapa surgawi. Tanggapan orang itu merupakan sebuah contoh bagi semua orang Kristiani yang sedang bergumul dengan iman: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Mrk 9:24). Karena orang itu dengan jujur menanggapi sabda Yesus, maka Yesus pun menyembuhkan anaknya.

Sebagai tambahan dari pelajarannya mengenai iman, cerita ini juga menggemakan sesuatu yang bernuansa eskatologis. Dalam cerita ini diindikasikan adanya ketegangan antara dua aspek kerajaan Allah, yaitu aspek kerajaan Allah yang “sudah ada sekarang” dan aspek kerajaan Allah “yang belum/akan datang”. Kita masih ingat, bahwa sebelum itu kedua belas murid-Nya telah diberi amanat oleh Yesus untuk mewartakan kerajaan Allah dan mereka telah berhasil mengusir roh-roh jahat (lihat Mrk 6:13). Akan tetapi, kali ini mereka gagal dalam upaya mereka untuk mengusir roh jahat keluar dari anak itu (Mrk 9:18). Yesus menjelaskan: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa” (Mrk 9:29). Jadi, di sini Yesus mengindikasikan bahwa para murid perlu bertumbuh dalam kepercayaan, walaupun mereka telah mengalami sebagian dari pemerintahan Allah. Markus menginginkan para pembaca Injilnya untuk menyadari, bahwa seperti kedua belas murid, mereka dipanggil untuk mengembangkan suatu iman yang matang (dewasa) selagi mereka menantikan kedatangan kerajaan Allah dalam kepenuhannya.

Tulisan Markus ini juga menggemakan kebangkitan Yesus. Setelah dibebaskan dari kuasa roh jahat, anak itu kelihatan seperti orang mati (lihat Mrk 9:26). Kemudian Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya (lihat Mrk 9:27). Para pakar Kitab Suci mengatakan, bahwa terminologi dalam bahasa Yunani yang digunakan oleh Markus merupakan suatu pertanda dari kebangkitan Yesus dan merujuk kepada satu aspek lagi dari kemuridan/pemuridan: Orang-orang Kristiani kadang-kadang dapat merasa tak berdaya (powerless) dan seakan sudah kehilangan kehidupan (lifeless), tetapi bahkan mulai sekarang juga, Yesus membebaskan kita dan mengangkat kita kepada hidup baru, suatu pekerjaan yang akan dipenuhi pada hari terakhir kelak.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, kami rindu untuk mencicipi kepenuhan kerajaan-Mu. Tolonglah kami agar dapat percaya kepada-Mu secara lebih mendalam lagi, sehingga dengan demikian kami dapat berdiri di atas iman yang matang dan mampu untuk memberi kesaksian tentang kenyataan kehadiran-Mu di tengah-tengah kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 9:14-29), bacalah tulisan dengan judul “MEMAKNAI IMAN DAN DOA” (bacaan tanggal 20-2-23), dalam situs/blog PAX ET BONUM  http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 23-02 PERMENUNGAN ALKITABIAH FEBRUARI 2023.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2012)

Cilandak,  19 Januari 2023 [HARI MINGGU BIASA VII – TAHUN A]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS