KEDATANGAN ANAK MANUSIA-PERUMPAMAAN TENTANG POHON ARA

(Bacaan Injil, Hari Minggu Biasa XXXIII, 15-11-09) 

“Tetapi pada masa itu, sesudah siksaan itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit, dan kuasa-kuasa langit akan guncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Pada waktu itu juga Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat dan akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung bumi sampai ke ujung langit.

Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara. Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu lihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Orang-orang zaman ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya itu terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.

Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja.”

Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu kapan saatnya tiba. Keadaannya  sama seperti seorang yang bepergian, yang meninggalkan rumahnya dan menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hambanya, masing-masing dengan tugasnya, dan memerintah-kan penjaga pintu supaya berjaga-jaga. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu kapan tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta, supaya kalau ia tiba-tiba datang jangan kamu didapatinya sedang tidur. Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!   (Mrk 13:24-37).

Bacaan pertama: Dan 12:1-3; Mzm 16:5.8.9-10.11; bacaan kedua: Ibr 10:11-14.18. 

Kebanyakan orang, bahkan orang-orang Kristiani sekali pun, jarang memikirkan tentang kapan Yesus akan datang kembali kelak, yaitu kedatangan Yesus untuk kedua kalinya. Memikirkan kematian dan bagaimana kiranya kita menghadapi penghakiman, apalagi membayangkan bagaimana Yesus secara tiba-tiba muncul dan menghakimi kita di tempat, semuanya cukup menakutkan. Gereja tidak menghendaki kita bersikap dan berperilaku seperti itu dalam mengantisipasi kedatangan-Nya kembali dalam kemuliaan.

Kedatangan-Nya kembali adalah peristiwa penuh sukacita. Memetik dari kitab Daniel, Yesus mengatakan bahwa kita akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya (Mrk 13:26; Dan 7:13; bdk. Why 1:7). Bagi semua orang yang percaya kepada Yesus, kedatangan-Nya kedua kali akan merupakan sebuah perayaan yang penuh sukacita. Itulah saatnya ‘raja dan pemimpin’ kita datang kembali untuk membebaskan kita sekali dan selamanya dari tangis-sedih serta segala kesusahan lainnya akibat dosa yang telah merusak dunia ini. Dia akan membawa umat beriman ke surga untuk bersama-Nya, jiwa dan raga, selamanya. Inilah yang sebenarnya kita mohonkan kepada Bapa surgawi setiap kali kita berdoa: “Datanglah kerajaan-Mu”  (Mat 6:10; Luk 11:2).

Kenyataan bahwa ada kehidupan lagi setelah kehidupan di dunia ini berakhir, seharusnya merupakan suatu sumber pengharapan besar bagi kita yang percaya. Kalau tidak demikian halnya, maka hidup kita adalah kesia-siaan belaka, yang penuh diisi dengan pengejaran habis-habisan akan kenikmatan-duniawi yang ujung-ujungnya adalah ‘kehampaan’. Sang pemazmur mencerminkan pengharapan ini ketika dia menyatakan: “Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan” (Mzm 16:9-10).

Sebuah kunci untuk memperoleh disposisi pengharapan dan sukacita berkaitan dengan kedatangan Yesus untuk kedua kalinya, adalah membuat diri kita terbuka bagi karya Roh Kudus dalam diri kita. Roh Kudus memampukan kita untuk menikmati buah pertama dari hasil panen raya kehidupan yang akan datang (lihat Rm 8:23; Gal 5:22-23). Selagi kita dipenuhi hasrat untuk hidup setiap hari dalam hadirat Tuhan, mengasihi-Nya, mengasihi sesama kita dan mengikuti jejak-Nya, kita pun menghasrati  agar Yesus datang menyelesaikan apa yang telah dimulai-Nya. Bagi mereka yang tidak mengenal Yesus dan belum pernah mencicipi kehidupan Allah, maka pemikiran tentang kedatangan Yesus untuk kedua kali akan menyebabkan kegelisahan dan ketakutan. Akan tetapi bagi mereka yang telah mengalami Allah (betapa pun sedikitnya), maka kedatangan kembali Yesus untuk kedua kali dipandang sebagai kedatangan saat penting sekali yang selama ini kita harap-harapkan. Namun yang jelas, kita harus selalu berjaga-jaga agar mampu menyambut Dia yang datang dalam kemuliaan-Nya, dalam keadaan siap. Kedatangan-Nya itu tidak dapat diramalkan oleh siapa pun.

“Hati-hatilah dan berjaga-jagalah!” Seruan Yesus ini mengingatkan kita kepada sebuah acara berita kriminalitas televisi di RCTI dengan nama ‘SERGAP’. Setiap kali acara ini hampir mendekati penghujungnya, ditampilkanlah ‘Bang Napi’ yang memberikan komentar singkat tentang pemberitaan sebelumnya. Orang berpenampilan ‘preman’ yang berada di balik jeruji besi itu akan selalu berseru, “Waspadalah, waspadalah!” sebelum mengakhiri komentarnya, seruan peringatan yang tak akan terlupakan oleh para pemirsa acara TV itu.

Demikian pula dengan seruan Yesus yang sederhana namun keras ini. Yesus wanti-wanti mengingatkan kita semua agar selalu bersiap-siaga terhadap kemungkinan datangnya akhir zaman. Seruan ini sebenarnya merupakan bagian penutup dari khotbah panjang Yesus tentang akhir zaman dalam Injil Markus (13:1-37), dengan demikian bukan berdiri sendiri. Yesus mengajar bahwa Bait Allah akan diruntuhkan (13:1-2); Dia mengajarkan kepada para murid-Nya tentang permulaan penderitaan (13:3-13); tentang siksaan yang berat dan mesias-mesias palsu (13:14-23); tentang kedatangan Anak Manusia dan perumpamaan tentang pohon ara (13:24-32). Setelah itu semua barulah Yesus memberi nasihat-nasihat supaya para murid berjaga-jaga. Dalam salah satu perumpamaan Yesus kita mendengar tentang pentingnya tuan rumah berjaga-jaga menghadapi kemungkinan datangnya “seorang pencuri yang mau membongkar rumah” (lihat Mat 24:37-43), maka pada kesempatan kali ini Yesus berbicara mengenai pentingnya penjaga pintu berjaga-jaga menghadapi kemungkinan pulangnya sang tuan rumah yang dapat terjadi kapan saja.

Memang kita tidak pernah akan mengetahui kapan sesungguhnya Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya. Oleh karena itu janganlah kita pernah merasa iseng untuk mendengarkan khotbah ‘penginjil profesional maupun amati’ atau ‘hamba Tuhan’ mana saja yang seakan-akan telah menerima wahyu kapan sesungguhnya akhir zaman itu akan terjadi. Namun di sisi lain, ada lagi sikap dan perilaku berjaga-jaga yang diperlukan oleh kita semua dalam masa Adven yang akan dimulai minggu depan, yaitu berjaga-jaga serta waspada terhadap berbagai kejutan yang akan diberikan Yesus kepada kita.

Sementara kita menantikan kedatangan sang Mesias dengan penuh kewaspadaan, baiklah kita berbagi sukacita dan pengharapan dengan saudara-saudari kita. Dengan penuh iman marilah kita datang ke tengah-tengah mereka dan mengundang mereka juga ke dalam Kerajaan Allah.

DOA: Tuhan Yesus, aku menyembah dan memuji Engkau, teristimewa untuk karya agung-Mu demi menyelamatkan umat manusia. Aku bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah menjamin keanggotaan kami, para murid-Mu, sebagai warga Kerajaan-Mu. Amin. 

Cilandak, 12 November 2009 [Peringatan Santo Yosafat Kunsevich, Uskup Agung Polotsk & Martir (+1623)] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS