Archive for May 17th, 2024

MENGAPA KITA BEGITU INGIN TAHU TENTANG PERKARA-PERKARA ORANG LAIN?

MENGAPA KITA BEGITU INGIN TAHU TENTANG PERKARA-PERKARA ORANG LAIN?

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan VII Paskah – Sabtu, 18 Mei 2024)

Pfak S. Yohanes I, Paus Martir

Keluarga Besar Fransiskan: Pesta/Pw S. Feliks dr Cabtalice, Biarawan [Bruder] Ordo I Kapusin

OFMCap Nias; HR S. Feliks dr Cantalice, Biarawan Kapusin – Pelindung Odo Kapusin Nias

Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata, “Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?” Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus, “Tuhan, bagaimana dengan dia ini?” Jawab Yesus, “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: Ikutlah Aku.” Lalu tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan, “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.”

Dialah murid yang bersaksi tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu bahwa kesaksiannya itu benar.

Masih banyak lagi hal-hal lain yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, kupikir dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. (Yoh 21:20-25)

Bacaan Pertama: Kis 28:16-20,30-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 11:4-5,7

Selagi kita mendekati penghujung Masa Paskah, kita membaca enam ayat terakhir dari Injil Yohanes yang berisikan sebuah pelajaran yang indah bagi kita.

Dalam penampilan-Nya sebagai Tuhan yang bangkit, Yesus baru saja mengatakan kepada Petrus bagaimana rasul-Nya itu akan menderita penganiayaan dan mengalami kematiannya sebagai martir Kristus. Karena Yesus tidak mengatakan apa-apa tentang kematian Yohanes, Petrus menjadi ingin tahu dan bertanya kepada Yesus, “Tuhan, bagaimana dengan dia ini?” (Yoh 21:21).

Yesus tidak pernah memberi jawaban langsung terhadap pertanyaan-pertanyaan “kosong” yang diajukan demi memenuhi rasa ingin tahu seseorang. Dalam Injil Lukas, misalnya, ada seseorang yang tertanya kepada Yesus, “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat ……” (Luk 13:23 dsj.). Jadi, dalam kasus kita kali ini, Yesus juga memberikan jawaban yang seakan mengandung “teka-teki”, “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: Ikutlah Aku” (Yoh 21:22). Yesus tidak memberi kepuasan terhadap rasa ingin tahu Petrus. Yesus hanya mengatakan kepada Petrus agar dia benar-benar mengikuti jejak-Nya, sampai kepada penyalibannya. Itulah yang penting!

Mengapa kita begitu ingin tahu tentang perkara-perkara orang-orang lain? Mengapa kita bertanya mengenai cara-cara Allah dalam mengasihi masing-masing kita sebagai individu. Yesus seakan berkata kepada Petrus: “Engkau adalah Petrus dan Yohanes adalah Yohanes. Aku tidak dapat memperlakukan kamu berdua secara sama. Aku harus menghargai individualitasmu masing-masing, karunia-karuniamu yang istimewa.” Patut dicatat bahwa kebenaran ini tidak hanya berlaku di kalangan kaum awam dalam Gereja, melainkan juga berlaku di kalangan para anggota pimpinan Gereja.

Seringkali kita merasa iri hati dan kesal karena Allah kelihatannya memperlakukan orang-orang lain dengan kasih yang melebihi kasih-Nya kepada kita sendiri. Bagaimana hal ini sampai terjadi? Allah adalah kasih. Kasih Allah itu tanpa batas kepada setiap orang tanpa kecuali. Kita harus belajar untuk menerima kasih-Nya bagi kita dan cara Dia mengasihi kita, walaupun kadang-kadang kita tidak memahaminya. Mulai saat ini, janganlah sampai kita merasa kurang dikasihi ketimbang orang-orang lain.

Allah kita adalah “Allah yang cemburu” (lihat Kel 34:14). Ia menginginkan setiap relasi-Nya dengan anak-anak-Nya merupakan relasi yang sepenuhnya personal dan unik.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau mengasihiku secara sangat mempribadi. Aku sungguh berbahagia karena di mata-Mu aku adalah seorang pribadi yang istimewa. Terpujilah nama-Mu selalu, ya Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 21:20-25), bacalah tulisan dengan judul “FOKUSLAH PADA RENCANA-RENCANA ALLAH BAGI HIDUP KITA” (bacaan tanggal 18-5-24) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 24-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2024.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2015)

Cilandak, 17 Mei 2024 [Kel. Besar Fransiskan: Pw/Pfak S. Paskalis Baylon, Biarawan/Bruder Ordo I OFM]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SETIAP HARI YESUS PUN BERTANYA KEPADA KITA MASING-MASING: “APAKAH ENGKAU MENGASIHI AKU?”

SETIAP HARI YESUS PUN BERTANYA KEPADA KITA MASING-MASING: “APAKAH ENGKAU MENGASIHI AKU?”

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan VII Paskah – Jumat, 17 Mei 2024)

Keluarga Besar Fransiskan: Pw/Pfak S. Paskalis Baylon, Biarawan [Bruder] OFM

Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya, “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya, “Peliharalah anak-anak domba-Ku.” Kata Yesus lagi kepadanya untuk kedua kalinya, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku? Jawab Petrus kepada-Nya, “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Petrus pun merasa sedih karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya, “Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya, “Peliharalah domba-domba-Ku. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi kalau engkau sudah tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” Hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus, “Ikutlah Aku”. (Yoh 21:15-19)

Bacaan Pertama: Kis 25:13-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 103:1-2,11-12,19-20

Apabila kita mau berempati dengan Petrus, mencoba untuk menempatkan diri kita dalam posisinya, barangkali kita dapat memahami rasa sedih yang dirasakan olehnya ketika Yesus yang sudah bangkit itu bertanya kepada dirinya sebanyak tiga kali, “Apakah engkau mengasihi Aku?” (Yoh 21:15-17). Pertanyaan yang diajukan Yesus sebanyak tiga kali itu sungguh membuat Petrus merasa kecil dan tentunya pedih-sakit dalam hati, namun pertanyaan-pertanyaan Yesus ini juga memberi sinyal bahwa Yesus menerima Petrus sebagai kepala (yang utama dari yang sama) para rasul. Afirmasi Petrus sebanyak tiga kali mengimbangi penyangkalannya sebanyak tiga kali pula terhadap Yesus sebelum penyaliban-Nya.

Inilah hasil dari pengamatan kita, namun inti masalahnya adalah bahwa Yesus menginginkan kasih dari Petrus, sebagaimana Dia menginginkan kasih kita. Setiap hari, dengan bela rasa yang sama tulusnya, Yesus bertanya kepada diri kita masing-masing, “Apakah engkau mengasihi Aku?”

Kehidupan kita dapat dengan mudah menjadi penuh dengan rasa cemas, rasa takut dan kekurangan-kekurangan lainnya. Kita dapat begitu disibukkan dengan upaya-upaya untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup sampai-sampai kita kehilangan fokus pada apa yang sesungguhnya merupakan persoalan yang paling penting untuk dipecahkan. Di tengah setiap kegiatan, kita harus mohon kepada Roh Kudus untuk mengingatkan kita, bahwa hal yang paling penting adalah apakah kita sungguh mengasihi Yesus.

“Kasih menutupi banyak sekali dosa” (1Ptr 4:8).  Kata-kata ini dipandang sebagai kata-kata Petrus sendiri, tentunya dengan alasan yang baik. Yesus menantang dan membujuk Petrus kembali ke dalam suatu relasi dengan diri-Nya melalui pertanyaan sederhana, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Kasih adalah suatu kharisma ilahi yang memiliki kuasa untuk membuka hati orang-orang agar mampu menerima bahkan kasih yang lebih banyak lagi. Semakin banyak kita mengasihi Allah, semakin banyak pula kita dimurnikan dari kecenderungan-kecenderungan gelap kodrat kedosaan kita. Kasih memperluas perspektif kita dan mengangkat pikiran kita sampai kepada tataran realitas Allah. Kasih bahkan memberikan kepada kita kuasa untuk membebaskan mereka yang diperbudak oleh rasa takut.

Yesus wafat di kayu salib untuk memenangkan kasih kita, bukan ketaatan buta kita. Allah yang sama – yang menciptakan kita masing-masing dengan suatu kehendak bebas – akan mengundang kita menghadap hadirat-Nya dengan suatu pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended question): “Apakah engkau mengasihi Aku?” Jika kita menjawab “ya”, Dia pun mengutus Roh-Nya secara berlimpah. Kita memasuki suatu relasi yang sebenarnya direncanakan Allah sejak awal dunia ini. Jalannya tidak selalu mulus. Pada kenyataannya, Yesus mengingatkan sebelumnya kepada Petrus “bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah” (Yoh 21:19). Namun demikian kita dapat mengenal dan mengalami suatu sukacita yang istimewa kalau tinggal bersama dengan Tuhan sepanjang hidup kita.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku mengasihi Engkau. Tolonglah aku bertumbuh semakin dekat dengan diri-Mu, sehingga aku dapat menerima apa saja yang Engkau minta untuk kukerjakan. Aku ingin menjadi pelayan-Mu dan sahabat-Mu. Terima kasih, ya Tuhan; terpujilah nama-Mu selalu Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 21:15-19), bacalah tulisan yang berjudul “PETRUS DIBERI AMANAT OLEH KRISTUS YANG TELAH BANGKIT UNTUK MEMELIHARA/MENGGEMBALAKAN UMAT-NYA” (bacaan tanggal 17-5-24) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 17-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2024.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2012)

Cilandak, 17 Mei 2023

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS