Posts tagged ‘PERUMPAMAAN TENTANG SEORANG PENABUR’

TANAH YANG PALING SUBUR PUN BUTUH DIPELIHARA DAN DIKELOLA DENGAN SEKSAMA OLEH PETANI

TANAH YANG PALING SUBUR PUN BUTUH DIPELIHARA DAN DIKELOLA DENGAN SEKSAMA OLEH PETANI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVI –  Jumat, 28 Juli 2023)

Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Surga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di  tanah yang berbatu-batu ialah orang yang  mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang ini pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” (Mat 13:18-23)

Bacaan Pertama: Kel 20:1-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:8-11

Marilah kita membayangkan perumpamaan tentang seorang penabur yang diajarkan Yesus (Mat 13:1-9). Ada sejumlah imaji yang langsung bermunculan dalam pikiran kita: benih-benih yang tersebar di beberapa tempat sepanjang jalan yang dilalui sang penabur, ada benih-benih yang jatuh di tanah di pinggir jalan, ada benih-benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, ada benih-benih yang jatuh di tengah semak duri, dan ada pula benih-benih yang jatuh di tanah yang baik. Kita bahkan dapat membayangkan diri kita mengangguk-anggukkan kepala sebagai tanda bahwa kita memahami apa yang dijelaskan tentang makna perumpamaan ini: “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat” (Mat 13:23).

Ini adalah sebuah kesaksian tentang keterampilan atau katakanlah kepiawaian Yesus sebagai seorang pengkhotbah, sehingga berbagai imaji ini tetap begitu hidup dan mengesankan bagi kita. Namun demikian, dapatkah kita “memindahkan” berbagai simbol familiar dari perumpamaan ini ke dalam hidup kita? Bagaimana kita dapat mempersiapkan diri kita menjadi “tanah yang baik” bagi sabda Allah? Bagaimana kita dapat menjadi bagian dari mereka yang mendengar sabda Allah dan menghasilkan buah?

Sebuah petunjuk terdapat dalam bacaan pertama (Kel 20:1-17). Dalam mengumumkan “Sepuluh Perintah”-Nya, Allah menetapkan bagi kita masing-masing suatu panggilan untuk menjadi kudus: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. …… Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri.” Hukum-hukum ini membentuk suatu garis pembatas yang tak dapat kita langgar. Apabila kita melanggarnya, kita tahu bahwa kita telah berdosa dan tidak memenuhi panggilan kita untuk menjadi kudus tersebut. Atau, menggunakan penggambaran dari perumpamaan Yesus, kita dapat mengidentifikasikan berbagai rintangan yang menghalangi pertumbuhan sabda (firman) Allah dalam diri kita.

Namun ada satu hal lagi sehubungan dengan pesan Yesus tentang pentingnya tanah yang baik. Tanah yang paling subur pun butuh dipelihara dan dikelola dengan seksama oleh petani. Tanah yang baik butuh dibajak dlsb. Batu-batu yang ada di sana-sini harus dibuang. Untuk mendalami perumpamaan ini lebih lanjut, kita dapat bertanya, Peralatan apakah yang  harus kita gunakan untuk mengerjakan “tanah” yang menjadi dasar hati kita? Bagaimana kita dapat menyuburkan dan memperkaya “dasar batiniah” kita? Tentu saja, kita menyuburkan hati kita melalui doa dan bacaan Kitab Suci, namun kita juga harus melakukan pemeriksaan batin dan pertobatan guna membuang berbagai rintangan dan mengerjakan tanah dasar hati kita itu agar dapat ditanami secara baru.

Semakin kita melakukan pertobatan, kita pun menjadi semakin menjadi reseptif terhadap sabda Allah dan semakin berlimpah pula tuaian dari kebaikan-Nya dalam hidup kita. Oleh karena itu, marilah kita tidak mengabaikan atau menghindari upaya untuk melihat dosa-dosa kita, melainkan menerima pertobatan sebagai suatu karunia. Allah kita penuh belas kasih. Jika kita membuka hati kita bagi-Nya, maka kita akan melihat buah-buah-Nya dalam hidup kita.

DOA: Bapa surgawi, sejak sediakala Engkau adalah Allah yang berbelas kasih. Dan, belas kasih-Mu ini tanpa batas. Anugerahkanlah kepadaku rahmat agar mau dan mampu membuka hatiku lebih lebar lagi bagi sabda-Mu, hari demi hari. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 13:18-23), bacalah tulisan yang berjudul “PERKENANKANLAH TUHAN MEMBUAT HATIMU MENJADI SEPERTI TANAH YANG BAIK” (bacaan tanggal 28-7-23) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori 23-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2023.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2015)

Cilandak, 27 Juli 2023 [Peringatan B. Maria Magdalena Martinengo, Ordo II S. Fransiskus]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENJADI TANAH YANG BAIK

MENJADI TANAH YANG BAIK

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIV – Sabtu, 17 September 2022)

Pfak S. Robertus Bellarminus, Uskup Pujangga Gereja

Pfak S. Huldegardis dr Bingen, Perawan Pujangga Gereja

Keluarga Besar Fransiskan: Pesta Stigmata Bapa Kita Fransiskus

SJ: Peringatan Wajib S. Robertus Bellarminus, Imam Pujangga Gereja

Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri dengan Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan, “Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.” Setelah berkata demikian Yesus berseru, “Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”

Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab, “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang-orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang-orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekhawatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.” (Luk 8:4-15)

Bacaan Pertama: 1Kor 15:35-37,42-49; Mazmur Tanggapan: Mzm 56:10-14

Terpujilah Allah selama-lamanya! Ia tak henti-hentinya memberikan kepada kita kesempatan demi kesempatan untuk berbalik kepada-Nya dan meninggalkan segala sesuatu yang selama ini menjauhkan diri kita daripada-Nya, dan kemudian menerima berkat-berkat-Nya. Dalam “perumpamaan tentang seorang penabur” ini, Yesus mengajarkan para murid-Nya untuk memeriksa cara mereka hidup sehingga mereka benar-benar dapat berbuah baik dan banyak sementara mereka mengalami hidup dan kasih-Nya.

Pada waktu kita dibaptis, Allah dengan penuh kemurahan hati menganugerahkan kepada kita benih hidup baru-Nya. Namun demikian, karena kegelapan yang dalam dunia di sekeliling kita, dan karena dorongan yang ada dalam diri kita untuk terlibat dalam dosa, maka pertumbuhan benih ini tidak semudah yang kita bayangkan. Si jahat selalu saja mencari jalan untuk mencuri sabda Allah dari diri kita, dengan demikian dapat menghambat pertumbuhan kita dalam Kristus. Kita menjadi korban distraksi-distraksi dalam bentuk berbagai kekhawatiran, kekayaan dan kenikmatan-kenikmatan kehidupan duniawi. Kita mengalami ketakutan dan kegelapan di dalam hati kita.

Kesulitan-kesulitan ini dapat mengecilkan hati kita dan membuat kita merasa waswas dan gelisah penuh kekhawatiran. Yesus mengajarkan perumpamaan ini agar supaya kita dapat memiliki pengharapan. Selagi kita  membuang jauh-jauh segala hasrat kedosaan kita dan menolak dosa yang ada dalam dunia di sekeliling kita, maka benih-hidup-baru yang tidak dapat rusak dapat bertumbuh dan menghasilkan buah yang menyenangkan Allah dan kita semua. Dengan memelihara benih – artinya dengan mempasrahkan diri Allah bekerja dalam diri kita – kita memberikan kesempatan kepada keajaiban hidup ilahi untuk menggantikan kecenderungan-kecenderungan untuk berdosa yang selama ini ada dalam diri kita.

Bagaimana caranya kita mempasrahkan diri kepada Allah? Yesus minta kepada kita untuk berdoa, untuk menyediakan waktu yang cukup guna membaca dan mempelajari sabda-Nya, untuk menguji/memeriksa kehidupan kita dalam terang ajaran-Nya, dan untuk melayani orang-orang lain dalam kasih. Apabila kita taat kepada-Nya, maka kita akan mengalami kasih-Nya bagi kita. Dan pengalaman  ini akan mentransformasikan diri kita sehingga dengan berjalannya waktu, kita menjadi lebih dan lebih serupa lagi dengan Dia. Cintakasih kita kepada Tuhan dan ketaatan kita kepada-Nya – seperti juga cintakasih kita dan pengampunan kita terhadap mereka yang bersalah kepada kita – akan mencabut akar kehidupan kita yang lama dan memberikan ruangan kepada hidup baru untuk bertumbuh dengan baik. Allah hanya meminta kepada kita untuk mengambil beberapa langkah dalam iman setiap harinya. Dia akan memberkati setiap langkah iman kita, meski langkah-langkah yang kecil sekalipun. Dia juga akan memberikan kepada kita suatu rasa haus dan lapar yang semakin mendalam akan kebersatuan kita dengan diri-Nya.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku sadar sekali bahwa Engkau sangat mengasihiku dan sesamaku. Engkau begitu memperhatikan diriku dan mengajar aku bagaimana caranya menghayati hidup sebagai murid-Mu di dunia ini. Berkatilah langkah-langkahku hari ini selagi aku berupaya menyuburkan benih hidup baru-Mu dalam diriku. Ajarlah aku untuk percaya sepenuhnya kepada rahmat-Mu dalam setiap langkah yang kuambil. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 8:4-15), bacalah tulisan yang  berjudul “…… DAN MENGELUARKAN BUAH DALAM KETEKUNAN” (bacaan tanggal 17-9-22) dalam situs PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 22-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2022.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2010)

Cilandak, 16 September 2022 [Pw S. Kornelius, Paus dan S. Siprianus, Uskup Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

BAGAIMANA KITA DAPAT MENJADI TANAH YANG BAIK DAN SUBUR?

BAGAIMANA KITA DAPAT MENJADI TANAH YANG BAIK DAN SUBUR?

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVI – Rabu, 20 Juli 2022)

Peringatan Fakultatif S. Apolinaris, Uskup Martir

Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Lalu datanglah orang banyak berbondong-bondong dan mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya, “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah tanaman-tanaman itu dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Mat 13:1-9)

Bacaan Pertama: Yer 1:1,4-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 71:1-4a,5-6ab,15ab,17

Perumpamaan ini sungguh merupakan sebuah tantangan besar. Sekali sabda Allah ditanam dalam hati kita, kita mempunyai pilihan bagaimana kita akan menanggapi sabda tersebut. Yesus mengajar dengan jelas: Apabila benih gagal berakar dalam diri kita, maka kita tidak akan mampu bertahan ketika menghadapi kesulitan. Tanah yang baik adalah “orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah” (Mat 13:23). Perumpamaan ini menunjukkan bahwa kita dapat memupuk hati kita sehingga, ketika sang penabur menaburkan benihnya ke dalam diri kita, maka kita akan siap untuk menerima benih (sabda/firman) itu dan memahaminya agar dengan demikian dapat berbuah.

Bagaimana kita dapat menjadi tanah yang baik dan subur? Kita dapat mulai dengan memohon kepada Roh Kudus untuk mengisi diri kita dengan suatu hasrat yang tulus akan sabda Allah dan suatu keterbukaan terhadap kuasa sabda Allah itu guna mentransformasikan kita. Kita juga dapat membuat diri kita tersedia bagi Allah sehingga “benih” di dalam diri kita dapat menghasilkan akar yang dalam serta kuat, dan dapat menghasilkan buah secara berlimpah-limpah. Melalui doa-doa harian, bacaan dan studi Kitab Suci serta partisipasi aktif dalam Misa Kudus, kita dapat membawa makanan bagi diri kita secara konstan, menciptakan suatu keadaan di mana benih sabda Allah dapat bertumbuh dan menjadi produktif.

Disamping hati yang baik, jujur dan taat, kita juga membutuhkan kesabaran kalau mau melihat tanaman itu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat. Selagi kita berjalan melalui kehidupan kita ini, pastilah kita mengalami berbagai godaan, masalah dan kesulitan. Barangkali kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit sabda itu sehingga tidak berbuah (Mat 13:22). Namun Allah memerintah dalam hati yang kuat berakar pada sabda-Nya. Allah akan melihat kita melalui waktu-waktu di mana kita tergoda untuk mengambil jalan-mudah, atau ketika kita  mengalami distraksi (pelanturan) yang disebabkan oleh berbagai tuntutan atas waktu dan perhatian kita. Yesus, sang Firman/Sabda Allah, akan menjaga hati kita agar tetap lembut dan lunak. Kalau kita menantikan-Nya dengan sabar, maka Dia tidak akan mengecewakan kita.

Marilah kita menerima sabda Allah dengan kesabaran dan penuh kepercayaan. Marilah kita minta kepada Roh Kudus untuk menanam sabda-Nya dalam-dalam pada diri kita, sehingga tidak ada yang dapat mencabutnya, apakah Iblis, atau godaan-godaan, atau kekayaan, atau kenikmatan-kenikmatan yang ditawarkan dunia. Baiklah kita memusatkan pikiran dan hati kita pada sabda-Nya, mohon kepada Roh Kudus untuk membawa sabda-Nya itu ke dalam diri kita. Baiklah kita membuat Kitab Suci sebagai fondasi kita yang kokoh-kuat.

DOA: Bapa surgawi, berkat rahmat-Mu buatlah agar hidup kami berbuah demi kemuliaan-Mu. Tumbuhkanlah dalam hati kami suatu hasrat untuk menerima sabda-Mu. Ubahlah hati kami supaya menjadi tanah yang baik dan subur bagi sabda-Mu untuk tumbuh dan berbuah. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Mat 13:1-9), bacalah tulisan yang berjudul “PERUMPAMAAN TENTANG SEORANG PENABUR” (bacaan tanggal 20-7-22), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 22-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2022.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011)

Cilandak, 19 Juli 2022

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

…… DAN MENGELUARKAN BUAH DALAM KETEKUNAN

…… DAN MENGELUARKAN BUAH DALAM KETEKUNAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIV – Sabtu, 18 September 2021)

Keluarga Besar Fransiskan: Peringatan Wajib/Pesta S. Yosef dr Copertino, Imam

Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri dengan Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan, “Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.” Setelah berkata demikian Yesus berseru, “Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” 

Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab, “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang-orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang-orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekhawatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.” (Luk 8:4-15)

Bacaan Pertama: 1Tim 6:13-16; Mazmur Tanggapan: Mzm 100:2-5

“Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.” (Luk 8:15)

Bacaan Injil hari ini mengingatkan kita bahwa mengasihi Allah dan mengasihi sesama adalah dua hal: (1) mendengarkan Sabda Allah dan (2) memeliharanya serta melaksanakannya.

Banyak orang Yahudi dalam masa Yesus hidup di dunia sebagai seorang manusia adalah para petani. Mereka memahami hal-ikhwal pertanian, misalnya tentang cara menanam atau menabur benih, tanah yang baik dan tidak baik, pengairan/irigasi dst. Yesus mengatakan bahwa menyebarkan sabda Allah adalah seperti menabur benih, yang harus dilakukan pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dan dengan cara yang tepat pula.

Yesus mengatakan bahwa ada orang-orang yang memang tidak ingin mendengarkan sabda Allah pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dan dengan cara yang tepat pula. Itulah sebabnya mengapa sabda Allah tidak menolong mereka. Itulah sebabnya mengapa mereka tidak menghasilkan buah. Namun bagi mereka yang sungguh ingin mendengarkan sabda Allah, dunia yang baru benar-benar terbuka! Hal ini memberikan kepada mereka keberanian untuk terus melangkah maju, mencerahkan pikiran-pikiran dan kata-kata yang mereka ucapkan, dan membawa kasih ke dalam tindakan-tindakan mereka.

Bagian yang sungguh penting dari petikan di atas adalah frase “mengeluarkan buah dalam ketekunan”.  Memang agak mudahlah untuk menjadi bagian dari orang banyak yang mendengarkan sabda Allah tentang kasih dan keadilan, tentang hak-hak orang lain, tentang tugas-tugas kita dalam hidup ini. Namun untuk melaksanakan semua itu dalam ketekunan dalam hidup kita sehari-hari – hari demi hari – adalah suatu persoalan lain. Masalah “teori vs praktek” ini juga merupakan pembahasan yang cukup hangat dalam pertemuan Kitab Suci di lingkungan kami pada malam tanggal 17 September 2014 lalu, ketika kami membahas masalah “hidup untuk melayani”.

Ada juga dari kita – umat Kristiani – yang masih bersikap pilih-pilih. Kita senang mendengarkan kata-kata indah tentang kasih dan hal-hal yang enak didengar lainnya. Akan tetapi, ketika Yesus Kristus berbicara kepada kita tentang dosa-dosa kita, tentang berbagai ketidakadilan yang kita lakukan, atau hukuman macam apa yang pantas kita terima untuk semua itu, maka kita tidak sudi mendengarkan sabda Allah itu. Dalam hal ini kita kelihatannya konsisten. Kita hanya mencari sisi yang mudah saja dari berbagai hal yang kita hadapi.

Kalau kita tidak menerima pesan Allah secara keseluruhan, maka kita sebenarnya tidaklah mendengarkan sabda-Nya. Kalau kita tidak mempraktekkan keseluruhan perintah Allah dengan cara sebaik-baiknya seturut kemampuan kita, maka kita sesungguhnya tidak mengeluarkan buah dalam ketekunan.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, kubuka hatiku kepada-Mu seperti sebidang tanah yang baik, siap untuk menerima dari-Mu benih-benih sabda-Mu yang Engkau taburkan ke dalam hatiku. Terpujilah nama-Mu, sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 8:4-15), bacalah tulisan yang berjudul “BENIH YANG SETELAH TUMBUH BERBUAH SERATUS KALI LIPAT” (bacaan tanggal 18-9-21) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 21-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2021.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2014)

Cilandak, 17 September 2021 [Pesta Stigmata Bapa Kita Fransiskus]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERUMPAMAAN TENTANG SEORANG PENABUR

PERUMPAMAAN TENTANG SEORANG PENABUR

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVI – Rabu, 21 Juli 2021)

Peringatan Fakultatif S. Laurensius dr Brindisi, Imam Pujangga Gereja

Keluarga Besar Fransiskan: Pesta/ Peringatan Wajib S. Laurensius dr Brindisi, Imam Pujangga Gerreja

Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Lalu datanglah orang banyak berbondong-bondong dan mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya, “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah tanaman-tanaman itu dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Mat 13:1-9)

Bacaan Pertama: Kel 16:1-5,9-15; Mazmur Tanggapan: Mzm 78:18-19,23-28

Coba anda mengingat-ingat guru-guru terbaik di sekolah tempat anda belajar dahulu atau dosen-dosen ketika kuliah dahulu. Pada tahun 1960-an di FEUI ada seorang dosen yang  bernama Drs. Tan Goan Tiang (kelak dikenal sebagai Prof. Nathanael, pendiri Lembaga Demografi FEUI). Saya duduk di kelas beliau ketika belajar “Ilmu Ekonomi Mikro”. Banyak mahasiswa kelas itu merasa tidak sabar menunggu-nunggu pengajaran beliau. Praktis semua mahasiswa dalam kelas itu menaruh respek kepada beliau karena beliau memang pandai namun sederhana dalam penampilan, serius, tidak banyak membual. Kelasnya selalu penuh. Menjadi guru memang panggilannya. Dia pernah menjadi seorang guru SMA Kristen [Pintu Air] yang hampir setiap tahun menghasilkan bintang pelajar; dan tidak ada yang menyangkal bahwa beliau adalah seorang Kristiani sejati (anggota Gereja GKI Kwitang), yang dihormati tidak hanya oleh mereka yang Kristiani. Pada hari kematiannya, mantan mahasiswanya dari berbagai angkatan datang melayat. Seorang mantan mahasiswanya, Prof. Dr. Dorojatun Kuncorojakti, menulis sebuah artikel di salah satu majalah terkenal pada waktu itu, kalau tidak salah berjudul “Pohon yang berbuah”. Prof. Tan Goan Tiang memang seorang guru sejati. 

Saya yakin sekali bahwa Yesus, ketika mengajar tentang Kerajaan Allah, juga pasti sangat memikat para murid dan orang banyak yang mendengar-Nya. Yesus bukanlah seorang guru yang datang dengan berbagai data statistik, diagram dll. Tentunya Dia juga tidak mengajar sampai detil-detil yang harus dihafalkan oleh para pendengar-Nya. Yesus menggunakan perumpamaan-perumpamaan, cerita-cerita mengenai orang-orang dan situasi-situasi yang dengan mudah membuat orang menghubungkan dirinya dengan itu semua. Dia ingin memenangkan hati kita dan juta membentuk pikiran kita. Siapa yang bisa mengajar lebih hebat daripada Yesus, Dia yang menciptakan kita dan “turun ke dunia” sebagai seorang manusia, kemudian mati di kayu salib untuk menyelamatkan kita? 

Layaknya seorang guru yang baik, Yesus tidak memberikan jawaban-jawaban standar. Ia mengundang kita untuk terlibat. Ia menantang kita agar membuka hati dan dengan rendah hati menerima sabda-Nya ke dalam jiwa kita. Agar supaya ajaran-Nya berbuah dalam kehidupan kita, maka kita harus “mendengar dengan telinga kita” dan “melihat dengan mata kita” (bdk. Mat 13:15-17). Walaupun kita mempunyai ajaran Gereja, tidak ada pengganti daripada penemuan apa yang dikatakan oleh sabda Allah dalam Kitab Suci bagi kita masing-masing secara pribadi. 

Dengan perumpamaan ini, Matius menunjukkan satu pengajaran Yesus yang indah. Melalui perumpamaan ini penulis Injil ini menyoroti cara Yesus mengajar. Yesus menggunakan “perumpamaan tentang seorang penabur” ini untuk mengilustrasikan kemurahan-hati Allah yang berlimpah-limpah. Bapa surgawi selalu menaburkan benih-benih firman-Nya, mengundang kita untuk mengenal dan mengalami kasih dan kerahiman-Nya. Dia selalu mengulurkan tangan-tangan-Nya kepada kita.  Mengetahui bahwa kita memiliki seorang Bapa yang tidak pernah membelakangi atau menolak kita, maka seharusnya hal ini memberikan kepada kita damai-sejahtera dan pengharapan. 

Setiap benih yang jatuh pada tanah yang baik akan bertumbuh. Benih yang ditanam oleh Bapa surgawi tentunya akan bertumbuh manakala bertemu dengan hati yang terbuka bagi-Nya. Ini adalah janji Allah. Namun bagaimana kita menentukan apakah hati kita itu baik? Apa beberapa butir acuan: 

  • Apakah keragu-raguan dan rasa tidak-percaya langsung mencuri damai-sejahtera yang dibawa oleh firman Allah kepada kita? (lihat Mat 13:19).
  • Apabila kesusahan atau penderitaan datang karena iman kita, apakah kita berdiri dengan kokoh dalam iman kita atau apakah kita jatuh ke dalam kompromi (lihat Mat 13:20-21).
  • Apakah kita terlalu dibebani dengan pengurusan hal-ikhwal dunia? Apakah kesenangan karena harta-kekayaan dan berbagai hasrat akan “kenikmatan-kenikmatan” mengambil tempat yang lebih besar dalam hati kita ketimbang kehadiran Yesus? (lihat Mat 13:22). 

Kita seharusnya tidak berputus-asa atas tanah yang berbatu-batu atau semak duri dari ketidak-percayaan, pelanturan-pelanturan atau rasa takut yang menghalangi firman Allah untuk kuat-mengakar dalam hati kita. Yesus senang sekali mengubah hati kita, asal saja dengan tulus-ikhlas kita mohonkan hal itu kepada-Nya. Yesus memiliki kesabaran yang sangat luarbiasa dengan kita masing-masing, seperti apa yang telah dicontohkan-Nya ketika membimbing/mengajar para murid-Nya yang bebal-bebal itu. Dia juga sangat senang untuk menjelaskan kepada kita mengenai “rahasia Kerajaan Allah” selagi kita memperkenankan sabda firman-Nya bertumbuh dalam diri kita. 

DOA: Roh Kudus Allah, siapkanlah hati kami untuk menerima firman Allah, lebih dan lebih banyak lagi. Nyatakanlah kepada kami hasrat mendalam dari Yesus untuk mengajar kami tentang “rahasia Kerajaan Allah”, dan juga betapa besar kasih-Nya serta kesabaran-Nya dalam menghadapi segala kelemahan kami. Tolonglah kami agar dapat sungguh berbuah bagi Kerajaan Allah.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 13:1-9), bacalah tulisan yang berjudul “BAGAIMANA KITA AKAN MENANGGAPI FIRMAN ALLAH YANG DITANAM DALAM HATI KITA?” (bacaan tanggal 21-7-21) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 21-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2021.

Untuk lebih mengenal siapa itu Santo Laurensius dr Brindisi, ada dua tulisan tentang orang kudus ini dalam situs/blog PAX ET BONUM; kategori: ORANG-ORANG KUDUS FRANSISKAN.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya di tahun 2016)

Cilandak, 20 Juli 2021 [Peringatan Fakultatif S. Apolinaris, Uskuo Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERUMPAMAAN YESUS TENTANG SEORANG PENABUR

PERUMPAMAAN YESUS TENTANG SEORANG PENABUR

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa III  – Rabu, 27 Januari 2021)

Peringatan Fakultatif S. Angela Merici, Perawan

OSU: Hari Raya S. Angela Merici, Pendiri Tarekat Suster-suster Ursulin

Pada suatu kali Yesus mulai mengajar lagi di tepi danau. Lalu datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Ia mengajarkan banyak hal dalam  perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka, “Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatuuste-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah tanam-tanaman itu dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Sebagian jatuh di tanah yang baik, sehingga tumbuh dengan subur dan berbuah. Hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat.” Lalu kata-Nya, “Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”

Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu bertanya kepada-Nya tentang perumpamaan itu. Lalu Ia berkata kepada mereka, “Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun memang melihat, mereka tidak memahami, sekalipun memang mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan diberi pengampunan.” Lalu Ia berkata kepada mereka, “Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain? Penabur itu menaburkan firman. Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka. Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu mereka segera murtad. Yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri; itulah yang mendengar firman itu, lalu kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.” (Mrk 4:1-20)

Bacaan Pertama: Ibr 10:11-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 110:1-4

Perumpamaan ini sungguh merupakan sebuah tantangan besar. Sekali sabda Allah ditanam dalam hati kita, kita mempunyai pilihan bagaimana kita akan menanggapi sabda tersebut. Yesus mengajar dengan jelas: Apabila benih gagal berakar dalam diri kita, maka kita tidak akan mampu bertahan ketika menghadapi kesulitan. Tanah yang baik adalah “orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah” (Mrk 4:20). Perumpamaan ini menunjukkan bahwa kita dapat memupuk hati kita sehingga, ketika sang penabur menaburkan benihnya ke dalam diri kita, maka kita akan siap untuk menerima benih (sabda/firman) itu dan memahaminya agar dengan demikian dapat berbuah.

Bagaimana kita dapat menjadi tanah yang baik dan subur? Kita dapat mulai dengan memohon kepada Roh Kudus untuk mengisi diri kita dengan suatu hasrat yang tulus akan sabda Allah dan suatu keterbukaan terhadap kuasa sabda Allah itu guna mentransformasikan kita. Kita juga dapat membuat diri kita tersedia bagi Allah sehingga “benih” di dalam diri kita dapat menghasilkan akar yang dalam serta kuat, dan dapat menghasilkan buah secara berlimpah-limpah. Melalui doa-doa harian, bacaan dan studi Kitab Suci serta partisipasi aktif dalam Misa Kudus, kita dapat membawa makanan bagi diri kita secara konstan, menciptakan suatu keadaan di mana benih sabda Allah dapat bertumbuh dan menjadi produktif.

Disamping hati yang baik, jujur dan taat, kita juga membutuhkan kesabaran kalau mau melihat tanaman itu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat. Selagi kita berjalan melalui kehidupan kita ini, pastilah kita mengalami berbagai godaan, masalah dan kesulitan. Barangkali “kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah” (Mrk 4:19). Namun Allah memerintah dalam hati yang kuat berakar pada sabda-Nya. Allah akan melihat kita melalui waktu-waktu di mana kita tergoda untuk mengambil jalan-mudah, atau ketika kita  mengalami distraksi (pelanturan) yang disebabkan oleh berbagai tuntutan atas waktu dan perhatian kita. Yesus, sang Firman/Sabda Allah, akan menjaga hati kita agar tetap lembut dan lunak. Kalau kita menantikan-Nya dengan sabar, maka Dia tidak akan mengecewakan kita.

Marilah kita menerima sabda Allah dengan kesabaran dan penuh kepercayaan. Marilah kita minta kepada Roh Kudus untuk menanam sabda-Nya dalam-dalam pada diri kita, sehingga tidak ada yang dapat mencabutnya, apakah Iblis, atau godaan-godaan, atau kekayaan, atau kenikmatan-kenikmatan yang ditawarkan dunia. Baiklah kita memusatkan pikiran dan hati kita pada sabda-Nya, mohon kepada Roh Kudus untuk membawa sabda-Nya itu ke dalam diri kita. Baiklah kita membuat Kitab Suci sebagai fondasi kita yang kokoh-kuat.

DOA: Bapa surgawi, berkat rahmat-Mu buatlah agar hidup kami berbuah demi kemuliaan-Mu. Tumbuhkanlah dalam hati kami suatu hasrat untuk menerima sabda-Mu. Ubahlah hati kami supaya menjadi tanah yang baik dan subur bagi sabda-Mu untuk tumbuh dan berbuah. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil  hari ini (Mrk 4:1-20), bacalah tulisan yang berjudul “HATI YANG TERBUKA BAGI FIRMAN ALLAH” (bacaan tanggal 27-1-21), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 21-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2021.

Cilandak, 26 Januari 2021 [Peringatan Wajib S. Timotius dan Titus, Uskup]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

BENIH YANG SETELAH TUMBUH BERBUAH SERATUS KALI LIPAT

BENIH YANG SETELAH TUMBUH BERBUAH SERATUS KALI LIPAT

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIV – Sabtu, 19 September 2020)

Peringatan Fakultatif S.Yanuarius, Uskup Martir

Keluarga Besar Fransiskan: Peringatan Wajib/Fakultatif S. Fransiskus Maria dr Camporosso, Biarawan

Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri dengan Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan, “Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.” Setelah berkata demikian Yesus berseru, “Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” 

Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab, “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang-orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang-orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekhawatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.” (Luk 8:4-15) 

Bacaan Pertama: 1Kor 15:35-37,42-49; Mazmur Tanggapan: Mzm 56:10-14 

Tidak ada rahasia bahwa Bapa surgawi, Allah yang Mahapemurah, sangat senang memberikan kepada kita ganjaran sebanyak seratus kali lipat atas upaya kita mendekat kepada-Nya dan kerajaan-Nya. Ingatlah cerita tentang janda dari Sarfat yang dalam kekurangannya memberikan hospitalitas kepada nabi Elia. Karena kemurahan hatinya dalam memberikan segenggam tepung terakhir yang ada dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli untuk dijadikan roti bagi Elia, Allah menjamin, bahwa baik keluarga sang janda dan Elia mempunyai cukup makanan untuk waktu yang lama, tanpa tempayannya kehabisan tepung atau buli-bulinya kehabisan minyak (lihat 1Raj 17:16).

Baiklah kita mengingat juga bagaimana Yesus melakukan mukjizat pergandaan lima roti dan dua ikan menjadi makanan untuk lebih dari lima ribu orang (Mk 6:41-44). Atau, baiklah kita mengingat janji Yesus bahwa Allah dapat melakukan tanda-tanda heran yang besar apabila kita mempunyai kepada-Nya hanya sebesar sebutir biji mustar (Mat 17:20). Berkali-kali Yesus berjanji bahwa apabila kita mendengar firman/sabda Allah, dan menyimpannya dalam hati yang baik, maka berkat ketekunan penuh kesabaran, kita dapat mengharapkan buah berlimpah” (lihat Luk 8:8,15). Allah dapat menghasilkan begitu banyak dari hal yang begitu kecil/sedikit!

Renungkanlah bagaimana Allah mampu untuk menggunakan waktu-waktu doa kita. Yang kita lakukan adalah upaya kecil untuk menyisihkan waktu yang sedikit guna menghadap hadirat-Nya; dan sebagai ganjaran Allah mencurahkan berkat-berkat-Nya yang jauh lebih besar daripada yang pernah kita mimpikan sebagai suatu kemungkinan.

Barangkali tidak ada apapun yang menunjukkan kemurahan hati Allah sebanyak seratus kali lipat itu secara lebih sempurna daripada Misa Kudus. Allah Bapa tidak hanya memilih untuk mengutus Yesus ke atas bumi untuk hidup, wafat, dan bangkit bagi kita. Dalam Ekaristi, Dia memberikan kesempatan kepada kita secara harian untuk datang ke sebuah perjamuan di mana Yesus membuat diri-Nya hadir dan dapat diakses oleh kita. Yang perlu kita bawa ke pesta perjamuan ini hanyalah suatu semangat pertobatan dan penuh syukur – bersama-sama dengan harapan-harapan kita, beban-beban yang sedang kita pikul, dan kebutuhan-kebutuhan – dan Ia memenuhi diri kita dengan karunia tubuh dan darah-Nya.

Dalam pertukaran ilahi yang terjadi pada Ekaristi, kita mampu untuk masuk ke dalam keintiman mendalam dengan Pencipta kita dan Penebus kita. Bersatu dengan Dia lewat sebuah persembahan hidup kita, maka kitapun diperbaharui, disegarkan kembali, diperkuat kembali, dan dibuat utuh. Sesungguhnya kemurahan hati Allah itu tak terukur besarnya.

DOA: Allah yang Maharahim, setiap hari Engkau berupaya untuk mencurahkan kepada kami segala kekayaan Kerajaan-Mu. Bapa, mampukanlah kami untuk semakin menyerahkan diri kepada Roh Kudus-Mu sehingga dengan demikian kami dapat menjadi penerima dan saluran kemurahan hatiMu yang tiada bandingnya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 8:4-15), bacalah tulisan yang berjudul “MEMBERIKAN HASIL YANG MELIMPAH BAGI KERAJAAN-NYA” dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 20-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2020. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2012) 

Cilandak, 17 September 2020 [Peringatan Fakultatif S. Robertus Bellarminus, Uskup Pujangga Gereja] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERUMPAMAAN YESUS TENTANG SEORANG PENABUR

PERUMPAMAAN YESUS TENTANG SEORANG PENABUR

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XV [TAHUN A] – 12 Juli 2020)

Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Lalu datanglah orang banyak berbondong-bondong dan mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya, “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah tanaman-tanaman itu dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Mat 13:1-9; versi panjang: 13:1-23) 

Bacaan Pertama:  Yes 55:10-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 65:10-14; Bacaan Kedua: Rm 8:18-23

Coba anda mengingat-ingat guru-guru terbaik di sekolah tempat anda belajar dahulu atau dosen-dosen ketika kuliah dahulu. Pada tahun 1960-an di FEUI ada seorang dosen yang  bernama Drs. Tan Goan Tiang (kelak dikenal sebagai Prof.  Dr. Nathanael, pendiri Lembaga Demografi FEUI). Saya duduk di kelas beliau ketika belajar “Ilmu Ekonomi Mikro”. Banyak mahasiswa kelas itu merasa tidak sabar menunggu-nunggu pengajaran beliau. Praktis semua mahasiswa dalam kelas itu menaruh respek kepada beliau karena beliau memang pandai namun sederhana dalam penampilan, serius, tidak banyak membual. Kelasnya selalu penuh. Menjadi guru memang panggilannya. Dia pernah menjadi seorang guru SMA Kristen yang hampir setiap tahun menghasilkan bintang pelajar; dan tidak ada yang menyangkal bahwa beliau adalah seorang Kristiani sejati (anggota Gereja GKI Kwitang), yang dihormati tidak hanya oleh mereka yang Kristiani. Pada hari kematiannya, mantan mahasiswanya dari berbagai angkatan datang melayat. Prof. Dr. Dorojatun Kuncorojakti menulis sebuah artikel di salah satu majalah pada waktu itu, kalau tidak salah berjudul “Pohon yang berbuah”. Prof. Tan Goan Tiang memang seorang guru sejati.

Saya yakin sekali bahwa Yesus, ketika mengajar tentang Kerajaan Allah, juga pasti sangat memikat hati para murid dan orang banyak yang mendengar-Nya. Yesus bukanlah seorang guru yang datang dengan berbagai data statistik, diagram dll. Tentunya Dia juga tidak mengajar sampai detil-detil yang harus dihafalkan oleh para pendengar-Nya. Yesus menggunakan perumpamaan-perumpamaan, cerita-cerita mengenai orang-orang dan situasi-situasi yang dengan mudah membuat orang menghubungkan dirinya dengan itu semua. Dia ingin memenangkan hati kita dan juga membentuk pikiran kita. Siapa yang bisa mengajar lebih hebat daripada Yesus, Dia yang menciptakan kita dan “turun ke dunia” sebagai seorang manusia, kemudian mati di kayu salib untuk menyelamatkan kita?

Layaknya seorang guru yang baik, Yesus tidak memberikan jawaban-jawaban standar. Ia mengundang kita untuk terlibat. Ia menantang kita agar membuka hati dan dengan rendah hati menerima sabda-Nya ke dalam jiwa kita. Agar supaya ajaran-Nya berbuah dalam kehidupan kita, maka kita harus “mendengar dengan telinga kita” dan “melihat dengan mata kita” (bdk. Mat 13:15-17). Walaupun kita mempunyai ajaran Gereja, tidak ada pengganti daripada penemuan apa yang dikatakan oleh sabda Allah dalam Kitab Suci bagi kita masing-masing secara pribadi.

Saudari-Saudara yang dikasihi Kristus, pesan sederhana dari Injil hari ini adalah bahwa benih sabda Allah akan menjadi sia-sia, jika tidak “jatuh di tanah yang baik” (Mat 13:8). Yang dimaksudkan Yesus dengan tanah yang baik adalah disposisi hati yang penuh hasrat dari seorang pribadi manusia yang mencoba untuk mendengarkan sabda Allah dengan perhatian yang tak tergoyahkan, yang mencoba untuk memahami semua arti dan implikasi-implikasi praktisnya, dan yang mau menerjemahkan apa yang didengarnya dan dimengertinya ke dalam tindakan, “menjadi berbuah”…… terwujud dalam pekerjaan-pekerjaan yang konkret dari kehidupan Kristiani. Semua ini tentunya tidak mudah. Namun jika kita menilai ini merupakan “tugas” yang terlalu berat, cobalah pikirkan berapa banyak “jam” kita buang untuk memuaskan hobi dan kesenangan kita, berapa banyak kesusahan yang harus kita harus lalui sebelum lulus ujian, dll. Kalau kita menyadari betapa banyak waktu yang kita sediakan untuk berbagai keperluan duniawi kita, maka betapa banyak lagi energi yang seharusnya kita mau sediakan demi Allah dan kehidupan kekal.

Dengan perumpamaan ini, Matius menunjukkan satu pengajaran Yesus yang indah. Melalui perumpamaan ini penulis Injil ini menyoroti cara Yesus mengajar. Yesus menggunakan “perumpamaan tentang seorang penabur” ini untuk mengilustrasikan kemurahan-hati Allah yang berlimpah-limpah. Bapa surgawi selalu menaburkan benih-benih sabda-Nya, mengundang kita untuk mengenal dan mengalami kasih dan kerahiman-Nya. Dia selalu mengulurkan tangan-tangan-Nya kepada kita.  Mengetahui bahwa kita memiliki seorang Bapa yang tidak pernah membelakangi atau menolak kita, maka seharusnya hal ini memberikan kepada kita damai-sejahtera dan pengharapan.

Setiap benih yang jatuh pada tanah yang baik akan bertumbuh. Seperti diuraikan di atas, benih yang ditanam oleh Bapa surgawi tentunya akan bertumbuh manakala bertemu dengan hati yang terbuka bagi-Nya. Ini adalah janji Allah. Namun bagaimana kita menentukan apakah hati kita itu baik? Apa beberapa butir acuan:

  • Apakah keragu-raguan dan rasa tidak-percaya langsung mencuri damai-sejahtera yang dibawa oleh sabda Allah kepada kita? (lihat Mat 13:19).
  • Apabila kesusahan atau penderitaan datang karena iman kita, apakah kita berdiri dengan kokoh dalam iman kita atau apakah kita jatuh ke dalam kompromi? (lihat Mat 13:20-21).
  • Apakah kita terlalu dibebani dengan pengurusan hal-ikhwal dunia? Apakah kesenangan karena harta-kekayaan dan berbagai hasrat akan ‘kenikmatan-kenikmatan’ mengambil tempat yang lebih besar dalam hati kita ketimbang kehadiran Yesus? (lihat Mat 13:22).

Kita seharusnya tidak berputus-asa atas tanah yang berbatu-batu atau semak duri dari ketidak-percayaan, pelanturan-pelanturan atau rasa takut yang menghalangi sabda Allah untuk kuat-mengakar dalam hati kita. Yesus senang sekali mengubah hati kita, asal saja dengan tulus-ikhlas kita mohonkan hal itu kepada-Nya. Yesus memiliki kesabaran yang sangat luarbiasa dengan kita masing-masing, seperti apa yang telah dicontohkan-Nya ketika membimbing/mengajar para murid-Nya yang bebal-bebal itu. Dia juga sangat senang untuk menjelaskan kepada kita mengenai ‘rahasia Kerajaan Allah’ selagi kita memperkenankan sabda-Nya bertumbuh dalam diri kita.

DOA: Datanglah Roh Kudus, siapkanlah hati kami untuk menerima sabda Allah, lebih dan lebih banyak lagi. Nyatakanlah kepada kami hasrat mendalam dari Yesus untuk mengajar kami tentang “rahasia Kerajaan Allah”, dan juga betapa besar kasih-Nya serta kesabaran-Nya dalam menghadapi segala kelemahan kami. Tolonglah kami agar dapat sungguh berbuah bagi Kerajaan Allah. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 13:1-9), bacalah tulisan yang berjudul “PERUMPAMAAN YESUS YANG MERUPAKAN SEBUAH TANTANGAN BESAR” (bacaan tanggal 12-7-20) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 20-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2020. 

Cilandak, 9 Juli 2020 [Peringatan Fakultatif S. Gregorius Grassi, Uskup dkk. Martir Tiongkok] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KITA AKAN MEMAHAMI RAHASIA KERAJAAN ALLAH JIKA KITA MEMPERKENANKAN BENIH SABDA-NYA BERTUMBUH DALAM DIRI KITA

KITA AKAN MEMAHAMI RAHASIA KERAJAAN ALLAH JIKA KITA MEMPERKENANKAN BENIH SABDA-NYA BERTUMBUH DALAM DIRI KITA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa III  – Rabu, 29 Januari 2020)

Pada suatu kali Yesus mulai mengajar lagi di tepi danau. Lalu datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Ia mengajarkan banyak hal dalam  perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka, “Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah tanam-tanaman itu dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Sebagian jatuh di tanah yang baik, sehingga tumbuh dengan subur dan berbuah. Hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat.” Lalu kata-Nya, “Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”

Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu bertanya kepada-Nya tentang perumpamaan itu. Lalu Ia berkata kepada mereka, “Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun memang melihat, mereka tidak memahami, sekalipun memang mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan diberi pengampunan.” Lalu Ia berkata kepada mereka, “Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain? Penabur itu menaburkan firman. Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka. Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu mereka segera murtad. Yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri; itulah yang mendengar firman itu, lalu kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.” (Mrk 4:1-20) 

Bacaan Pertama: 2Sam 7:4-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 89:4-5,27-30

Perumpamaan Yesus tentang seorang penabur ini sangat dihargai dalam Gereja Perdana. Dengan mengedepankan perumpamaan tentang seorang penabur, Markus memberi kesempatan kepada kita untuk “icip-icip” sedikit saja dari berbagai ajaran Yesus yang indah.

Sampai titik ini, Markus fokus pada banyak karya Yesus: penyembuhan dan mukjizat serta tanda heran lainnya. Sekarang, melalui cerita ini Markus mulai menunjukkan cara Yesus mengajar. Yesus menggunakan perumpamaan ini untuk menggambarkan kemurahan hati Allah yang berlimpah. Bapa surgawi selalu menaburkan benih-benih sabda-Nya, mengundang kita agar dapat mengenal kasih dan belas-kasih-Nya. Allah senantiasa mengulurkan tangan-tangan kasih-Nya kepada kita. Dengan mengetahui bahwa kita memiliki seorang Bapa yang tidak pernah meninggalkan kita sebenarnya memberikan kepada kita damai-sejahtera dan pengharapan yang besar.

PERUMPAMAAN TENTANG SEORANG PENABUR

Perumpamaan ini menggambarkan perbedaan-perbedaan antara orang-orang yang mendengar Sabda Allah – sikap masa bodoh dan ketidakpedulian senantiasa menjadi bagian dari tanggapan terhadap misi (utama) Gereja, yaitu pemberitaan Kabar Baik. Namun demikian, setiap benih yang jatuh ke tanah yang baik akan bertumbuh. Benih yang ditanam oleh Bapa surgawi tentunya akan bertumbuh jika bertemu dengan hati yang terbuka bagi-Nya. Ini adalah janji Allah sendiri. Namun, bagaimana kita menentukan bahwa tanah hati kita itu baik? Yesus memberikan beberapa hal untuk kita perhatikan:

  • Apakah keragu-raguan dan ketidakpercayaan langsung mencuri damai-sejahtera yang dibawakan oleh sabda Allah (Mrk 4:15)?
  • Bilamana datang kesulitan atau pengejaran dan penganiayaan karena iman-kepercayaan kita, apakah kita berdiri tegak dalam iman kita, atau iman kita menjadi menyusut, malah sampai hilang (Mrk 4:16-17)?
  • Apakah kita begitu terbebani oleh urusan-urusan dunia ini? Apakah pengejaran harta-kekayaan dan hasrat untuk memperoleh hal-hal duniawi lainnya mengambil tempat yang lebih banyak dalam hati kita daripada kehadiran Yesus (Mrk 4:18-19)?

Kita tidak boleh sampai berputus-asa karena batu-batu dan duri-duri ketidakpercayaan, pelanturan, atau rasa takut yang menghalangi sabda Allah untuk menjadi berakar dalam hati kita. Yesus sangat senang untuk mengubah hati kita jika kita meminta kepada-Nya. Yesus memiliki kesabaran yang luarbiasa dengan diri kita masing-masing, sebagaimana Dia senantiasa bersikap sabar terhadap para murid-Nya yang pertama. Dia senang untuk menjelaskan kepada kita “rahasia Kerajaan Allah” selagi kita memperkenankan benih sabda-Nya bertumbuh dalam diri kita.

Perumpamaan ini juga menggambarkan kegagalan dari orang-orang yang menentang Sabda Allah dan penyebarannya, karena biar bagaimana pun selalu ada tanah yang baik dan subur yang akan menghasilkan panen berlimpah. Sabda Allah akan terus diberitakan ke seluruh dunia sepanjang masa. Tidak ada era dalam sejarah manusia sejak kedatangan sang Mesias ke tengah dunia yang benar-benar “bebas” dari sabda Allah. Melalui Sabda yang diwartakan (khotbah, homili, penerimaan sakramen-sakramen, sharing dalam pertemuan-pertemuan non-liturgis dan penerimaan sakramen-sakramen, Tuhan Yesus Kristus terus hadir dalam diri para pengikut-Nya, peristiwa-peristiwa besar maupun kecil serta sejarah manusia.

DOA: Roh Kudus, siapkanlah hati kami agar dapat menerima sabda Allah lebih dan lebih lagi. Nyatakanlah kepada kami hasrat mendalam dari Yesus untuk mengajar kami hal-hal yang datang dari Allah, dan kasih-Nya yang mendalam serta kesabaran-Nya melihat kami dalam kelemahan-kelemahan kami. Tolonglah kami agar dapat menghasilkan buah berlimpah bagi Kerajaan Allah. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 4:1-20), bacalah tulisan yang berjudul “BAGAIMANA KITA DAPAT MENJADI TANAH YANG BAIK DAN SUBUR?” (bacaan tanggal 29-1-20) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 20-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2020. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 30-1-19 dalam situs/blog PAX ET BONUM) 

Cilandak, 27 Januari 20 [Peringatan Fakultatif S. Angela Merici, Perawan] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

BAGAIMANA KITA AKAN MENANGGAPI FIRMAN ALLAH YANG DITANAM DALAM HATI KITA?

BAGAIMANA KITA AKAN MENANGGAPI FIRMAN ALLAH YANG DITANAM DALAM HATI KITA?

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVI – Rabu, 24 Juli 2019)

Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Lalu datanglah orang banyak berbondong-bondong dan mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya, “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah tanaman-tanaman itu dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Mat 13:1-9) 

Bacaan Pertama: Kel 16:1-5,9-15; Mazmur Tanggapan: Mzm 78:18-19,23-28 

Perumpamaan ini sungguh merupakan sebuah tantangan besar. Sekali sabda Allah ditanam dalam hati kita, kita mempunyai pilihan bagaimana kita akan menanggapi sabda tersebut. Yesus mengajar dengan jelas: Apabila benih gagal berakar dalam diri kita, maka kita tidak akan mampu bertahan ketika menghadapi kesulitan. Tanah yang baik adalah “orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah” (Mat 13:23). Perumpamaan ini menunjukkan bahwa kita dapat memupuk hati kita sehingga, ketika sang penabur menaburkan benihnya ke dalam diri kita, maka kita akan siap untuk menerima benih (sabda/firman) itu dan memahaminya agar dengan demikian dapat berbuah.

Bagaimana kita dapat menjadi tanah yang baik dan subur? Kita dapat mulai dengan memohon kepada Roh Kudus untuk mengisi diri kita dengan suatu hasrat yang tulus akan sabda Allah dan suatu keterbukaan terhadap kuasa sabda Allah itu guna mentransformasikan kita. Kita juga dapat membuat diri kita tersedia bagi Allah sehingga “benih” di dalam diri kita dapat menghasilkan akar yang dalam serta kuat, dan dapat menghasilkan buah secara berlimpah-limpah. Melalui doa-doa harian, bacaan dan studi Kitab Suci serta partisipasi aktif dalam Misa Kudus, kita dapat membawa makanan bagi diri kita secara konstan, menciptakan suatu keadaan di mana benih sabda Allah dapat bertumbuh dan menjadi produktif.

Disamping hati yang baik, jujur dan taat, kita juga membutuhkan kesabaran kalau mau melihat tanaman itu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat. Selagi kita berjalan melalui kehidupan kita ini, pastilah kita mengalami berbagai godaan, masalah dan kesulitan. Barangkali kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit sabda itu sehingga tidak berbuah (Mat 13:22). Namun Allah memerintah dalam hati yang kuat berakar pada sabda-Nya. Allah akan melihat kita melalui waktu-waktu di mana kita tergoda untuk mengambil jalan-mudah, atau ketika kita  mengalami distraksi (pelanturan) yang disebabkan oleh berbagai tuntutan atas waktu dan perhatian kita. Yesus, sang Firman/Sabda Allah, akan menjaga hati kita agar tetap lembut dan lunak. Kalau kita menantikan-Nya dengan sabar, maka Dia tidak akan mengecewakan kita.

Marilah kita menerima sabda Allah dengan kesabaran dan penuh kepercayaan. Marilah kita minta kepada Roh Kudus untuk menanam sabda-Nya dalam-dalam pada diri kita, sehingga tidak ada yang dapat mencabutnya, apakah Iblis, atau godaan-godaan, atau kekayaan, atau kenikmatan-kenikmatan yang ditawarkan dunia. Baiklah kita memusatkan pikiran dan hati kita pada sabda-Nya, mohon kepada Roh Kudus untuk membawa sabda-Nya itu ke dalam diri kita. Baiklah kita membuat Kitab Suci sebagai fondasi kita yang kokoh-kuat.

DOA: Bapa surgawi, berkat rahmat-Mu buatlah agar hidup kami berbuah demi kemuliaan-Mu. Tumbuhkanlah dalam hati kami suatu hasrat untuk menerima sabda-Mu. Ubahlah hati kami supaya menjadi tanah yang baik dan subur bagi sabda-Mu untuk tumbuh dan berbuah. Amin. 

Catatan: Bagi anda yang berniat untuk mendalami bacaan Pertama pada hari ini (Kel 16:1-5,9-15), bacalah tulisan yang berjudul “KEMURAHAN HATI ALLAH YANG BERLIMPAH-LIMPAH” (bacaan tanggal 24-7-19), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 19-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2019. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2014)

Cilandak, 22 Juli 2019 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS