Posts from the ‘24-05 BACAAN HARIAN MEI 2024’ Category

HENDAKLAH IA MENJADI YANG TERAKHIR DARI SEMUANYA DAN PELAYAN DARI SEMUANYA

HENDAKLAH IA MENJADI YANG TERAKHIE DARI SEMUANYA DAN PELAYAN DARI SEMUANYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VII –  Selasa, 21 Mei 2024)

Pfak S. Kristoforus dr Magallan, Imam dkk Martir

Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.

Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?” Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka, “Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”  Lalu Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka, “Siapa saja yang menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Siapa yang menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.” (Mrk 9:30-37)

Bacaan Pertama: Yak 4:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 55:7-8,9-11a,23

Yesus bersabda: “Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya” (Mrk 9:35). Yesus mengungkapkan disposisi hatinya yang fundamental dengan menggambarkan diri-Nya dan hidup-Nya sendiri sebagai seorang pelayan dari semuanya (Lihat Luk 22:27; bdk. Yoh 13:4-15). Sebagai Putera Allah yang setia dan taat, Ia mau melayani Bapa-Nya dengan memenuhi semua tujuan dan rencana Bapa. Oleh karena itu, dengan penuh kemauan Ia menanggalkan kemuliaan-Nya dan merendahkan diri-Nya untuk menjadi seorang manusia (Flp 2:6-7). Dalam kondisi seperti itulah Yesus dengan sangat senang hati melayani Bapa-Nya – dengan ketaatan seorang hamba – bahkan sampai satu titik di mana Dia menyerahkan hidup-Nya demi keselamatan umat Allah (Flp 2:8). Sabda Yesus: “… Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk 10:45).

Dengan mengesampingkan kehendak-Nya sendiri dan memilih hidup sebagai seorang abdi yang taat kepada Bapa-Nya, Yesus tahu benar bahwa semuanya akan membawa-Nya kepada sengsara dan kematian-Nya (lihat Mrk 9:35 di atas). Namun demikian, Yesus dengan penuh kemauan memilih ‘jalan susah’ ini demi sukacita yang disediakan bagi Dia (lihat Ibr 12:2), yaitu ketika Bapa akan membangkitkan-Nya dari alam maut dan membawa-Nya masuk ke dalam kemuliaan di surga. Sebagai seorang abdi paling sempurna (par excellence), Yesus menaruh hidup-Nya secara lengkap dan total ke dalam tangan Bapa-Nya.

Dalam khotbahnya pada hari Pentakosta, Petrus mengatakan: “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh melalui tangan bangsa-bangsa durhaka” (Kis 2:23). Jadi, Yesus dengan bebas setuju agar diri-Nya diserahkan Bapa-Nya ke dalam tangan orang-orang jahat, karena Dia menaruh kepercayaan penuh bahwa Bapa-Nya akan menyelamatkan Dia dari kematian (baca: KebSal 2:18-20).

Seseorang yang dipilih Yesus dan bersedia mengikuti-Nya juga membuat hatinya menjadi serupa dengan hati-seorang-abdi yang dimiliki Guru dan Tuhan-nya, meneladani kedinaan serta ketaatan-Nya, mengesampingkan kehendaknya sendiri dan membuang segala kecenderungan untuk membuat dirinya menjadi pusat segalanya (self-centeredness). Seorang murid Yesus yang sejati haruslah seseorang yang hidupnya berpusat pada Allah (God-centered). Dalam menanggapi pertengkaran di antara para murid-Nya tentang siapa yang terbesar di antara mereka, Yesus mengajarkan kepada mereka bagaimana menerapkan prinsip ini dalam kehidupan mereka (lihat Mrk 9:33-34 di atas). Yesus mengajarkan bahwa  pikiran para murid, sikap dan perilaku mereka tidak menunjukkan hati seorang abdi/pelayan. Hati mereka penuh dengan ambisi dan rasa-iri serta kedengkian, hal mana menimbulkan perpecahan dan ketidak-teraturan (bdk. Yak 3:16). Ia mengajarkan para murid-Nya begini: “Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya”  (lihat Mrk 9:35). Menjadi besar berarti memperhatikan kepentingan orang lain terlebih dahulu, tanpa merasa khawatir akan keadaan diri sendiri.

Untuk menjadi abdi atau pelayan Allah yang rendah hati, para murid harus berbalik dari hidup lama mereka yang mementingkan diri sendiri (dalam bahasa Inggris ada ungkapan begini: self-glorification dan self-serving ambitions). Menjadi abdi Allah juga berarti bahwa mereka harus menjadi abdi setiap orang – menerima semua orang, apa pun status dan posisi orang-orang itu dalam masyarakat – seperti orang menyambut dan menerima seorang anak yang tidak dapat berbuat apa-apa kepada mereka sebagai balasan (lihat Mrk 9:37 di atas).

Sebagai seorang abdi yang sempurna, Yesus sangat senang-hati kalau ada kesempatan menolong orang-orang yang ada di sekelilingnya. Dipenuhi cintakasih Bapa, Dia hanya menginginkan untuk menyalurkan kasih Bapa itu kepada siapa saja yang ditemui-Nya. Dengan setiap penyembuhan yang dilakukan-Nya dan setiap kata yang disabdakan-Nya, Yesus berupaya untuk menarik orang-orang agar lebih dekat lagi dengan Bapa-Nya. Meskipun sudah mendekati jam kematian-nya sendiri, hasrat utama Yesus adalah untuk berada bersama dengan para murid-Nya (lihat Luk 22:14-15), mengasihi mereka dan menolong mereka agar mampu menaruh kepercayaan kepada Bapa surgawi. Yesus juga mengajar bahwa manakala kita melayani orang lain, kita sesungguhnya melayani Dia (lihat Mat 25:40).

Pada malam sebelum sengsara dan wafat-Nya, setelah acara pembasuhan kaki, Yesus bersabda kepada para murid: “Aku telah memberikan memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh 13:15). Yesus meminta kita – para murid-Nya – untuk memiliki hati seorang abdi/pelayan. Artinya kita tidak boleh berupaya menguasai atau mengendalikan orang-orang lain, atau menginginkan agar orang lain melayani kita. Kita juga tidak boleh mengejar-ngejar status, posisi, kehormatan dan lain sebagainya. Sebaliknya kita harus rendah hati dan mengambil jalan perendahan Yesus, memperhatikan kepentingan orang lain terlebih dahulu (Flp 2:4) serta melayani kebutuhan mereka sebelum kebutuhan kita sendiri. Karunia yang dianugerahkan Yesus kepada para murid-Nya adalah hati seorang abdi/pelayan. Sekarang masalahnya: Maukah kita (anda dan saya) mohon kepada-Nya agar menjadikan hati kita seperti hati-Nya?

Sampai hari ini Yesus dengan rendah hati masih mengetuk-ngetuk pintu hati kita. Dia begitu ingin melayani kita dengan masuk ke dalam kehidupan kita yang penuh luka ini, agar dapat menyembuhkan luka-luka kita serta membersihkan kita, dan akhirnya memperbaharui kita. Betapa rindu hati Yesus untuk melihat kita menyambut-Nya masuk.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Terima kasih untuk cintakasih-Mu yang tak bersyarat sehingga aku pun dapat dicurahi dengan kebaikan dan belaskasih-Mu. Aku sungguh ingin menyambut-Mu ke dalam hatiku. Bentuklah hatiku agar aku dapat melayani sesamaku dengan penuh sukacita, seperti Dikau juga memeliharaku dengan penuh sukacita ilahi. Ya Tuhan Yesus, buatlah agar hatiku menjadi seperti hati-Mu. Buatlah daku menjadi saluran berkat-Mu bagi sesamaku di mana saja. Terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 9:30-37), bacalah tulisan yang berjudul “” (bacaan tanggal 21-5-24) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 24-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2024.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2009)

Cilandak, 20 Mei 2024 [Pw SP Maria, Bunda Gereja]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MARIA BUNDA GEREJA YANG DIPERINGATI GEREJA HARI INI

MARIA BUNDA GEREJA YANG DIPERINGATI GEREJA HARI INI

(Bacaan Injil Misa – Peringatan Wajib SP Maria, Bunda Gereja – Senin, 20 Mei 2024)

Keluarga Besar Fransiskan: Pesta/Pw S.Bernardinus dr Siena, Imam Ordo I OFM

Dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!”  Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!”  Sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Sesudah itu, karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia – supaya digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci – , “Aku haus!” Di situ ada suatu bejana penuh anggur asam. Lalu mereka melilitkan suatu spons, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengulurkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia, “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-nya.

Karenaa haari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib – sebab Sabat itu hari yang besar – maka datanglah para pemuka Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. Lalu datanglah prajurit-prajurit dan mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. (Yoh 19:25-34)

Bacaan Pertama: Kej 3:9-15,20 atau Kis 1:12-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 87:1-2,3,5,6-7 (Ref. ayat 3)

Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!” (Yoh 19:26-27)

Sesi ketiga Konsili Vatikan II ditutup pada tanggal 21 November 1964. Dalam sesi ketiga tersebut para Bapa Konsili memberi persetujuan atas “Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja” yang terdiri dari delapan bab. Bab terakhir  berjudul SANTA PERAWAN MARIA BUNDA ALLAH DALAM MISTERI KRISTUS DAN GEREJA yang terdiri dari 18 butir (butir 52 s/d 69). Ketika menutup sesi ketiga Konsili ini, Paus Paulus VI memproklamasikan SP Maria sebagai Bunda Gereja. Sungguh merupakan suatu momen bersejarah!

Gelar Bunda Gereja (Latin: Mater Ecclesiae) untuk pertama kalinya digunakan pada abad ke-4 oleh S. Ambrosius dari Milan (c.337-340 – 397). Tokoh-tokoh Gereja lainnya yang datang kemudian adalah Paus Benediktus XIV pada tahun 1748 dan Paus Leo XIII pada tahun 1885. Ada juga seorang teolog yang bernama Hugo Rahner pada tahun 1944. Pada masa pasca Paus Paulus VI kita melihat nama-nama seperti Paus Yohanes Paulus II yang terkenal devosinya kepada Bunda Maria, dan juga Paus Benediktus XVI.

Sehubungan dengan Tahun Maria yang dimulai pada Hari Raya Pentakosta tanggal 7 Juni 1987 dan diakhiri pada tanggal Perayaan Pesta (sekarang: Hari Raya) SP Maria Diangkat ke Surga tanggal 15 Agustus 1988, maka pada tanggal 25 Maret 1987 Paus Yohanes Paulus II menerbitkan Surat Ensiklik Redemptoris Mater (Ibunda Sang Penebus) mengenai SP Maria dalam kehidupan Gereja yang berziarah. Saya cuplik sedikit saja dari  surat ensiklik ini (terjemahan/terbitan KWI):

“Maria hadir dalam Gereja sebagai Bunda Kristus, dan pada saat itu juga sebagai Ibu yang dalam misteri Penebusan, diberikan oleh Kristus, kepada umat manusia dalam pribadi Rasul Yohanes. Maka dengan keibuan baru dalam Roh, Maria memeluk setiap orang sendiri-sendiri dan bersama-sama di dalam dan melalui Gereja. Seperti Paulus VI harapkan dan minta, Gereja perlu mendapatkan “dari Perawan Bunda Allah bentuk paling otentik dalam hal mengikuti jejak Kristus yang sempurna” (Redemptoris Mater, 47).

Pada tanggal 11 Februari 2018 (peringatan 160 tahun penampakan Bunda Maria di Lourdes) Paus Fransiskus menandatangani dekrit yang menetapkan peringatan “SP Maria, Bunda Gereja” setiap hari Senin setelah Hari Raya Pentakosta. Dekrit itu sendiri diterbitkan pada tanggal 3 Maret 2018.

Walaupun jauh dari lengkap dan sempurna, yang ditulis di atas semoga dapat menjadi pegangan perihal latar belakang Peringatan Wajib MARIA BUNDA GEREJA. Marilah sekarang kita menyoroti bacaan Injil di atas dengan mengacu kepada tulisan seorang imam Dominikan yang bernama Joseph-Marie Perrin,OP  yang berjudul “MARY – Mother of Christ and of Christians” (Makati, Philippines: St. Paul Publications, 1990, hal. 144-145).

Yohanes adalah murid yang dikasihi oleh Yesus secara istimewa. Kita dapat meyimpulkan bahwa sang murid memang dekat dengan Bunda Maria. Hubungan antara keduanya menjadi lebih dekat lagi ketika Bunda Maria dipercayakan kepadanya oleh Yesus menjelang kematian-Nya pada kayu salib. Injilnya mencatat: “Sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya” (Yoh 19:27b). Namun di sisi lain kita melihat bahwa Yohanes adalah penulis Injil yang paling sedikit berbicara tentang Bunda Maria. Hanya dua kali, yaitu “Perkawinan di Kana” (Yoh 2:1-11) dan ketika “Yesus disalibkan” (Yoh 19:25-30).

Seandainya Yohanes adalah satu-satunya penulis Injil, maka kita tidak akan mengetahui apa-apa tentang Bunda Maria kecuali dua perikop yang disebutkan di atas. Kita tidak akan mengetahui fakta mengenai keperawanannya, tentang perkawinannya dengan Yusuf dan kehidupannya di Nazaret, bahkan namanya pun tidak kita ketahui karena Yohanes menyebutnya sebagai “ibu Yesus”. Kita tidak akan mengetahui mengenai peristiwa “Maria diberi kabar oleh Malaikat Tuhan” (Luk 1:26-38). Kita juga tidak akan merasakan indahnya “Kidung Maria” (Magnificat) pada waktu membaca dan merenungkan peristiwa “Maria mengunjungi Elisabet” (Luk 1:39-56). Dlsb. dst. Seperti disebut di atas, Yohanes menyebut Bunda Maria secara sederhana sebagai “ibu Yesus”.

Yohanes memang banyak diam tentang Bunda Maria, namun di sisi lain Yohanes-lah yang mengungkapkan peranan Bunda Maria dalam kehidupan Gereja secara paling jelas. Dalam peristiwa perkawinan di Kana, Yohanes menulis singkat: “ibu Yesus ada di situ” (Yoh 2:1). Mukjizat (Yohanes menyebutnya sebagai “tanda”) air menjadi anggur merupakan yang pertama dibuat oleh Yesus, dan ini dilakukan-Nya karena permintaan penuh iman dari Bunda Maria. Dalam peristiwa ini, Bunda Maria memberikan “petunjuk abadi” yang berlaku dalam kehidupan Gereja sepanjang segala masa: “Apa yang dikatakan-Nya (Yesus) kepadamu, lakukanlah itu!” (Yoh 2:5). Jadi dalam peristiwa di Kana ini, Yesus memanifestasikan kemuliaan-Nya melalui pegantaraan Bunda-Nya, dan para murid-murid-Nya percaya kepada-Nya (lihat Yoh 2:11).

Selanjutnya di bagian dekat-akhir Injilnya, Yohanes menulis: “Dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya ……” (Yoh 19:25). Bunda Maria dipersatukan dengan Puteranya dalam misteri penyelamatan lewat Salib. Sekarang Bunda Maria adalah “Hawa yang baru” yang menerima segalanya dari “Adam yang baru” yang sekarang menjadi kepala dari umat manusia yang telah ditebus, dan Bunda Maria pun diikutsertakan bersama Yesus dalam karya penebusan-Nya.

Dari Kisah para Rasul (Bacaan Pertama alternatif), kita tahu bahwa Bunda Maria ada bersama para rasul dll. dalam ruang atas dalam menantikan pencurahan Roh Kudus (lihat Kis 1:14). Di sini Bunda Maria membuktikan rasa prihatinnya sebagai seorang ibu terhadap Gereja sejak awal. Novena yang mereka lakukan bersama di ruang atas itu adalah tanggapan terhadap perintah Yesus (Kis 1:4-5). Bunda Maria dengan serius melakukan doa syafaat untuk pencurahan Roh Kudus atas Gereja awal pada waktu itu. Sampai sekarang pun Bunda Maria masih mendoakan Gereja dan kita masing-masing para anggota Gereja. Bunda Maria telah mengalami kuasa Roh Kudus dalam hidupnya. Dia menyaksikan kuat-kuasa transformatif dari Roh Kudus atas diri para rasul dan mereka pun pergi menyebarkan Kabar Baik Yesus Kristus ke seluruh dunia.

DOA: Bapa surgawi, sepanjang sejarahnya, Gereja senantiasa memelihara hubungan dengan Bunda Putera-Mu terkasih. Hubungan istimewa tersebut dalam misteri penyelamatan merangkum masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Kami percaya akan adanya kehadiran khusus Bunda Maria dalam misteri Kristus dan misteri Gereja-Nya. Terpujilah Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

Referensi: (1) Fr. Francis J. Ripley, MARY, Mother of the Church,Rockford, Illinois 61105: TAN BOOKS AND PUBLISHERS, INC., 1973; (2) Surat Ensiklik REDEMPTORIS MATER dari Bapa Suci Yohanes Paulus II mengenai SP Maria dalam kehidupan Gereja yang berziarah. 25 Maret 1987 (terjemahan/terbitan KWI); (3) Joseph-Marie Perrin, OP (terjemahan Sr. Jean David Finley, OP, MARY – MOTHER OF CHRIST AND OF CHRISTIANS, Makati, Philippines: St. Paul Publications, 1990; (4) David E. Rosage, MARY, STAR OF THE NEW MILLENNIUM – GUIDING US TO RENEWAL, Ann Arbor, Michigan: Servant Publications, 1997; (5) Mother of the Church, Wikipedia.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Yoh 19:25-34), bacalah tulisan yang berjudul “MARIA ADALAH BUNDA GEREJA”(bacaan tanggal 20-5-24) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.com; kategori: 24-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2024.

Cilandak, 19 Mei 2024 ]HARI RAYA PENTAKOSTA – TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERANAN SANG PENOLONG ATAU PARAKLETOS

 PERANAN SANG PENOLONG ATAU PARAKLETOS

 (Bacaan Injil Misa Kudus, HARI RAYA PENTAKOSTA [Tahun B] – Minggu, 19 Mei 2024)

“… Jikalau Penolong yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu sejak semula bersama-sama dengan Aku.”

“Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin amu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya  dan Ia aan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akkan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari Aku. Segala sesuatu yang Bapa miliki adalah milik-Ku; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari Aku.” (Yoh 15:26-27; 16:12-15)

Bacaan Pertama: Kis 2:1-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 104:1,24,29-31,34; Bacaan Kedua: Gal 5:16-25

Roh Kudus disebut sebagai Penolong (Yunani: Parakletos) sebanyak lima kali dalam Perjanjian Baru (Yoh 15:26; 14:16,26; 16:7; 1Yoh 2:1). Dengan menggunakan nama itu Yohanes hendak menggarisbawahi peranan Roh Kudus sebagai seorang penasihat – suatu sumber pendorong, penghiburan, pertolongan dan kebenaran. 

Pada waktu Yesus hidup di muka bumi ini sebagai seorang manusia, para murid-Nya mempunyai akses yang bebas dan mudah untuk datang kepada-Nya. Mereka dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mohon nasihat kapan saja mereka inginkan. Namun pada  Perjamuan Terakhir, tahu bahwa diri-Nya tidak akan selalu dapat diakses secara fisik, Yesus mempersiapkan para murid-Nya untuk menyambut kedatangan seorang penolong/penasihat yang lain, yaitu Roh Kudus (Yoh 14:16). Walaupun Yesus tidak akan bersama mereka lagi dalam daging, Roh Kudus – Roh Yesus – akan berdiam di dalam diri mereka. Satu-satunya hal yang lebih baik daripada “Yesus ada bersama dengan kita” adalah “Yesus berada dalam diri kita”. 

Dari segala tugas Roh Kudus, satu dari yang paling penting adalah membawa Kitab Suci ke kehidupan di dalam hati kita sehingga diri kita dapat ditransformasikan. Apakah kita pernah berpikir untuk memanggil Dia agar supaya duduk di samping kita ketika kita duduk membaca Kitab Suci? Dengan Dia sebagai pemandu dan penasihat, kita tentunya dapat melakukan navigasi melalui bagian-bagian bacaan sulit dalam Kitab Suci dan menemukan kedalaman-kedalaman baru dalam hidup Kristiani yang sebelumnya kita pikir tidak mungkin. 

Pada Hari Raya Pentakosta ini, baiklah kita (anda dan saya) datang kepada Roh Kudus dengan sebuah hati yang terbuka. Marilah kita memohon kepada-Nya untuk menolong kita dalam kelemahan-kelemahan kita. Sementara kita membaca Kitab Suci dalam keheningan dan suasana doa, biarlah Dia mencerahkan kata-kata yang ada dalam Kitab Suci dan menolong kita menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Roh Kudus akan mengambil pesan dari Kitab Suci, mengikatnya dengan kehidupan Gereja, dan mencelupkannya dalam-dalam di hati kita masing-masing, di mana kehendak kita dimotivasi untuk bertindak. Lalu perhatikanlah bahwa kehidupan kita pun berubah. 

Santo Hieronimus [347-420] berkata: “Ignoratio Scripturarum, Ignoratio Christi est.”  (Inggris: “Ignorance of Scripture is ignorance of Christ.”), yang artinya kira-kira “Tidak kenal/tahu Kitab Suci, tidak kenal/tahu Kristus. Apakah anda mau mengenal Jesus, sang Sabda Allah? Cobalah kenal dengan Roh Kudus, Penolong anda! 

DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah mengutus Putera-Mu untuk memulihkan relasi kami dengan Dikau. Terima kasih karena Engkau telah mengirimkan Roh Kudus untuk hidup dalam diri kami dan menolong kami dalam segala kelemahan kami. Datanglah, ya Roh Kudus, penuhilah hati kami umat-Mu dan nyalakanlah api cintakasih-Mu dalam hati kami. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kis 2:1-11), bacalah tulisan yang berjudul “KARUNIA-KARUNIA ROH KUDUS DICURAHKAN ATAS MEREKA” (bacaan tanggal 18-5-24) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 24-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2024.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2015)

Cilandak, 18 Mei 2024

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENGAPA KITA BEGITU INGIN TAHU TENTANG PERKARA-PERKARA ORANG LAIN?

MENGAPA KITA BEGITU INGIN TAHU TENTANG PERKARA-PERKARA ORANG LAIN?

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan VII Paskah – Sabtu, 18 Mei 2024)

Pfak S. Yohanes I, Paus Martir

Keluarga Besar Fransiskan: Pesta/Pw S. Feliks dr Cabtalice, Biarawan [Bruder] Ordo I Kapusin

OFMCap Nias; HR S. Feliks dr Cantalice, Biarawan Kapusin – Pelindung Odo Kapusin Nias

Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata, “Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?” Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus, “Tuhan, bagaimana dengan dia ini?” Jawab Yesus, “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: Ikutlah Aku.” Lalu tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan, “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.”

Dialah murid yang bersaksi tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu bahwa kesaksiannya itu benar.

Masih banyak lagi hal-hal lain yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, kupikir dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. (Yoh 21:20-25)

Bacaan Pertama: Kis 28:16-20,30-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 11:4-5,7

Selagi kita mendekati penghujung Masa Paskah, kita membaca enam ayat terakhir dari Injil Yohanes yang berisikan sebuah pelajaran yang indah bagi kita.

Dalam penampilan-Nya sebagai Tuhan yang bangkit, Yesus baru saja mengatakan kepada Petrus bagaimana rasul-Nya itu akan menderita penganiayaan dan mengalami kematiannya sebagai martir Kristus. Karena Yesus tidak mengatakan apa-apa tentang kematian Yohanes, Petrus menjadi ingin tahu dan bertanya kepada Yesus, “Tuhan, bagaimana dengan dia ini?” (Yoh 21:21).

Yesus tidak pernah memberi jawaban langsung terhadap pertanyaan-pertanyaan “kosong” yang diajukan demi memenuhi rasa ingin tahu seseorang. Dalam Injil Lukas, misalnya, ada seseorang yang tertanya kepada Yesus, “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat ……” (Luk 13:23 dsj.). Jadi, dalam kasus kita kali ini, Yesus juga memberikan jawaban yang seakan mengandung “teka-teki”, “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: Ikutlah Aku” (Yoh 21:22). Yesus tidak memberi kepuasan terhadap rasa ingin tahu Petrus. Yesus hanya mengatakan kepada Petrus agar dia benar-benar mengikuti jejak-Nya, sampai kepada penyalibannya. Itulah yang penting!

Mengapa kita begitu ingin tahu tentang perkara-perkara orang-orang lain? Mengapa kita bertanya mengenai cara-cara Allah dalam mengasihi masing-masing kita sebagai individu. Yesus seakan berkata kepada Petrus: “Engkau adalah Petrus dan Yohanes adalah Yohanes. Aku tidak dapat memperlakukan kamu berdua secara sama. Aku harus menghargai individualitasmu masing-masing, karunia-karuniamu yang istimewa.” Patut dicatat bahwa kebenaran ini tidak hanya berlaku di kalangan kaum awam dalam Gereja, melainkan juga berlaku di kalangan para anggota pimpinan Gereja.

Seringkali kita merasa iri hati dan kesal karena Allah kelihatannya memperlakukan orang-orang lain dengan kasih yang melebihi kasih-Nya kepada kita sendiri. Bagaimana hal ini sampai terjadi? Allah adalah kasih. Kasih Allah itu tanpa batas kepada setiap orang tanpa kecuali. Kita harus belajar untuk menerima kasih-Nya bagi kita dan cara Dia mengasihi kita, walaupun kadang-kadang kita tidak memahaminya. Mulai saat ini, janganlah sampai kita merasa kurang dikasihi ketimbang orang-orang lain.

Allah kita adalah “Allah yang cemburu” (lihat Kel 34:14). Ia menginginkan setiap relasi-Nya dengan anak-anak-Nya merupakan relasi yang sepenuhnya personal dan unik.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau mengasihiku secara sangat mempribadi. Aku sungguh berbahagia karena di mata-Mu aku adalah seorang pribadi yang istimewa. Terpujilah nama-Mu selalu, ya Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 21:20-25), bacalah tulisan dengan judul “FOKUSLAH PADA RENCANA-RENCANA ALLAH BAGI HIDUP KITA” (bacaan tanggal 18-5-24) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 24-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2024.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2015)

Cilandak, 17 Mei 2024 [Kel. Besar Fransiskan: Pw/Pfak S. Paskalis Baylon, Biarawan/Bruder Ordo I OFM]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SETIAP HARI YESUS PUN BERTANYA KEPADA KITA MASING-MASING: “APAKAH ENGKAU MENGASIHI AKU?”

SETIAP HARI YESUS PUN BERTANYA KEPADA KITA MASING-MASING: “APAKAH ENGKAU MENGASIHI AKU?”

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan VII Paskah – Jumat, 17 Mei 2024)

Keluarga Besar Fransiskan: Pw/Pfak S. Paskalis Baylon, Biarawan [Bruder] OFM

Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya, “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya, “Peliharalah anak-anak domba-Ku.” Kata Yesus lagi kepadanya untuk kedua kalinya, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku? Jawab Petrus kepada-Nya, “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Petrus pun merasa sedih karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya, “Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya, “Peliharalah domba-domba-Ku. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi kalau engkau sudah tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” Hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus, “Ikutlah Aku”. (Yoh 21:15-19)

Bacaan Pertama: Kis 25:13-21; Mazmur Tanggapan: Mzm 103:1-2,11-12,19-20

Apabila kita mau berempati dengan Petrus, mencoba untuk menempatkan diri kita dalam posisinya, barangkali kita dapat memahami rasa sedih yang dirasakan olehnya ketika Yesus yang sudah bangkit itu bertanya kepada dirinya sebanyak tiga kali, “Apakah engkau mengasihi Aku?” (Yoh 21:15-17). Pertanyaan yang diajukan Yesus sebanyak tiga kali itu sungguh membuat Petrus merasa kecil dan tentunya pedih-sakit dalam hati, namun pertanyaan-pertanyaan Yesus ini juga memberi sinyal bahwa Yesus menerima Petrus sebagai kepala (yang utama dari yang sama) para rasul. Afirmasi Petrus sebanyak tiga kali mengimbangi penyangkalannya sebanyak tiga kali pula terhadap Yesus sebelum penyaliban-Nya.

Inilah hasil dari pengamatan kita, namun inti masalahnya adalah bahwa Yesus menginginkan kasih dari Petrus, sebagaimana Dia menginginkan kasih kita. Setiap hari, dengan bela rasa yang sama tulusnya, Yesus bertanya kepada diri kita masing-masing, “Apakah engkau mengasihi Aku?”

Kehidupan kita dapat dengan mudah menjadi penuh dengan rasa cemas, rasa takut dan kekurangan-kekurangan lainnya. Kita dapat begitu disibukkan dengan upaya-upaya untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup sampai-sampai kita kehilangan fokus pada apa yang sesungguhnya merupakan persoalan yang paling penting untuk dipecahkan. Di tengah setiap kegiatan, kita harus mohon kepada Roh Kudus untuk mengingatkan kita, bahwa hal yang paling penting adalah apakah kita sungguh mengasihi Yesus.

“Kasih menutupi banyak sekali dosa” (1Ptr 4:8).  Kata-kata ini dipandang sebagai kata-kata Petrus sendiri, tentunya dengan alasan yang baik. Yesus menantang dan membujuk Petrus kembali ke dalam suatu relasi dengan diri-Nya melalui pertanyaan sederhana, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Kasih adalah suatu kharisma ilahi yang memiliki kuasa untuk membuka hati orang-orang agar mampu menerima bahkan kasih yang lebih banyak lagi. Semakin banyak kita mengasihi Allah, semakin banyak pula kita dimurnikan dari kecenderungan-kecenderungan gelap kodrat kedosaan kita. Kasih memperluas perspektif kita dan mengangkat pikiran kita sampai kepada tataran realitas Allah. Kasih bahkan memberikan kepada kita kuasa untuk membebaskan mereka yang diperbudak oleh rasa takut.

Yesus wafat di kayu salib untuk memenangkan kasih kita, bukan ketaatan buta kita. Allah yang sama – yang menciptakan kita masing-masing dengan suatu kehendak bebas – akan mengundang kita menghadap hadirat-Nya dengan suatu pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended question): “Apakah engkau mengasihi Aku?” Jika kita menjawab “ya”, Dia pun mengutus Roh-Nya secara berlimpah. Kita memasuki suatu relasi yang sebenarnya direncanakan Allah sejak awal dunia ini. Jalannya tidak selalu mulus. Pada kenyataannya, Yesus mengingatkan sebelumnya kepada Petrus “bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah” (Yoh 21:19). Namun demikian kita dapat mengenal dan mengalami suatu sukacita yang istimewa kalau tinggal bersama dengan Tuhan sepanjang hidup kita.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku mengasihi Engkau. Tolonglah aku bertumbuh semakin dekat dengan diri-Mu, sehingga aku dapat menerima apa saja yang Engkau minta untuk kukerjakan. Aku ingin menjadi pelayan-Mu dan sahabat-Mu. Terima kasih, ya Tuhan; terpujilah nama-Mu selalu Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 21:15-19), bacalah tulisan yang berjudul “PETRUS DIBERI AMANAT OLEH KRISTUS YANG TELAH BANGKIT UNTUK MEMELIHARA/MENGGEMBALAKAN UMAT-NYA” (bacaan tanggal 17-5-24) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 17-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2024.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2012)

Cilandak, 17 Mei 2023

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS TERUS SAJA BERDOA UNTUK PARA MURID-NYA DI SEGALA ZAMAN

YESUS TERUS SAJA BERDOA UNTUK PARA MURID-NYA DI SEGALA ZAMAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan VII Paskah – Kamis, 16 Mei 2024)

Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku melalui pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka menjadi satu dengan sempurna, agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.” (Yoh 17:20-26)

Bacaan Pertama: Kis 22:30;23:6-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 16:1-2,5,7-11 

Apabila kita berdiri di depan sebuah cermin besar, maka kita melihat pantulan diri kita sendiri. Kita mungkin merasa senang dengan apa yang kita lihat, namun seringkali kita melihat kekurangan diri kita di sana-sini. Jika kita membaca Kitab Suci, kita mungkin memberikan reaksi yang serupa, karena kita fokus hanya pada kegagalan-kegagalan atau kekurangan-kekurangan kita dalam melaksanakan sabda Allah yang terdapat dalam Kitab Suci, artinya gagal untuk hidup sesuai dengan perintah-perintah-Nya. Akan tetapi, Yesus ingin menunjukkan kepada kita bagaimana Dia melihat diri kita. Yesus ingin mengangkat kita ke atas agar dapat melihat segala sesuatu untuk mana Dia memanggil kita, dan segala sesuatu yang direncanakan untuk dilakukan-Nya dalam diri kita selagi kita menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang berada di luar kuasa-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang lebih besar daripada hasrat-Nya untuk melihat diri kita dimuliakan bersama-Nya.

Marilah kita membayangkan surga sekarang. Marilah kita mencoba membayangkan Yesus sedang berdiri di hadapan Bapa-Nya dan memohon kepada-Nya agar mencurahkan kasih-Nya yang berlimpah kepada kita. Bahkan 2.000 tahun setelah Dia diangkat ke surga, Yesus terus saya melakukan doa syafaat bagi kita: “Bapa, aku ingin setiap orang hidup dalam Kita setiap hari. Aku ingin agar mereka mengenal kasih-Mu sebagaimana Aku mengenalnya. Aku ingin agar mereka berjalan dengan Kita.”  O sungguh indah untuk mengetahui juga bahwa Bapa surgawi sangat senang untuk menjawab doa-doa dari Putera-Nya yang terkasih.

Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus telah membuka pintu gerbang surga bagi kita. Kita dimasukkan ke dalam tubuh Kristus ketika kita mendengar sabda kebenaran – Injil keselamatan kita – dan dibaptis dalam nama Allah Tritunggal Mahakudus. Sebagai orang-orang yang disambut dalam Kristus, kita memegang janji Roh Kudus. Ia akan bekerja dalam diri kita untuk terus menyerupakan kita dengan Kristus. Karena kita telah memberikan hati kita kepada Yesus, maka kita “telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambaran Penciptanya” (Kol 3:10).

Apabila kita memandang cermin, marilah kita memandang diri seperti Allah sendiri memandang kita. Apakah kita melihat diri kita sangat dikasihi oleh-Nya? Apakah kita melihat bahwa Allah mempunyai kuat-kuasa untuk mengubah hal-hal dalam diri kita yang tidak menyenangkan hati-Nya? Apakah kita melihat kehadiran Allah dan menyadari bahwa Dia mampu untuk menenuhi diri kita? Apakah kita melihat proses penyembuhan yang sedang dikerjakan Allah dalam diri kita? Selagi kita memandang diri kita di depan cermin ini, maka marilah kita senantiasa menanti-nanti dengan pengharapan, karena Allah sedang menyelesaikan pekerjaan-Nya dalam diri kita.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau sungguh indah. Kasih-Mu kekal-abadi. Aku ingin menjadi satu dengan diri-Mu dan juga dengan sesamaku, sehingga dengan demikian nama-Mu dapat dipuji-puji di seluruh dunia. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 17:20-26), bacalah tulisan yang berjudul “KASIH YESUS DALAM DOA-NYA BAGI KITA SEMUA” (bacaan tanggal 16-5-24) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 24-05 BACAAN HARIAN MEI 2024.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2014)

Cilandak, 15 Mei 2024  

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENGIKUTI TELADAN YESUS DALAM BERDOA

MENGIKUTI TELADAN YESUS DALAM BERDOA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan VII Paskah – Rabu, 15 Mei 2024)

Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci. Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu itulah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran. (Yoh 17:11b-19)

Bacaan Pertama: Kis 20:28-38; Mazmur Tanggapan: Mzm 68:29-30,33-36 

Dari orang-orang yang pernah hidup di dunia, hanya ada satu Pribadi yang tidak perlu berdoa. Hanya ada satu Pribadi yang kesempurnaan diri-Nya sedemikian rupa sehingga tidak ada kewajiban pada diri-Nya kepada Allah atau kepada diri-Nya sendiri. Mengapa sampai begitu? Karena Pribadi ini adalah Allah: Ia adalah Kristus, sungguh Allah sungguh manusia (100% Allah dan 100% Manusia).

Namun jika kita mempelajari kitab-kitab Injil, kita akan melihat begitu sering Yesus berdoa. Injil Markus beberapa kali mencatat apa kiranya arti doa dalam hidup Yesus: (1) Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia (Yesus) bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang terpencil dan berdoa di sana (Mrk 1:35); (2) Setelah berpisah dari mereka (para murid), Ia pergi ke bukit untuk berdoa; (3) Di taman Getsemani, Yesus bersabda kepada para murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku berdoa” (Mrk 14:32). (4) Sikap doa dan doa-Nya di taman Getsemani sudah kita ketahui (Mrk 14:35 dsj.); (4) Pentingnya berdoa juga diungkapkan oleh Yesus dalam Mrk 9:29 dan Mrk 13:18.

Injil Yohanes memberikan kepada kita pengajaran-pengajaran Yesus yang mendetil pada Perjamuan Terakhir. Seluruh bab 17 yang terdiri dari 26 ayat berisikan doa Yesus untuk murid-murid-Nya (termasuk juga murid-murid di masa mendatang) juga dilakukan dengan latar belakang Perjamuan Terakhir tersebut. Doa ini disebut juga Doa Imam Besar Agung.

Injil Lukas mengindikasikan kebiasaan berdoa dari Yesus. Injil tersebut mencatat bahwa setelah Perjamuan Paskah, sebagaimana biasa Yesus pergi ke taman Getsemani, tentunya untuk berdoa. Ia berkata kepada para para murid-Nya: “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan”  (Luk 22:39-40). Kemudian Yesus menjauhkan diri dari para murid-Nya  sejauh lemparan batu, lalu Dia berlutut dan berdoa, …… sebuah doa yang terasa sangat manusiawi: “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau berkenan, ambillah cawan ini dari hadapan-Ku; tetapi jangan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi”  (Luk 22:42). Santo Lukas – yang adalah seorang tabib/dokter – adalah orang menyatakan bahwa peluh Yesus menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah ketika Dia berdoa di taman Getsemani (Luk 22:44). Lukas juga menulis bahwa Yesus mengajak para murid-Nya untuk berdoa, supaya mereka jangan jatuh ke dalam pencobaan (Luk 22:45). Dari pengalaman kita mengetahui bahwa sulitlah untuk berdoa ketika kita sedang menderita, sedang berada di tengah kesusahan hidup. Dalam penderitaan-Nya, Yesus justru berdoa lebih serius lagi. Inilah yang harus kita teladani.

Dalam perumpamaan-perumpamaan-Nya, Yesus mengajar kita semua untuk bertekun dalam doa. Pada dasarnya Dia mengajar bahwa kita membutuhkan doa sebagai suatu kebiasaan seumur hidup kita. Yesus mengajar hal ini dengan paling jelas lewat contoh-contoh hidup-Nya sendiri.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, kami sungguh hendak menjadi murid-murid-Mu yang setia. Ajarlah kami agar doa menjadi jalan alamiah bagi kami untuk menjalin dan mempertahankan persahabatan yang hidup dan aktif dengan Engkau. Terima kasih ya Tuhan Yesus; terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 17:11b-19), bacalah tulisan yang berjudul “DOA YESUS KEPADA BAPA-NYA MENGUNGKAPKAN HAL-HAL YANG ADA DALAM HATI-NYA YANG TERDALAM” (bacaan tanggal 20-5-15) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH HARIAN MEI 2015.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2015)

Cilandak, 14 Mei 2024 [Pesta S. Matias, Rasul]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

AKU TIDAK MENYEBUT KAMU LAGI HAMBA, …… AKU MENYEBUT KAMU SAHABAT

AKU TIDAK MENYEBUT KAMU LAGI HAMBA, …… AKU MEYEBUT KAMU SAHABAT

(Bacaan Injil Misa Kudus, PESTA SANTO MATIAS, RASUL – Selasa, 14 Mei 2024)

“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada ini, yakni seseorang memberikan nyawanya demi sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu melakukan apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengaar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang terhadap yang lain.” (Yoh 15:9-17)

Bacaan Pertama: Kis 1:15-17,20-26; Mazmur Tanggapan: Mzm 113:1-8

“Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, …… Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku” (Yoh 15:15).

Yesus mengatakan kepada para rasul-Nya bahwa mereka bukanlah sekadar para hamba-Nya, melainkan adalah sahabat-sahabat-Nya sendiri. Mereka adalah pribadi-pribadi yang diundang sendiri oleh Yesus untuk hidup dan berkarya bersama Yesus. Mereka adalah pribadi-pribadi yang cukup dipercayai-Nya untuk diutus mewartakan Kabar Baik dalam nama-Nya (Mrk 3:14). Matias yang pestanya dirayakan oleh kita (Gereja) pada hari ini adalah juga salah seorang sahabat Yesus yang telah bersama Yesus sejak awal dan telah menyaksikan Kristus yang telah bangkit setelah hari Minggu Paskah (lihat Kis 1:21-22).

Seperti Matias dan para rasul lainnya, kita sendiri dipanggil untuk menjalin tali persahabatan yang akrab dengan Yesus. Yesus mengundang kita untuk hidup bersama-Nya dan menjadi seorang saksi atas kebangkitan-Nya. Selagi kita menyediakan waktu yang banyak lagi dengan Yesus, maka Dia akan mengubah kita sampai kita menjadi semakin serupa dengan diri-Nya – instrumen yang efektif sehubungan dengan kedatangan kerajaan-Nya di dalam dunia.

Tidak kurang dari panggilan para rasul, sebenarnya setiap umat beriman dipanggil untuk menjadi saksi sukacita berkenan dengan Yesus yang bangkit. Kaum awam di dalam Gereja – seperti juga para imam, birawati/biarawan – sebenarnya diberikan privilese untuk turut ambil dalam hidup apostolik Gereja, untuk berpartisipasi dalam “misi keselamatan Gereja sendiri. Dengan baptis dan penguatan semua ditugaskan oleh Tuhan sendiri untuk kerasulan itu. …… Demikianlah setiap orang awam, karena karunia-karunia yang diterimanya, menjadi saksi dan sarana hidup perutusan Gereja sendiri” (Lumen Gentium, 33).

Bagaimana kita akan mengalami belas kasih Kristus kalau kita tidak menjadi tangan-tangan-Nya dan kaki-kaki-Nya? Dalam hal-hal biasa maupun luarbiasa yang kita lakukan – dalam gereja-gereja kita, dalam lingkungan-lingkungan kita, dalam komunitas-komunitas kita lainnya, dalam kawasan pemukiman kita, bahkan dalam rumah tangga kita masing-masing – Yesus minta kepada kita agar supaya kasih-Nya hadir bagi orang-orang lain. Yesus sendiri ingin memancarkan terang cahaya-Nya melalui diri kita masing-masing, sehingga dengan demikian menarik orang-orang lain kepada-Nya.

Sekarang, marilah kita mohon kepada Tuhan Yesus agar menarik kita kepada relasi persahabatan yang lebih erat dengan diri-Nya, sehingga kita dapat bertumbuh dalam pengenalan dan pengalaman akan kasih-Nya, dengan demikian kita dapat menjadi instrumen Injil-Nya yang lebih efektif.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau telah membuat diriku salah seorang sahabat-Mu. Tolonglah aku agar tetap setia dalam melakukan bagian dari pekerjaan-Mu yang telah Kaupercayakan kepadaku untuk kukerjakan. Tuhan, jadikanlah hatiku agar semakin serupa dengan hati-Mu. Terpujilah nama-Mu selalu.Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kis 1:15-17,20-26), bacalah tulisan yang berjudul  “MATIAS DIPILIH SEBAGAI PENGGANTI SI RASUL-PENGKHIANAT: YUDAS ISKARIOT” (bacaan tanggal 14-5-24) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 24-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2024.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2014)

Cilandak, 13 Mei 2024 [Peringatan Fakultatif SP Maria dr Fatima]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MELALUI KEHADIRAN ROH KUDUS DI DALAM DIRI KITA MASING-MASING

MELALUI KEHADIRAN ROH KUDUS DI DALAM DIRI KITA MASING-MASING

 (Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan VII Paskah – Senin, 13 Mei 2024)

Pfak SP Maria dr Fatima

Kata murid-murid-Nya, “Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan. Sekarang kami tahu bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya bahwa Engkau datang dari Allah.” Jawab Yesus kepada mereka, “Percayakah kamu sekarang? Lihat, saatnya akan datang, bahkan sudah datang, ketika kamu akan diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yoh 16:29-33)

Bacaan Pertama: Kis 19:1-8; Mazmur Tanggapan: Mzm 68:2-5ac,6-7ab

Pada akhirnya, Yesus berbicara secara gamblang sehingga para murid-Nya merasa bahwa mereka dapat memahami Dia. Akan tetapi, sebagai tanggapan terhadap keyakinan mereka, Yesus malah berkata: “Lihat, saatnya akan datang, bahkan sudah datang, ketika kamu akan diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri” (Yoh 16:32). Bagaimana hal ini dapat terjadi? Orang dapat berpikir bahwa setelah tiga tahun lamanya hidup bersama Yesus, tentunya para murid akan begitu setia sehingga mereka tidak akan meninggalkan Dia. Namun faktanya berkata lain. Tanpa Roh Kudus kita dapat mengetahui setiap hal yang ada untuk diketahui namun tetap saja kita tidak mampu merangkul secara penuh rencana Allah.

Dalam komentarnya atas Injil Yohanes, Santo Sirilus dari Aleksandria, Mesir [380-444] menjelaskan karya Roh Kudus seperti berikut ini: “Apakah hal ini menunjukkan bahwa Roh mengubah mereka yang dimasuki-Nya untuk tinggal berdiam dan mengubah seluruh pola kehidupan mereka? Dengan Roh di dalam diri mereka, maka wajarlah bagi orang-orang yang telah diserap oleh hal-hal dari dunia ini untuk menjadi kelihatan tidak duniawi, dan untuk para pengecut untuk menjadi orang-orang yang sangat berani. Tidak meragukan lagi, inilah yang terjadi dengan para murid…….”

Para murid telah menjadi terbiasa berjalan dengan Yesus dalam “daging” dan mendengar sabda-Nya. Mereka tidak dapat membayangkan bahwa ada keadaan yang lebih baik ketimbang yang mereka nikmati pada saat itu. Namun rencana Allah senantiasa melampaui ekspektasi-ekspektasi kita.  Yesus bukan hanya berjalan di samping kita, melainkan juga Dia hendak hidup di dalam diri kita melalui kehadiran Roh Kudus. Seperti dikatakan Santo Sirilus: “Hanya oleh kehadiran-Nya sendiri di dalam diri kita seperti ini, maka Dia (Yesus) dapat memberikan keyakinan kepada kita untuk berseru, ‘Abba, Bapa’, …… dan, melalui kehadiran Roh yang penuh kuat-kuasa, Dia membentengi kita terhadap tipu daya Iblis dan serangan-serangan manusia.”

Diceraiberaikan untuk sementara waktu, dan mengalami bagaimana prakonsepsi-prakonsepsi mereka ditantang oleh pengkhianatan Yudas terhadap Yesus, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya – semua ini menjadi pekerjaan dasar bagi para murid untuk mengalami Yesus dengan cara sedekat mungkin – dalam hati mereka. Semoga kita pun menerima berkat yang sama: kehadiran Yesus dalam hati kita masing-masing, yang memenuhi diri kita dengan kasih-Nya dan kuat-kuasa-Nya.

DOA: Bapa surgawi, hanya dengan kehadiran Roh Kudus dalam hidup kami, maka kami dapat mengalami kehadiran Yesus dalam diri kami. Kami pun menjadi kuat menghadapi berbagai pencobaan dalam hidup ini. Biarlah Roh Kudus masuk lebih dalam lagi ke dalam hati kami. Bapa, kami menyerahkan kehendak kami kepada-Mu. Terpujilah Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa dan Putera dan Roh Kudus, sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kis 19:1-8), bacalah tulisan yang berjudul “PAULUS MEMBERITAKAN KERAJAAN ALLAH DI EFESUS” (bacaan tanggal 13-5-24) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori 24-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2024.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2015)

Cilandak, 12 Mei 2015 [HARI MINGGU PASKAH VII – TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SEBAGAI PARA MURID YESUS, KITA JUGA DIUTUS KE TENGAH DUNIA

SEBAGAI PARA MURID YESUS, KITA JUGA DIUTUS KE TENGAH DUNIA

 (Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU PASKAH VII [TAHUN B] –  12 Mei 2024)

Hari Minggu Komunikasi Sedunia

OSF Sibolga: HR Margareta Bloching/Pendiri Tarekat, Perawan

Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya digenapai yang tertulis dalam Kitab Suci. Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu itulah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran. (Yoh 17:11b-19)

Bacaan Pertama: Kis 1:15-17,20a,20c-26; Mazmur Tanggapan: Mzm 103:1-2,11-12,19-20ab; Bacaan Kedua: 1Yoh 4:11-16

Selagi Dia masih bersama para murid-Nya di dunia, Yesus telah menjaga agar para murid selalu berada dalam persatuan dan kesatuan. Sekarang, ketika Dia bersiap-siap untuk meninggalkan mereka, Yesus berdoa agar mereka tetap mempertahankan persatuan dan kesatuan itu. Dia tahu bahwa ikatan persatuan dan kesatuan mereka haruslah didasarkan pada sesuatu yang bukan sekadar karena kesamaan kepentingan manusiawi. Persatuan dan kesatuan mereka haruslah datang dari kenyataan bahwa mereka ikut ambil bagian dalam suatu kehidupan yang dibuat mungkin oleh-Nya bagi mereka.

Yesus mengetahui bahwa selagi para murid-Nya pergi keluar melaksanakan misi perutusan mereka, mereka akan mengalami banyak masalah dan kesulitan. Yesus tidak meminta agar supaya Bapa surgawi mengambil para murid dari dunia (Yoh 17:15). Mengapa demikian? Karena para murid dipanggil untuk menjadi saksi-saksi hidup tentang kuasa Injil-Nya di tengah-tengah dunia. Yesus hanya memohon agar para murid-Nya dilindungi oleh Bapa dari yang jahat [si Jahat] ketika mereka memberitakan Kabar Baik (Yoh 17:15).

Seperti yang didoakan-Nya bagi para murid yang awal, sebagai Imam Besar Agung (Ibr 4:14), Yesus sampai hari ini juga masih melakukan doa syafaat yang sama bagi kita semua, para murid-Nya di abad ke-21 ini: Dia minta kepada Bapa surgawi agar menjaga dan melindungi kita di dalam dunia ini. Yesus telah menguduskan kita, memisahkan kita dalam “kebenaran” Bapa (Yoh 17:17). Apakah yang dimaksudkan dengan kebenaran ini? Kabar Baik tentang kasih Allah dalam Kristus Yesus. Selagi kita memperkenankan Roh Kudus menyingkapkan kebenaran Injil ini dalam hati kita, kita dapat melawan segala kekuatan Iblis dan roh-roh jahatnya yang terus aktif di sekeliling kita. “Kebenaran” ini adalah satu-satunya hal yang dapat mengalahkan segala kejahatan dalam dunia serta membuat Iblis dan antek-anteknya menjadi tak berdaya.

Akan tetapi, kita harus ingat bahwa Iblis tidak begitu saja mau menerima kekalahannya dan menyerah. Dia tetap berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (lihat 1Ptr 5:8). Iblis selalu memiliki niat jahat untuk melakukan distorsi-distorsi atas kebenaran mengenai kasih Allah. Ia terus memerangi umat Allah (lihat Why 13:7).

Allah ingin agar kita mengetahui  bahwa kita dapat dengan tegar berdiri tegak melawan kejahatan. Melalui doa-doa harian kita, kita dapat mentahtakan Yesus di dalam hati kita masing-masing. Dengan mengampuni orang-orang yang telah bersalah kepada kita, kita dapat menggiling habis satu dari benteng pertahanan Iblis yang paling kuat – penolakan. Dengan melayani penuh kasih dan menginjili orang-orang lain, kita dapat membangun suatu atmosfir penuh rahmat dan kebenaran di seluruh dunia. Karena kita sudah dikuduskan dalam kebenaran Injil, marilah kita tanpa ragu sedikit pun mengangkat senjata-senjata rohani kita sambil terus memajukan Kerajaan Allah.

DOA: Bapa surgawi, Allah yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi. Aku berterima kasih kepada-Mu penuh syukur dan memuji-muji-Mu karena lewat Yesus Kristus, Putera-Mu terkasih, Engkau telah memanggilku menjadi pelayan sabda-Mu. Hidup oleh kebenaran-Mu adalah sebuah kegembiraan penuh sukacita, ya Allahku. Lindungilah aku dari si Jahat dan malaikat-malaikat jahatnya dan gunakanlah diriku seturut kehendak-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 17:11b-19), bacalah tulisan yang berjudul “PARA MURID KRISTUS DIUTUS KE TENGAH DUNIA” (bacaan tanggal 12-5-24) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 24-05 PERMENUNGAN ALKITABIAH MEI 2024. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2015)

Cilandak, 11 Mei 2024 [Pw/Pfak S. Ignatius dr Laconi, Biarawan Ordo I Kapusin]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS