Posts from the ‘MASA ADVEN, NATAL & TAHUN BARU’ Category

SALING MENGASIHI DENGAN PERBUATAN DAN DALAM KEBENARAN

SALING MENGASIHI DENGAN PERBUATAN DAN DALAM KEBENARAN

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Masa Natal – Jumat, 5 Januari 2024)

Hari Jumat Pertama

Sebab inilah berita yang telah kamu dengar sejak semula, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi; bukan seperti Kain yang berasal dari si jahat dan membunuh adiknya. Mengapa ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar. Janganlah kamu heran, Saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu. Kita tahu bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara seiman kita. Siapa yang tidak mengasihi, ia tetap dalam maut. Setiap orang yang membenci saudara seimannya adalah pembunuh manusia. Dan kamu tahu bahwa tidak ada pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya. Dengan inilah kita mengenal kasih Kristus, yaitu bahwa Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara seiman kita. Siapa  yang mempunyai harta duniawi dan melihat saudara seimannya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimana kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

Demikianlah kita ketahui bahwa kita berasal dari kebenaran dan boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, bilamana hati kita menuduh kita. Sebab Allah lebih besar daripada hati kita serta mengetahui segala sesuatu. Saudara-saudaraku yang terkasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah. (1Yoh 3:11-21)

Mazmur Tanggapan: Mzm 100:1-5; Bacaan Injil: Yoh 1:43-51

Dalam bacaan ini Yohanes memberikan standar bagi kita untuk dapat menentukan apakah kita sungguh “sudah sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup” (1Yoh 3:14). Standar termaksud adalah “saling mengasihi antara sesama”. Malah kita dipanggil untuk melangkah lebih jauh lagi, yaitu untuk juga mengasihi mereka yang membenci kita (lihat Mat 5:44). Kasih yang dituntut di sini adalah suatu kasih yang terwujud dalam perbuatan-perbuatan, jadi bukan hanya dalam kata-kata yang diucapkan, betapa manis pun kedengarannya.

Perbuatan atau tindakan kasih dapat besar atau kecil; Yohanes berbicara baik mengenai “menyerahkan nyawa untuk saudara-saudara seiman” maupun “pemberian sedekah kepada yang membutuhkan” (lihat 1Yoh 3:16-17) sebagai contoh-contoh tindakan mengasihi. Kasih, baik besar maupun kecil, haruslah terwujud dalam perbuatan. Orang-orang yang tidak memiliki kasih ini adalah mereka yang tetap dalam maut (1Yoh 3: 14). Sebaliknya kita yang mengasihi dapat menggunakan kenyataan ini untuk “menenangkan hati kita di hadapan Allah”, bahwa kita “berasal dari kebenaran” (1Yoh 3:19).

Santo Augustinus [354-430] membahas mengenai “kasih nyata” (yang diwujudkan dalam perbuatan dan bukan sekadar diucapkan/dipikirkan) dalam salah satu homilinya (Homili tentang 1Yohanes, V,12).  Orang kudus ini mengatakan kepada para pendengar homilinya, bahwa kesempurnaan kasih itu diungkapkan dengan tindakan penyerahan nyawa kita sendiri; namun apabila kita merasa belum memiliki kasih yang sempurna ini, maka hal ini tidak boleh kita perkenankan menghentikan kita dari upaya mencari tindakan-tindakan yang mengungkapkan kasih yang telah kita miliki. Santo Augustinus secara spesifik berbicara mengenai pemberian sedekah sebagai suatu sarana yang unggul untuk mewujudkan kasih kita, suatu sarana yang dapat diperbuat oleh hampir semua orang, sampai mereka mampu untuk menanggapi kebutuhan sesama dengan perbuatan-perbuatan yang lebih besar. Orang kudus ini mengatakan sesuatu yang sangat penting untuk kita renungkan dengan mendalam: “Apabila dalam kelimpahanmu anda tidak dapat memberi kepada saudaramu, dapatkah anda menyerahkan nyawamu bagi saudaramu itu? …… Dia adalah saudaramu, sama seperti anda dia dibeli …… anda berdua ditebus oleh darah Kristus.”

Marilah kita di awal tahun yang baru ini berdoa agar keutamaan kasih yang diungkapkan dalam perbuatan itu dapat meningkat dalam kehidupan kita, dan membawa manfaat bagi umat Allah di seluruh dunia.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Ajarlah kami agar senantiasa mencari jalan untuk mengasihi orang-orang lain, baik di tempat kami berdiam, maupun di tempat-tempat lain yang dekat dan/atau jauh. Ajarlah kami bermurah hati dengan harta-milik kami di dunia ini karena kami adalah sebuah keluarga, yang para anggotanya seharusnya saling mengasihi, saling memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang ada. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil Misa hari ini (Yoh 1:43-51), bacalah tulisan yang  berjudul “AKU MELIHAT ENGKAU DI BAWAH POHON ARA” (bacaan tanggal 5-1-24), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 24-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2024.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2012)

Cilandak, 4 Januari 2024 [Keluarga Fransiskan: Pfak S. Angela dr Foligno, Ordo III Sekular]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

DALAM RAHIM MARIA LAH YESUS MENYATUKAN DIRI-NYA SECARA LENGKAP DENGAN KEMANUSIAAN KITA

DALAM RAHIM MARIA LAH YESUS MENYATUKAN DIRI-NYA SECARA LENGKAP DENGAN KEMANUSIAAN  KITA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, HARI RAYA SP MARIA BUNDA ALLAH – Senin, 1 Januari 2024)

Hari Perdamaian Sedunia

TUHAN (YHWH) berfirman kepada Musa: “Berbicaralah kepada Harun dan anak-anaknya: Beginilah harus kamu memberkati orang Israel, katakanlah kepada mereka: TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. Demikianlah harus mereka meletakkan nama-Ku atas orang Israel, maka Aku akan memberkati mereka.” (Bil 6:22-27)

Mazmur Tanggapan: Mzm 67:2-3, 5-6,8; Bacaan Kedua: Gal 4:4-7; Bacaan Injil: Luk 2:16-21 

Selagi kita berada di awal tahun yang baru ini, Gereja meneguhkan kembali janji Allah untuk memberkati kita dan melindungi kita (Bil 6:24). Dalam merayakan HARI RAYA SP MARIA BUNDA ALLAH, kita memproklamasikan kebenaran mulia bahwa dalam rahim Maria-lah Pribadi Kedua dari Allah Tritunggal Mahakudus menyatukan diri-Nya secara lengkap dengan kemanusiaan kita.

Dalam diri Maria, kita melihat potret dari seseorang yang mengetahui bahwa wajah Allah menyinari dirinya dan Ia memenuhi dirinya dengan rahmat (Bil 6:25). Allah memandang Maria dengan penuh kasih dan mencurahkan dirinya dengan rahmat ilahi, dan Ia mempersiapkan Maria untuk mengatakan “ya” terhadap rencana Allah bahwa dia akan membawa Putera-Nya dalam rahimnya ke tengah dunia. Ketika Maria dalam iman mengucapkan persetujuannya (fiat), maka Bapa surgawi memberikan kepadanya damai-sejahtera-Nya (Bil 6:26), dan secara berkesinambungan mendorong serta menyemangati Maria agar menaruh kepercayaan kepada-Nya selagi dia menyaksikan rencana-Nya bergulir, tahap demi tahap.

Iman kita mengatakan bahwa Maria sangat membutuhkan damai-sejahtera dari Allah, karena dia akan menghadapi situasi-situasi yang berbahaya dan menakutkan (lihat Luk 2:4-7; Mat 2:13-15)! Dalam masing-masing situasi, Maria belajar untuk menaruh kepercayaan secara lebih penuh bahwa Allah memberkati dan melindungi diri-Nya (Bil 6:24).

Karena Putera Allah menjadi daging dalam rahim Maria, kita pun dapat ikut ambil bagian dalam berkat-berkat ilahi yang indah ini. Kita telah dibaptis ke dalam Kristus; artinya kita mengambil bagian dalam keilahian-Nya, dan juga dalam kemanusiaan-Nya. Kita adalah para ahli waris dari berkat-berkat yang diberikan Allah (YHWH) kepada Israel dan secara khusus kepada Maria, sang Puteri Sion yang dikasihi-Nya.

Seperti Maria, kita dapat melangkah dengan penuh keyakinan dalam berkat dan damai-sejahtera dari Allah. Putera Allah, yang meninggalkan takhta-Nya di surga untuk menjadi seorang manusia seperti kita, telah mengalahkan dosa dan maut bagi kita semua. Setiap hari, kita dapat dengan bebas menerima hidup Yesus ke dalam hati kita dengan sekadar menjawab “ya” kepada panggilan Allah, seperti yang dilakukan oleh Maria. Oleh darah Yesus yang menyucikan, kita telah dibuat menjadi bejana-bejana Roh Kudus, dengan demikian memampukan kita untuk berseru “Abba! Bapa!” sebagai anak-anak Allah yang sejati (Gal 4:6-7). Allah kita tidak “jauh-jauh amat” dari tempat kita duduk/berdiri sekarang, malah boleh dikatakan bahwa Dia sungguh dekat, karena Dia berdiam dalam diri kita melalui Roh Kudus-Nya. Sekarang, marilah kita berbalik kepada-Nya dan memperkenankan berkat, rahmat, dan belas kasih-Nya menyinari diri kita.

DOA: Bapa surgawi, utuslah Roh-Mu kepada kami agar membawa kami lebih dekat lagi kepada Putera-Mu terkasih pada tahun yang baru ini. Selagi kami menyambut rahmat-Mu ke dalam hati kami, kami pun akan diperbaharui dan diperkuat agar dapat hidup sebagai saksi-saksi kasih-Mu yang tangguh. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Kedua hari ini (Gal 4:4-7), bacalah tulisan yang berjudul “SP MARIA BUNDA ALLAH” (bacaan tanggal 1-1-24) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 23-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH  JANUARI 2024.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2016)

SELAMAT TAHUN BARU 2024!

Cilandak, 31 Desember 2023 [Pesta Keluarga Kudus, Yesus, Maria dan Yusuf]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TIGA NAMA/GELAR YANG SARAT MAKNA

TIGA NAMA/GELAR YANG SARAT MAKNA

(Bacaan Injil Misa Fajar, HARI RAYA NATAL – Senin, 25 Desember 2023

Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke surga, gembala-gembala  itu berkata seorang kepada yang lain, “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. Ketika melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkataan itu di dalam hatinya dan merenungkannya. Kemudian kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka. (Luk 2:15-20)

Bacaan Pertama: Yes 62:11-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 97:1,6,11-12; Bacaan Kedua: Tit 3:4-7

Kisah Natal yang dipaparkan oleh Lukas sesungguhnya adalah proklamasi tentang kelahiran sang Juruselamat dunia, Yesus Kristus, Tuhan! Peristiwa ilahi itu diutarakan oleh sang penginjil lewat penggambaran keterlibatan orang-orang tertentu, pada masa tertentu dalam sejarah dunia dan terjadi pada tempat tertentu pula. Detil-detil ini dengan indahnya dirajut ke dalam sebuah rangkaian cerita, yang walaupun bukan merupakan catatan harian tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada satu malam, tetap saja merupakan setting yang kaya secara alkitabiah sehubungan dengan misteri kedatangan Sang Ilahi ke tengah dunia.

Kita yang selama masa Adven telah menanti-nanti sambil mempersiapkan diri sebaik-baiknya sekarang dapat bersukacita mendengar kabar surgawi bahwa Allah – karena begitu mengasihi seisi dunia – telah mengutus Putera-Nya yang tunggal ke tengah-tengah dunia. Dia adalah Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita! (lihat Yoh 3:16).

Ada tiga nama/gelar penting yang diumumkan oleh malaikat kepada para gembala di padang Efrata: tiga nama yang merupakan kabar sukacita, suatu sukacita yang harus di-sharing-kan kepada dan oleh seluruh dunia … Juruselamat, Kristus (Mesias) dan Tuhan: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk 2:11).

Nama/gelar yang pertama adalah Juruselamat. Artinya sama dengan nama Yesus yang disampaikan oleh malaikat agung Gabriel kepada Maria (lihat Luk 1:31). Yesus atau Iésous dalam bahasa Yunani, yang berasal dari kata Ibrani Yésyüa’, Yehôsyûa’ yang berarti “YHWH menyelamatkan”. Dengan demikian, nama Yesus berarti Dia yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka. Nama ini tidak akan berarti sekiranya tidak ada orang-orang berdosa yang perlu diselamatkan, orang-orang yang hampir tenggelam ke dalam lautan dalam yang memerlukan pertolongan. Ingatlah bahwa kehadiran seorang dokter paling dihargai ketika ada seorang yang sakit atau terluka karena suatu kecelakaan yang menimpa dirinya. Demikian pula arti kedatangan seorang Juruselamat adalah “kabar baik” bagi orang-orang yang sadar bahwa mereka adalah para pendosa yang sungguh membutuhkan pertolongan dari Yang Ilahi.

Dalam masa Adven umat Kristiani menyiapkan diri kita antara lain untuk menyambut hari Natal. Masa penantian yang kita jalani selama kurang lebih satu bulan ini menarik kita keluar dari “hiruk pikuk” masyarakat modern agar dapat menghadapi “naluri primitif kita sendiri yang liar” serta mengalami kedambaan roh kita akan pertolongan-Nya. Masa Adven juga menantang kita untuk bersikap jujur dan sederhana dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan kita, untuk mengerti diri kita sendiri secara jujur. Dan dalam kesederhanaan ini menyadari bahwa kita memang membutuhkan seorang Juruselamat ilahi.

Kata atau nama “Juruselamat” mengungkapkan turunnya Allah kepada para pendosa yang sudah jatuh ke dalam jurang dosa. Lukas memperluas ajaran penting yang baru disebutkan tadi, karena pesan surgawi pertama-tama diberikan kepada para gembala. Mungkin untuk sekejab kita dapat melupakan ide-ide romantis kita tentang para gembala. Mereka juga orang-orang berdosa. Para gembala dipandang sebagai orang-orang yang sangat tidak jujur (mungkin karena suka mencuri kasut pada waktu orang-orang melakukan ibadat di sinagoga?) dan tubuh mereka “memancarkan” aroma yang tidak sedap (alias bau sekali) sehingga mereka tidak diperkenankan untuk mengikuti ibadat di sinagoga atau Bait Suci. Namun Juruselamat yang satu ini ingin menunjukkan pentinglah kehadiran-Nya di tengah-tengah orang berdosa. Kelak ketika sudah dewasa, Yesus akan ditentang habis oleh para pemuka agama Yahudi yang tidak dapat menerimka kenyataan bahwa Yesus suka makan-minum dengan para pemungut cukai dan pendosa (lihat misalnya Luk 15:2). Bagaimana kita akan bereaksi jikalau kita yang kebanyakan tinggal di kawasan pemukiman “kelas” menengah ke atas dan anggota jemaat sebuah paroki yang “kaya” pada suatu hari menyaksikan Yesus makan-minum dengan para sampah masyarakat dan “wong cilik” pada umumnya? Akan menggerutukah kita? Akan merasa kesalkah kita – sebagai anggota Dewan Paroki yang “terhormat” – apabila pada suatu hari memergoki Pastor Paroki dan/atau Pastor Rekannya sedang makan-minum bersama dengan para pegawai rendahan paroki, misalnya para petugas pembersih WC dlsb.?

Sehubungan dengan hal ini, kita senantiasa tidak boleh melupakan, bahwa Juruselamat kita itu samasekali tidak dilahirkan sebagai anak manusia di sebuah hotel berbintang, melainkan di tengah-tengah orang-orang miskin, orang-orang yang tidak memiliki rumah atau tempat tinggal yang memadai. Maria dan Yusuf dengan gembira menggunakan tempat sangat sederhana yang dipinjamkan orang. Bahkan tempat itu pun bukan dimaksudkan untuk didiami manusia, melainkan hewan-hewan milik orang itu. Apa sebabnya? Injil Lukas hanya membuat sebuah laporan sangat singkat: “… karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan” (Luk 2:7). Tempat kelahiran sang  Juruselamat sungguh sebuah tempat yang bau, kotor dan tidak hygienis; tidak ubahnya seperti dunia yang dimasuki-Nya; juga tidak ubahnya seperti jiwa-jiwa manusia yang dikunjungi-Nya.

Nama/gelar kedua yang diumumkan oleh malaikat kepada para gembala adalah Kristus (Mesias). Ia dikenal sebagai Yesus dalam keluarga-Nya, oleh teman-teman-Nya, oleh para tetangga dll. Nama atau kata “Kristus” mengungkapkan fungsi atau misi yang diemban-Nya. Kristus berarti yang diurapi. Dalam Perjanjian Lama orang-orang diurapi untuk tiga tugas pelayanan besar, yaitu sebagai nabi, imam dan raja. Seorang nabi dipanggil untuk menjadi seorang guru dan/atau jubir kehendak Allah. Seorang imam adalah mediator (perantara) yang mempersembahkan kurban kepada Allah untuk umat. Seorang raja diurapi agar supaya melayani rakyat dengan pemerintahan dan kepemimpinan yang baik.

Nah, dari pengumuman malaikat kepada para gembala ini, untuk pertama kali ketiga pengurapan itu dipenuhi dalam diri satu orang saja, yaitu sang Terurapi, Kristus. Sebagai seorang nabi Yesus adalah Pribadi yang membawa terang Allah ke tengah-tengah sebuah dunia yang dilanda kegelapan. Sebagai imam, Yesus akan berfungsi sebagai seorang gembala baik, yang menggembalakan umat-Nya, artinya mencari jiwa-jiwa yang tersesat agar kembali kepada Allah dan mempertaruhkan nyawa untuk mereka. Sebagai raja, Yesus akan mendirikan kerajaan Allah dalam jiwa-jiwa.

Nama ketiga yang diumumkan oleh malaikat kepada para gembala adalah Tuhan (Yunani: Kyrios).  Lukas sangat menyenangi nama ini karena menulis Injilnya untuk dunia kafir Roma yang pada zaman itu mengklaim bahwa Kaisar itu memiliki kodrat ilahi. Pesan Lukas kepada mereka adalah, bahwa hanya ada satu Tuhan, Yesus Kristus. Ketiga nama yang disebutkan ini sangat kaya dalam hal signikansinya.

Juruselamat … turun ke tengah-tengah dunia … ke dalam kedosaan dan kemiskinan. Kristus … melayani kita sebagai nabi terang, sebagai gembala jiwa-jiwa dan sebagai pembawa kerajaan Allah … dibangkitkan, kembali kepada kemuliaan ilahi, dan mengangkat kodrat insansi yang Ia sendiri telah mengambilnya. Dia merendahkan diri-Nya untuk mengambil kodrat insani kita sehingga melalui Dia, kita dapat ikut ambil bagian dalam kodrat ilahi.

Natal dalam arti sesungguhnya jauh dari sekadar mengenang secara sentimental peristiwa lampau dalam sejarah manusia. Natal adalah perayaan yang hidup akan karunia Allah dalam diri seorang Juruselamat, Kristus dan Tuhan. Lukas menceritakan kepada kita bahwa orang-orang yang pertama kali memperoleh kabar yang menggembirakan ini menjadi sangat ketakutan: “Lalu berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan  bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan” (Luk 2:9). Mereka bergegas ke Betlehem untuk menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu yang sedang berbaring di dalam palungan. Semua orang yang mendengar pemberitahuan para gembala tentang apa yang dikatakan malaikat tentang Anak  yang baru dilahirkan itu menjadi heran (lihat Luk 2:16-18). Maria menyimpan segala perkataan gembala-gembala itu di dalam hatinya dan merenungkannya (Luk 2:19). Para gembala itu kemudian kembali sambil memuji dan memuliakan Allah (Luk 2:20).

DOA: Bapa surgawi, Allah yang Mahakuasa – Khalik langit dan bumi, kuduslah nama-Mu! Putera-Mu, sang Firman yang telah menjadi manusia, memenuhi diri kami dengan terang yang baru yang dibawa-Nya ke tengah-tengah umat manusia. Biarlah terang iman dalam hati kami masing-masing memancar dalam kata-kata yang kami ucapkan dan segala hal yang kami lakukan. Amin.

SELAMAT HARI NATAL!

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil Misa Kudus Siang (Yoh 1:1-18), bacalah tulisan yang berjudul “ALLAH YANG MERENDAHKAN DIRI-NYA DEMI KASIH-NYA KEPADA DUNIA” (bacaan tanggal 25-12-23), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 23-12 PERMENUNGAN ALKITABIAH DESEMBER 2023.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011)

Cilandak, 24 Desember 2023 [HARI MINGGU ADVEN IV – TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SEORANG PEREMPUAN YAHUDI PILIHAN ALLAH

SEORANG PEREMPUAN YAHUDI PILIHAN ALLAH  

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU ADVEN IV {Tahun B] – 24 Desember 2023)

Dalam bulan yang keenam malaikat Gabriel disuruh Allah pergi ke sebuah kota yang bernama Nazaret,kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu datang kepada Maria, ia berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”  Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh anugerah di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapak leluhur-Nya, dan Ia akan memerintah atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-nya tidak akan berkesudahan.”  Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”  Kata Maria, “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Luk 1:26-38)

Bacaan Pertama:2Sam 7:1-5,8b-12,14a,16; Mazmur Tanggapan: Mzm 89:2-5,27,29; Bacaan Kedua Rm 16:25-27

Maria adalah seorang perempuan Yahudi yang setia, salah seorang anggota sejati dari umat Allah, seorang pewaris janji-janji yang telah dibuat Allah dengan umat pilihan-Nya. Allah tidak sekadar memilih sembarang perempuan untuk menjadi ibu Yesus; Ia memilih seorang perempuan muda dari antara orang-orang yang dikasihi-Nya. Jadi, melalui Maria – seorang perwakilan Israel – Allah memenuhi semua janji-Nya yang diberikan di bawah perjanjian (Inggris: covenant), mengutus Yesus ke tengah dunia sebagai sang Mesias dan Pembebas semua orang. Allah menggunakan Maria dalam rencana abadi-Nya untuk mencurahkan kasih-Nya ke dalam diri kita.

Allah membuat banyak janji kepada umat-Nya dalam Perjanjian Lama. Allah memberi sebuah tanda kepada raja Ahas, walaupun Ahas tidak mau karena dia tidak ingin mencobai TUHAN (YHWH): “Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes 7:14). Imanuel berarti “Allah beserta/menyertai kita” (lihat Mat 1:23), dan janji ini dipenuhi melalui Maria dalam diri Yesus, Putera Allah yang datang dan “tinggal di antara kita” (Yoh 1:14).

Banyak bacaan Perjanjian Lama pada masa Adven mempermaklumkan kedatangan Mesias sebagai Pribadi yang akan membebaskan umat Allah dari belenggu dosa dan membawa mereka kehidupan dan kedamaian. Walaupun orang-orang Israel berulang-kali memberontak melawan-Nya, YHWH tetap setia kepada  perjanjian-Nya dan berjanji untuk memimpin mereka ke luar dari kegelapan dan penindasan. Melalui kelahiran Yesus, kehidupan, kematian dan kebangkitan-Nya, Allah mencapai pekerjaan pembebasan ini, yakni menyatakan kasih-Nya kepada semua orang.

Marilah kita ingat selalu, bahwa pekerjaan Allah dalam diri Maria-lah yang membawa kita semua kepada peristiwa kelahiran Tuhan Yesus: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau” (Luk 1:35). Mukjizat ini terjadi dalam kerangka rencana kekal-abadi Allah yang lebih besar, yang mulai sebelum penciptaan dan akhirnya akan dipenuhi pada saat kedatangan kembali Yesus kelak. Kita seharusnya bergembira selagi kita menyaksikan rencana agung Allah ini bekerja dalam kehidupan kita, ketika kita mengalami Yesus yang adalah Imanuel.

Kelahiran Yesus dari Bunda Maria membawa kasih Allah ke tengah dunia dengan cara yang baru dan kekal. Marilah kita berdoa agar dapat mengalami kasih dan kuat-kuasa Ilahi ini pada masa Natal ini secara lebih mendalam lagi. Kita juga akan berdoa bagi negeri kita tercinta Indonesia ini, bagi dunia; agar kuasa-kuasa kegelapan dipatahkan dan kasih Allah dalam Kristus Yesus akan mengalir ke dalam hati semua orang.

Bersama seluruh Gereja, baiklah kita berdoa: “Datanglah, hai Kunci Daud, bukalah pintu-pintu gerbang kerajaan Allah yang kekal: Bebaskanlah para tawanan dari kegelapan.”

DOA: Allah, Bapa kami, kuduslah nama-Mu. Pada waktu menerima pesan-Mu lewat malaikat agung Gabriel, Maria Kaujadikan Bait Suci-Mu, dan dirinya pun dipenuhi dengan terang Roh Kudus. Semoga melalui contoh Maria, dengan kerendahan hati dan kesetiaan, kami dapat mengikuti kehendak-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Luk 1:26-38), bacalah tulisan yang berjudul “ANAK YANG AKAN KAULAHIRKAN ITU AKAN DISEBUT KUDUS, ANAK ALLAH” (bacaan tanggal 24-12-23) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 23-12 PERMENUNGAN ALKITABIAH DESEMBER 2023.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011]

Cilandak, 23 Desember 2023 [Pfak S. Yohanes dr Kety, Imam]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MARIA: SEORANG PERAWAN DAN IBU

MARIA: SEORANG PERAWAN DAN IBU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Kamis, 21 Desember 2023)

Pfak S. Petrus Kanisius, Imam & Pujangga Gereja

SJ: Pw S. Petrus Kanisius, Imam & Pujangga Gereja

Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan bergegas menuju sebuah kota di pegunungan Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai di telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Berbahagialah ia yang percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” (Luk 1:39-45)

Bacaan pertama: Kid 2:8-14 atau Zef 3:14-18a; Mazmur Tanggapan: Mzm 33:2-3,11-12,20-21

“Terpujilah nama Maria, perawan dan bunda” (bagian dari Doa Pujian dalam Kebaktian Kepada Sakramen Mahakudus; PS 205)

Dalam kedalaman hati setiap perempuan yang baik terdapat suatu hasrat untuk kualitas-kualitas baik sebagai seorang perawan maupun seorang ibu. Dia ingin suatu hidup kemurnian yang bermakna, baik secara fisik maupun spiritual: suatu kemurnian pikiran, hati, dan kehendak. Ia juga memiliki hasrat menjadi seorang ibu, artinya memberikan hidup. Seorang ibu memberikan hidup secara fisik, malah secara spiritual, dengan memberikan nilai kepada kehidupan, dengan memberikan makna dan tujuan  dan dorongan kepada orang-orang lain.

Dua imaji (gambaran) ini – perawan maupun ibu – tidaklah bertentangan satu sama lain, melainkan bersifat komplementer [saling mengisi/melengkapi] – dalam karakter perempuan. Kedua hal tersebut memanifestasikan dua kecenderungan pribadi manusia: (1) penahanan/ pengurungan diri – menahan diri kita sendiri untuk menjadi setia terhadap orang lain, dan (2) pengosongan diri (Inggris: self-abandonment) – memberikan diri sendiri kepada banyak orang. Dua kualitas ini bersama-sama membentuk perempuan yang ideal.

Allah menyadari ideal ini secara sempurna terdapat dalam diri seorang pribadi: Ibunda-Nya, Maria.  Maria ini adalah seorang perawan dan seorang ibu dalam artian yang sesungguhnya, baik secara fisik maupun spiritual.  Allah memanggil setiap perempuan untuk secara spiritual menjadi perawan dan seorang ibu, tanpa peduli status kehidupannya: apakah menikah, tidak menikah, atau sebagai religus.

Baiklah kita melihat dua keutamaan indah perempuan ini, baik dalam diri Maria maupun Elisabet selagi mereka berjumpa di tempat kediaman Elisabet dan Zakharia di Ain Karem. Lihatlah bagaimana mereka membuka diri masing-masing bagi Allah. Bagaimana dengan penuh sukacita mereka telah menerima kesempatan-kesempatan dalam hidup mereka. Bagaimana mereka melihat dengan penuh penghargaan inspirasi-inspirasi ilahi dalam keheningan batin mereka dan bagaimana mereka telah memberikan yang terbaik bagi orang-orang lain.

Betapa indahlah seeorang perempuan yang mengkombinasikan dengan baik dan seimbang kedua kualitas berharga ini! Berbahagialah seorang perempuan yang menjaga baik-baik karunia hikmat dan kesehatan rohaninya, rasa percayanya, kemampuannya untuk memahami dan untuk menaruh simpati. Dengan demikian dia siap untuk menaruh hormat/respek kepada orang-orang lain, mendukung mereka, untuk berbela-rasa. Perempuan seperti itu memiliki kecerdikan untuk membawa segala sesuatu kepada tujuannya yang paling berguna, paling berbuah, paling indah dan paling berharga.

DOA: Bapa surgawi, Allah yang baik, sumber segala kebaikan, satu-satunya yang baik. Kata-kata berikut ini diucapkan oleh Elisabet kepada Maria. “Berbahagialah ia yang percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” Ya Tuhanku dan Allahku, jadikanlah diriku anak-Mu yang baik dengan meneladan iman-kepercayaan sejati yang telah ditunjukkan oleh Bunda Maria. Terpujilah nama-Mu yang kudus, sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 1:39-45), bacalah tulisan yang berjudul “MELONJAK KEGIRANGAN” (bacaan tanggal 21-12-23) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 23-12 PERMENUNGAN ALKITABIAH DESEMBER 2023.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2013)

Cilandak, 20 Desember 2023

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS AKAN DISEBUT KUDUS, ANAK ALLAH

YESUS AKAN DISEBUT KUDUS, ANAK ALLAH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Khusus Adven – Rabu, 20 Desember 2023)

Dalam bulan yang keenam malaikat Gabriel disuruh Allah pergi ke sebuah kota yang bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu datang kepada Maria, ia berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”  Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh anugerah di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapak leluhur-Nya, dan Ia akan memerintah atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”  Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”  Kata Maria, “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Luk 1:26-38)

Bacaan Pertama: Yes 7:10-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-4ab,5-6

“Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.” (Yes 7:14)

Pada saat penciptaan, “Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air” (Kej 1:2). Pada saat Inkarnasi, Roh Allah yang sama turun ke atas Maria, dan “kuasa Allah Yang Mahatinggi” menaungi dirinya (lihat Luk 1:35). Kerinduan setiap hati manusia yang berkehendak baik terjawablah pada saat Maria memberikan fiat-nya terhadap kata-kata malaikat agung Gabriel: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Akhirnya, Allah berdiam di tengah umat manusia.

Maria secara unik dipilih untuk menjadi “hamba Tuhan” (Luk 1:38), dan malaikat agung Gabriel benar ketika menyapa Maria dengan kata kecharitomene – engkau yang dikaruniai – penuh rahmat (Luk 1:28). Kita dapat ikut ambil bagian dalam rahmat tersebut sementara kita membuka hati kita bagi Roh Kudus-Nya, mengakui dosa-dosa kita, dan mohon agar Roh Kudus membuat INJIL menjadi hidup dalam diri kita.

Begitu banyak hal yang dapat kita renungkan selama masa Adven yang penuh rahmat ini, begitu banyak dimensi indah dari misteri kasih Allah yang tersedia bagi kita. Nah, keajaiban Inkarnasi Tuhan datang justru di tengah-tengah kesibukan orang-orang melakukan berbagai persiapan untuk berbagai kegiatan: bepergian (istilah kerennya: travelling), berbelanja (shopping), bungkus-membungkus hadiah Natal (wrapping), masak memasak makanan spesial Natal (cooking). Sekarang, masalahnya: Maukah kita menyediakan cukup waktu hening di hadapan Allah sebagaimana telah dicontohkan oleh Perawan Maria? Beranikah kita memilah-milah antara kegiatan persiapan Natal spiritual dan kegiatan persiapan “Natal” yang murni merupakan adat-kebiasaan/budaya?

Semoga kita menerima rahmat Allah secara melimpah pada hari-hari menjelang Natal ini. Hal ini tidak mudah terwujud, bahkan berada di luar kekuatan kita sendiri, namun bagi Allah tidak ada yang mustahil (lihat Luk 1:37). Ia adalah “satu-satunya Allah yang penuh hikmat, yang berkuasa menguatkan kamu …… sesuai dengan penyingkapan rahasia, yang tersembunyi berabad-abad lamanya, tetapi yang sekarang telah dinyatakan” (Rm 16:25-27). Misteri ini menyatakan bahwa tidak ada sesuatupun, bahkan dosa sekali pun – yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang menjelma dalam diri Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita.

DOA: Bapa surgawi, oleh Roh Kudus-Mu, jagalah diri kami agar tidak menaruh iman kami di atas pasir perasaan-perasaan kami, melainkan ajarlah kami untuk percaya pada kenyataan-kenyataan yang kokoh seperti batu karang perihal kebaikan-Mu dan kasih-Mu bagi kami. Terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu, ya Bapa. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 1:26-38), bacalah tulisan dengan judul “MARIA MEMANG PILIHAN ALLAH SENDIRI” dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 23-12 PERMENUNGAN ALKITABIAH DESEMBER 2023.

Cilandak,  19 Desember 2023

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS ADALAH SEORANG ‘MAN OF PRAISE’

YESUS ADALAH SEORANG ‘MAN OF PRAISE’

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan I Adven – Selasa, 29 November 2022)

Keluarga Besar Fransiskan: Pesta Semua Orang Kudus Fransiskan

Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.” Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya secara tersendiri dan berkata, “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.” (Luk 10:21-24)

Bacaan Pertama: Yes 11:1-10; Mazmur Tanggapan: Mzm 72:2,7-8,12-13,17

“Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.” (Luk 10:23)

Dalam tulisan yang lain, saya pernah mengatakan bahwa Yesus adalah seorang yang senantiasa memuji-muji Allah dan kebesaran-Nya – Dia adalah seorang man of praise. Hal ini ditunjukkan dengan baik dan indah sekali oleh Lukas dalam bacaan Injil hari ini.

Beberapa saat sebelum Ia menghaturkan doa syukur kepada Allah ini, Yesus telah meratapi “nasib” kota-kota Khorazim, Betsaida dan Kapernaum (Luk 10:13-16). Tiga kota ini telah menolak hal yang paling berharga di dalam dunia: kasih Allah yang penuh keajaiban. Sebaliknya mereka memilih untuk menaruh kepercayaan pada diri mereka sendiri. Inilah sebabnya mengapa Yesus bergembira dalam Roh Kudus karena sikap tulus seperti anak kecil yang dipertunjukkan oleh para murid-Nya. Tidak seperti kota-kota yang tidak percaya ini, para murid-Nya telah belajar untuk tidak menggantungkan diri pada “kehebatan” mereka sendiri, melainkan pada janji-janji Allah.

Bahkan pada hari ini pun Yesus terus bergembira – penuh syukur – karena melihat siapa saja yang mengambil langkah-langkah iman kecil dan belajar untuk menaruh kepercayaan sederhana pada-Nya. Yesus bergembira manakala melihat hati seseorang yang dapat diajar (tidak bebal) dan terbuka bagi pernyataan-Nya dari takhta surgawi. Tidak ada yang lebih menggembirakan hati Yesus daripada melihat kita datang menghadap hadirat-Nya dengan rendah hati, siap untuk belajar dari Dia dan menerima rahmat-Nya. Yesus dapat dan akan menyatakan diri-Nya kepada kita. Yang dibutuhkan dalam hal ini hanyalah hati yang terbuka dan waktu doa singkat setiap harinya.

Inilah janji Allah kepada orang-orang yang memiliki sifat dan sikap penuh ketulusan seorang anak kecil: pernyataan diri-Nya. Kita tidak perlu mereka-reka seperti apa sih Yesus ini. Roh Kudus-Nya ingin menyatakan Kristus kepada kita, dan Ia akan menggunakan setiap kesempatan untuk membuka hati kita. Kita tidak perlu berupaya terlalu keras untuk menerima, memahami, atau mengenal Dia. Apa yang harus kita lakukan hanyalah semakin menggantungkan diri pada Yesus dari hari ke hari untuk memperoleh hikmat dan kekuatan yang kita butuhkan. Selagi kita mengambil langkah-langkah iman yang kecil ini, kita akan bertumbuh dalam kesadaran bahwa kita tidak dapat berbuat atau mengetahui apa-apa tanpa Yesus, dan kesadaran tersebut tidak perlu membuat kita ciut hati, melainkan justru memenuhi diri kita dengan pengharapan.

Saudari dan Saudaraku, marilah kita tidak menempatkan segala jenis tuntutan atas diri kita yang berdasar pemikiran kita sendiri. Kita dapat mempersiapkan hati kita untuk menyambut kedatangan dengan cara yang sangat sederhana. Kita hanya perlu berdoa dan mengikuti bimbingan-Nya dalam hidup kita sehari-hari. Semakin kita menyederhanakan hati kita, semakin dekat pula kita ditarik kepada Yesus dan semakin mendalam pula Ia akan menyatakan diri-Nya kepada kita.

DOA: Bapa surgawi, selagi aku beristirahat di hadirat-Mu pada hari ini, semoga Roh Kudus menyatakan hati Yesus yang dina dan tulus seperti anak-anak kecil. Penuhilah diriku dengan suatu hasrat untuk menjadi semakin serupa dengan Yesus dan biarlah dalam masa Adven ini hasrat tersebut mengambil tempat pertama dan utama ketimbang hasrat-hasrat lainnya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Yes 11:1-10), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS KRISTUS SEBAGAI PEMENUHAN NUBUAT NABI YESAYA” (bacaan tanggal 29-11-22) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori 22-11 PERMENUNGAN ALKITABIAH NOVEMBER 2022.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2015)

Cilandak, 28 November 2022 [Pw S. Yakobus dr Marka, Imam]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

DIMULAI PADA PALUNGAN INI

DIMULAI PADA PALUNGAN INI

(Bacaan Kedua Misa Kudus, HARI MINGGU ADVEN I [Tahun A] – 27 November 2022)

Hal ini harus kamu lakukan, karena kamu mengetahui keadaan waktu sekarang, yaitu bahwa saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita daripada waktu kita menjadi percaya. Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang! Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan bermabuk-mabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus dan janganlah menurut tabiat yang bersifat daging untuk memuaskan keinginannya. (Rm 13:11-14)

Bacaan Pertama Yes 2:1-5; Mazmur Tanggapan: Mzm 122:1-9; Bacaan Injil: Mat 24:37-44

Dalam Kitab Suci dikatakan bahwa para gembala menjumpai  Maria dan Yusuf dan bayi Yesus sedang berbaring di dalam palungan (Luk 2:16). Kita seringkali melihat kandang Natal sudah mulai dibuat dengan indah sejak awal masa Adven ini; indah – seringkali dengan biaya yang tidak murah juga.

Namun demikian sejarah Gereja awal memberikan gambaran yang lain tentang tempat kelahiran Yesus. Misalnya sekitar tahun 160 M, S. Yustinus, Martir menulis bahwa, “Yusuf (bersama keluarganya) tinggal dalam sebuah gua karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.” Sekitar tahun 250 M., Origenes mengatakan bahwa banyak orang telah mengunjungi gua yang diperkirakan tempat Yesus dilahirkan dan dibaringkan dalam palungan. Kira-kira 150 tahun kemudian, Santo Hieronimus yang telah tinggal di Betlehem, memberi kesaksian tentang keberadaan gua itu sebagai sebuah tempat peziarahan.

Mengapa kita masih saja dibuat terpesona oleh pertanyaan di manakah Yesus sesungguhnya dilahirkan? Apakah karena sedikit sejarah kekristenan menolong kita untuk menghubungkan kebenaran-kebenaran teologis yang mendalam dengan realitas-realitas kehidupan sehari-hari kita sehari-hari? Barangkali!  Namun demikian, walaupun lokasi dari palungan sungguh menarik, lebih menarik adalah permenungan atas diri sang bayi itu sendiri, dia yang kita panggil sebagai Imanuel, Allah beserta kita.

Desakan Santo Paulus untuk mengenakan Tuhan Yesus Kristus (Rm 13:14) dimulai pada palungan ini. Hal ini dimulai selagi kita melakukan permenungan atas bayi yang dilahirkan di sebuah gua yang serba sederhana dan miskin. Hal ini dimulai ketika kita memeditasikan bayi yang memegang dunia dengan dua tangan-Nya. Hal itu juga dimulai selagi kita memeditasikan bayi Yesus dan melihat Dia sebagai sang Roti Kehidupan.

“Mengenakan Tuhan Yesus Kristus” berarti mengisi pikiran-pikiran kita dengan kebenaran-Nya dan mentaati perintah-perintah-Nya. Semakin penuh kita  mengenakan Kristus, maka semakin penuh pula kemampuan kita untuk bergabung dengan para malaikat pada hari Natal, menyanyikan puji-pujian bagi Dia yang begitu mengasihi dunia dan sudi turun dari surga, menjadi manusia untuk menyelamatkan kita.

Sebuah palungan adalah tempat makan hewan peliharaan. Dengan demikian, pada awal masa Adven ini, lihatlah palungan ini sebagai sebuah simbol dan pengingat: Yesus datang untuk memberi kita makan/minum tubuh dan darah-Nya sehingga “kita dapat mengenakan-Nya”.

Pada hari ini ketika kita menerima komuni ingatlah gua di mana bayi Yesus dilahirkakn. Bayangkan diri saudari/saudara ada di sana bersama-Nya. Lihatlah Dia mengangkat tangan-Nya yang kecil dan memberi hosti kudus kepada anda agar supaya saudari/saudara dapat  dipersatukan dengan Dia.         

Pada Masa Adven ini, marilah kita berupaya setiap hari untuk menyediakan waktu istimewa (artinya di samping waktu-waktu doa yang sudah kita tetapkan) selama 10-15 menit saja untuk berada bersama dengan Yesus Kristus dalam doa. Bacaan-bacaan Kitab Suci dalam Misa sepanjang Masa Adven berbicara mengenai kerinduan kita-manusia akan keselamatan dan – malah lebih-lebih lagi – kerinduan Allah untuk menyelamatkan kita-manusia. Perkenankanlah kata-kata dalam Kitab Suci (yang kita percaya sebagai sabda Allah) membenamkan diri dalam hati kita. Marilah juga kita mengundang Roh Kudus untuk menunjukkan dosa-dosa kita serta tindakan-tindakan konkret apa saja yang harus kita lakukan agar mampu mengatasi dosa-dosa itu. Setiap hari, lakukanlah tindakan kasih (tanpa pamrih, tentunya) kepada sesama di sekeliling kita, sebagai ‘tangan-tangan’ Kristus yang bekerja di tengah-tengah dunia. Dengan pertolongan Allah, semua ini akan membebaskan kita agar dapat lebih banyak lagi mengalami kasih Allah.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, kami ingin mendevosikan Masa Adven ini untuk persiapan kedatangan-Mu ke dalam dunia. Tolonglah kami agar dapat ‘terbenam’ dalam kasih-Mu melalui sakramen-sakramen-Mu, doa-doa, pembacaan serta permenungan Kitab Suci, dan laku-tobat kami. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu, bantulah kami untuk memandang secara mendalam palungan itu dan melihat setiap pengharapan dan impian dipenuhi dalam diri sang Bayi berbaring di sana. Biarlah kegelapan-kegelapan dosa-dosa kami dikalahkan secara mutlak oleh terang-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil pada hari ini, bacalah tulisan yang berjudul “ANAK MANUSIA AKAN KEMBALI DATANG MENGUNJUNGI KITA” (bacaan tanggal 27-11-22) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 22-11 PERMENUNGAN ALKITABIAH DESEMBER 2022.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 1-12-19 dalam situs/blog PAX ET BONUM)

Cilandak, 26 November 2022 [Peringatan S. Leonardus dr Porto Mauritio]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MENJADI SAHABAT-SAHABAT YESUS SEPANJANG MASA

MENJADI SAHABAT-SAHABAT YESUS SEPANJANG MASA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Keenam Dalam Oktaf Natal – Kamis, 30 Desember 2021)

Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya. Aku menulis kepada kamu, hai bapak-bapak, karena kamu telah mengenal Dia, yang ada sejak semula. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu telah mengalahkan yang jahat. Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapak-bapak, karena kamu mengenal Dia, yang ada sejak semula. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah tinggal di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat.

Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih kepada Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, tidak berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya. (1 Yoh 2:12-17)

Mazmur Tanggapan: Mzm 96:7-10; Bacaan Injil: Luk 2:36-40

Melihat adanya potensi perpecahan dalam Gerejanya, Yohanes menulis kepada para anggota jemaatnya, wanti-wanti agar mereka tetap erat dengan Tuhan dan antara satu dengan lainnya. Yohanes menyapa mereka dengan term-term yang biasa digunakan dalam lingkungan keluarga (“anak-anak”, “bapak-bapak”, “orang-orang muda”), Ia mendorong serta menyemangati mereka untuk mengingat apa yang telah dilakukan Yesus dalam hidup mereka. Allah telah mengampuni dosa-dosa mereka, menyatakan diri-Nya, dan mencurahkan kekuatan-Nya untuk mengalahkan kejahatan (si Jahat). Marilah sekarang kita melihat tiga berkat ini secara lebih dekat.

Pada intinya, “diampuni” berarti berdamai dengan Allah – dan hal ini adalah karunia yang diberikan oleh Yesus kepada kita dengan “biaya” berupa darah-Nya sendiri. Dalam Yesus, kita melihat kasih penuh pengorbanan dan belas kasih yang penuh sabar. Dalam salib-Nya, kita melihat jaminan atas keselamatan kita.

Yesus juga menawarkan kepada kita karunia pengenalan akan Allah yang meningkat. Mengenal Allah bukan berarti sekadar masalah fakta dan doktrin. Mengenal Allah menyangkut suatu relasi persahabatan yang intim/akrab dengan Dia. Yohanes berjanji bahwa selagi kita dengan tekun berupaya agar menjadi lebih dekat dengan Yesus dalam doa, kita akan mengalami kasih-Nya. Dan pengalaman itu akan meyakinkan kita bahwa Dia sungguh menginginkan kita untuk menjadi sahabat-sahabat-Nya sepanjang masa.

Allah juga memberikan kepada kita kekuatan dan kemenangan dalam pertempuran kita melawan dosa dan godaan. Hari demi hari, Iblis mencoba untuk membujuk-rayu kita dengan kebohongan dan dustanya. Namun jika kita berjalan dengan Yesus sehari-harinya, maka kita mulai mengenali taktik-taktik Iblis dan menjadi lebih kuat dalam melawan Dia dan berkata “tidak” terhadap dosa.

Yohanes mengingatkan para anggota jemaatnya bahwa ada dua pihak yang saling bertentangan yang ingin memiliki hati mereka. Namun pada saat yang sama, ia berbicara tentang bagaimana Yesus memanggil mereka untuk berjalan bersama-Nya di jalan kasih-Nya. Kita pun menghadapi pilihan serupa. Kita dapat mencoba untuk berjalan sendiri dan mengisolasikan diri kita, atau kita dapat berpegang pada kekuatan dan kesatuan serta persatuan yang ditawarkan Yesus dalam tubuh-Nya, yaitu Gereja. Apakah pilihan kita (anda dan saya)? Allah telah menganugerahkan kepada kita masing-masing suatu kehendak bebas.

Saudari dan Saudara yang terkasih, kasih Allah bersifat all-inclusive. Tidak ada seorang pun yang dilupakan dan ditinggalkan oleh-Nya. Kita semua adalah anak-anak-Nya, dan innocence kita telah dipulihkan melalui wafat Kristus di kayu salib. Kita akan menyadari hal ini hanya apabila kita tetap saling berhubungan sebagai saudari dan saudara dalam Kristus. Kemudian, sebagai para orangtua yang penuh tanggung jawab, kita akan menjadi terang bagi dunia, menyatakan kasih Allah kepada siapa saja yang berada di sekeliling kita.

DOA: Tuhan, persatukanlah semua umat-Mu – perempuan maupun laki-laki, yang muda maupun yang tua – dalam kesatuan dan persatuan iman dan kasih yang mengatasi setiap perpecahan dan prasangka. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 2:36-40), bacalah tulisan yang berjudul “ANAK ITU BERTAMBAH BESAR DAN MENJADI KUAT, PENUH HIKMAT, DAN KASIH KARUNIA ALLAH ADA PADA-NYA” (bacaan tanggal 30-12-21) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 21-12 PERMENUNGAN ALKITABIAH DESEMBER 2021.

(Tulisan ini bersumberkan tulisan saya pada tahun 2015)

Cilandak, 29 Desember 2021 [Peringatan Fakultatif S. Thomas Becket, Uskup Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ROH KUDUS ADA DI ATAS SIMEON

ROH KUDUS ADA DI ATAS SIMEON

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Kelima Dalam Oktaf Natal – Rabu, 29 Desember 2021)

Peringatan Fakultatif S. Thomas Becket, Uskup Martir

Lalu ketika tiba waktu penyucian menurut hukum Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan Roh Kudus ada di atasnya. Kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia Yang Diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orangtua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menggendong-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menyatakan kehendak-Mu bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”  (Luk 2:22-35)

Bacaan Pertama: 1Yoh 2:3-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-3,5-6

Simeon adalah “seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan Roh Kudus ada di atasnya” (Luk 2:25). Kelihatannya Simeon banyak meluangkan waktunya di Bait Allah dan tentunya sangat mencintai segala upacara keagamaan yang berlangsung di tempat itu, misalnya upacara persembahan kurban dlsb.

Namun kehidupan spiritual Simeon jauh melampaui batas-batas ritus keagamaan yang kasat mata. Kehadirannya di Bait Allah mengungkapkan rasa lapar dan dahaganya akan kehadiran Allah. Dapatkah anda membayangkan setiap pagi, ketika Simeon bangun dari tidur lalu berkata dalam doanya: “Inilah aku, Tuhan. Apakah yang Engkau ingin katakan kepadaku hari ini?” Justru karena kewaspadaan Simeon yang bersifat konsisten terhadap kehadiran Allah, maka mungkinlah bagi dirinya untuk mendengar arahan dari Roh Kudus untuk pergi ke Bait Allah. Lukas mencatatnya dengan sepotong kalimat singkat: “Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus”(Luk 2:27). Simeon sangat akrab dengan Kitab Suci, oleh karena itulah dia percaya bahwa Allah akan memenuhi janji-janji-Nya. Simeon menanti-nantikan kedatangan sang Mesias dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa dia tidak akan mati sebelum dirinya melihat Mesias (lihat Luk 2:26).

Sekarang marilah kita (anda dan saya) melihat diri kita sendiri. Sampai seberapa banyak kita sudah menyerupai Simeon? Andaikan Allah melihat dan memeriksa isi hati kita, apakah Dia melihat iman di dalam hati itu? Ketaatan? Penyerahan diri? Apakah Dia melihat diri kita lembut dan tanggap terhadap sentuhan Roh-Nya? Seandainya diri kita belum sampai di sana, maka janganlah merasa susah dulu (bahasa kerennya: Don’t worry!). Percayalah, bahwa sementara kita menyerahkan diri kita kepada Allah setiap hari, maka Dia akan membentuk diri kita masing-masing menjadi seorang pribadi seperti Simeon.

Agar dapat memusatkan perhatian kita pada sasaran ini, maka kita harus mengambil beberapa langkah praktis. Apabila kita berdoa, ingatlah bahwa kita masing-masing secara unik sangat berharga di hadapan Tuhan. Kita harus percaya pada kebenaran, bahwa Allah mempunyai rencana istimewa bagi hidup kita masing-masing. Pada waktu kita membaca Kitab Suci dan merenungkannya, baiklah kita menghaturkan permohonan dan mempunyai ekspektasi bahwa Allah akan menyatakan kesetiaan dan kuasa-Nya kepada kita. Pada saat-saat tertentu dalam kehidupan sehari-hari kita yang dipenuhi banyak kesibukan ini, kita dapat berhenti sejenak dan dengan kata-kata lembut atau dalam batin mengatakan kepada Tuhan, bahwa kita membutuhkan-Nya. Kita serahkan kepada-Nya segala rasa takut kita, maka Dia pun akan menempatkan rasa percaya dalam hati kita. Dalam keheningan kita mendengarkan bisikan-Nya: Tuhan ingin berbicara kepada kita sebagaimana Dia dahulu kala berbicara kepada Simeon.  Roh Kudus-Nya ingin mengajar kita masing-masing dan membimbing jalan kita, untuk membuang pola-dosa yang sudah melumut dalam diri kita, untuk sharing dengan orang lain tentang kasih Allah, atau membantu seseorang yang membutuhkan pertolongan.

Sekarang, masalahnya adalah apakah kita mau dibentuk oleh Roh Kudus? Apabila kita mendengar bisikan suara Roh Kudus, maukah kita mentaatinya? Ketika Simeon menunjukkan ketaatannya, dia pun melihat wajah Yesus. Kita pun seharusnya mempunyai ekspektasi yang paling sedikit sama dengan ekspektasi Simeon, karena Allah sesungguhnya ingin semua mata melihat keselamatan-Nya. Dengan demikian “Kidung Simeon” (Luk 2:29-32) yang kita daraskan/nyanyikan dalam Ibadat Penutup (Completorium) setiap malam akan sungguh bermakna.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku ingin memandang Engkau. Hanya dalam diri-Mu-lah aku menemukan damai-sejahtera dan sukacita yang sejati. Oleh terang-Mu bukalah mataku agar mampu memandang kemuliaan Bapa surgawi. Engkau adalah pengharapan segenap umat manusia! Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (1Yoh 2:3-11), bacalah tulisan yang berjudul “MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH KITA” (bacaan tanggal 29-12-21) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 21-12 PERMENUNGAN ALKITABIAH DESEMBER 2021.

(Tulisan ini bersumberkan pada sebuah tulisan saya di tahun 2011)

Cilandak, 28 Desember 2021 [Pesta Kanak-Kanak Suci – Martir]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS