YESUS-LAH BATU YANG DIBUANG DAN TELAH MENJADI BATU PENJURU
YESUS-LAH BATU YANG DIBUANG DAN TELAH MENJADI BATU PENJURU
(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan II Prapaskah – Jumat, 1 Maret 2024)
“Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan membuat pagar sekelilingnya. Ia menggali lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain lagi dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak daripada yang semula, tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Inilah ahli warisnya, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. Apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?” Kata mereka kepada-Nya, “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.” Kata Yesus kepada mereka, “Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari kamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.
Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya. Mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi. (Mat 21:33-43,45-46)
Bacaan Pertama: Kej 37:3-4,12-13,17-28; Mazmur Tanggapan: Mzm 105:16-21
“Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.” (Mzm 118:22)
Para pengkhotbah Kristiani di awal-awal sejarah Gereja kelihatannya suka menggunakan ayat mengenai batu yang dibuang dan telah menjadi batu penjuru ini. Dengarkanlah apa yang dikatakan Petrus (ditemani oleh Yohanes) yang penuh dengan Roh Kudus berbicara di hadapan Mahkamah Agama, a.l sebagai berikut: “Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan – yaitu kamu sendiri – namun ia telah menjadi batu penjuru” (Kis 4:11).
Sebagai “batu yang dibuang”, Yesus masuk ke dalam ikatan solidaritas dengan para korban yang tak bersalah di segala zaman. Perumpamaan tentang kebun anggur adalah cerita mengenai tindakan kekerasan yang kejam dan … berdarah, sampai menghilangkan nyawa orang! Orang-orang yang tidak bersalah dipukuli dan dianiaya oleh mereka yang berambisi buruk. Darah Yesus yang dicurahkan dari atas kayu salib menjadi bagian dari sejarah sekian banyak darah orang-orang tak bersalah dari abad ke abad. Di abad ke-20 saja diperkirakan ada sekitar 100 juta orang yang telah dibunuh dalam perang dunia, perang-perang lainnya, perang gerilya dan perang antara “geng” preman-preman, kamp konsentrasi, “gulag” di Uni Soviet, pembunuhan-pembunuhan tokoh-tokoh, terorisme dlsb.
Yesus masuk ke dalam kelompok orang-orang tak bersalah yang menderita sebagai tawanan-tawanan hati nurani, para pengungsi atau korban penindasan HAM. Dunia orang-orang tak bersalah juga mencakup orang-orang yang tidak mendapat bagian yang adil dalam hal distribusi sumber daya dunia, para korban kebijakan-kebijakan fiskal dan moneter dari pemerintah yang lebih mementingkan perlindungan terhadap diri para pengusaha dan orang kaya, juga para korban dari eksploitasi lingkungan hidup yang merusak udara, air dan lapisan ozone yang seyogianya melindungi penduduk bumi.
Setiap hari, banyak dari kita adalah korban-korban dari kesalahpahaman, ketidakhati-hatian, keserakahan. Mereka menderita karena ambisi, akal-akalan, ketamakan, ketidakpekaan dlsb. dari orang-orang lain.
Siapa saja mereka yang berada dalam posisi sebagai korban-korban tak bersalah, dapat memandang Yesus di kayu salib, dan Ia siap menyambut mereka dengan tangan terbuka lebar-lebar dan kemudian merangkul mereka: karena Dia adalah “batu yang dibuang”, sama seperti dengan semua orang yang ditolak/dibuang dan korban-korban tak bersalah lainnya.
Di atas kayu salib Yesus adalah suatu tanda bela rasa dan solidaritas. Dan, dalam kebangkitan-Nya Dia adalah suatu tanda pengharapan dan pemulihan nama baik-Nya. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan malah dipilih untuk berfungsi sebagai batu penjuru yang sangat vital dalam sebuah bangunan. “Hal itu terjadi dari pihak TUHAN (YHWH), suatu perbuatan ajaib di mata kita” (Mat 21:42; bdk. Mzm 118:23).
Yesus adalah suatu tanda untuk menunjukkan bahwa Allah berpihak pada para korban yang tak bersalah. Allah Bapa yang membangkitkan Yesus dari alam maut, akan membersihkan nama baik semua orang tak bersalah yang menderita karena ulah orang lain. Namun mereka harus menunggu dengan sabar sampai tiba waktu (Yunani: Kairos) Allah sendiri. Yesus yang bangkit dari antara orang mati, adalah tanda pengharapan dan pengakuan bahwa diri-Nya adalah Ilahi. Santo Petrus dalam suratnya yang pertama menasihati dan mengajak kita: “Datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi dipilih dan dihormati di hadirat Allah. Biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani” (1Ptr 2:4-5).
Guna mengakhiri permenungan kita kali ini, marilah kita mendengar dengan penuh rasa syukur bagian akhir dari “Sabda-sabda Bahagia” yang disabdakan Yesus: “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersuka cita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu” (Mat 5:11-12).
DOA: Bapa surgawi, kuat-kuasa-Mu seringkali terlihat justru di tengah-tengah kegagalan manusia. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan justru Kaujadikan batu penjuru yang sangat penting demi keselamatan umat manusia, dalam hal ini Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami. Dimuliakanlah nama-Mu, ya Allah kami, sekarang dan selama-lamanya. Amin.
Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Mat 21:33-43,45-46), bacalah tulisan yang berjudul “PERUMPAMAAN YESUS TENTANG PARA PENGGARAP KEBUN ANGGUR” (bacaan tanggal 21-3-14) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 14-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2014.
(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2014)
Cilandak, 29 Februari 2024
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS