MISI YESUS SEBAGAI SANG DOKTER ILAHI

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Prapaskah – Senin, 4 Maret 2024)

Pfak S. Kasimirus

Kata-Nya lagi, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Lagi pula, Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Pada zaman Nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang disembuhkan selain Naaman, orang Siria itu. Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangkit, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi. (Luk 4:24-30)

Bacaan Pertama: 2Raj 5:1-15; Mazmur Tanggapan: Mzm 42:2-3; 43:3-4

Yesus adalah ‘seorang’ dokter ilahi yang mengikuti model nabi-nabi Perjanjian Lama Elia dan Elisa. Yesus mengingatkan kita bahwa pada masa kekeringan dan kelaparan yang relatif lama (3 ½ tahun) Elia bukan diutus kepada banyak janda di Israel, melainkan kepada seorang janda di Sarfat, di tanah Sidon (non-Yahudi) (Luk 4:25-26; bdk. 1Raj 17:1, 8-16). Elisa diutus ke Israel sebagai seorang penyembuh dan dokter, namun hanya orang Siria-lah yang bernama Naaman yang disembuhkan olehnya (Luk 4:27; bdk. 2Raj 5:1-14).

Suatu kondisi dari hati manusia di bawah pengaruh dosa adalah menolak Allah dan karya-Nya.  Pada awal sejarah umat manusia, kuasa dosa dilepaskan ke dalam dunia. Umat manusia menjadi terluka secara mendalam disebabkan efek-efeknya karena dosa membuat kita cenderung untuk tidak taat kepada Allah dan menolak rencana Allah terkait dengan kehidupan kita masing-masing. Kita dapat menganalogikan dosa dengan penyakit kusta yang merajalela di Israel pada masa Elisa dan Elisa. Penyakit kusta merusak wajah dan bagian-bagian tubuh lainnya dari penderita,  demikian pula dampak dosa atas diri para pendosa. Dosa mendistorsi pemahaman seorang manusia tentang rencana Allah yang penuh kasih bagi dirinya. Allah mengutus Elia dan Elisa sebagai instrumen-instrumen penyembuhan-Nya. Namun bukannya diterima dengan penuh syukur oleh orang-orang yang ada, mereka malah dicurigai, tidak dipercaya dan ditolak.

Demikian pula yang terjadi dengan Yesus. Yesus adalah ‘seorang’ dokter ilahi dan pernyataan sempurna dari rencana Allah untuk menyembuhkan dan memulihkan umat manusia. Namun Ia juga ditolak, dibenci, dihina, ditangkap, diadili dalam sebuah pengadilan dagelan, disiksa, dan kemudian dihukum mati di atas kayu salib bersama dua orang penjahat lainnya. Allah mengutus Yesus ke tengah dunia untuk membawa penyembuhan atas diri kita, dan kita pun mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak Dia. Secara terus-menerus kita masing-masing pun dihadapkan dengan alternatif pilihan antara menerima atau menolak Yesus dalam kata-kata yang kita ucapkan maupun tindakan-tindakan kita. Namun ada satu hal yang tidak pernah boleh kita lupakan, yaitu bahwa Yesus ingin menyembuhkan kita dari cara-cara bagaimana dosa telah merusak relasi kita dengan diri-Nya dan sesama kita.

Jadi, pentinglah bagi kita masing-masing untuk memperkenankan Yesus menyembuhkan dan bekerja dalam kehidupan kita seturut cara apa saja yang dipilih-Nya sendiri. Kita harus mengesampingkan pandangan-pandangan kita sendiri bagaimana kiranya Yesus harus bekerja. Dengan rendah hati dan secara sederhana baiklah kita memperkenankan Yesus bekerja di dalam diri kita seturut cara yang dipilih-Nya. Layaknya seorang dokter ahli, Yesus mengetahui dengan tepat bagaimana memperlakukan kita. Karena Dia sangat mengetahui bagaimana dosa merampas martabat kita sebagai manusia dan anak-anak Allah, Yesus dapat begitu tajam dalam diagnosanya, namun senantiasa dengan penuh belarasa bagi kita semua.

DOA: Bapa surgawi, kami menyesali cara-cara bagaimana kami menolak karya Yesus di dalam diri kami. Oleh karena itu kami memutuskan untuk bertobat dan kembali kepada Engkau dan jalan-jalan-Mu, ya Allah yang Mahabaik dan Maharahim. Bapa, tolonglah kami agar supaya dapat memahami bahwa karena kasih-Mu kepada dunia, maka Putera-Mu Kauutus ke Tengah dunia untuk mencari dan menyelamatkan anak-anak-Mu yang hilang dan untuk menyembuhkan dan memulihkan ciptaan-Mu yang telah menjauh dari diri-Mu dan rencana-Mu yang penuh kasih. Tolonglah diri kami agar dapat menundukkan pikiran dan kehendak kami di bawah rencana penyembuhan-Mu untuk kehidupan kami masing-masing. Berikanlah rahmat-Mu dan karunia agar dapat mengasihi dan merangkul Engkau, ya Bapa. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 4:24-30), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS DITOLAK DI KAMPUNG HALAMAN-NYA SENDIRI” (bacaan tanggal 4-3-24) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori 24-03  PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2024.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2014)

Cilandak, 3 Maret 2024 [Hari Minggu Prapaskah III – Tahun B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS