Posts tagged ‘IMAN’

ENGKAU HARUS MENGAMPUNI DIA

ENGKAU HARUS MENGAMPUNI DIA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXXII – Senin, 13 November 2023)

OFM: Pfak S. Didakus dr Alkala, Biarawan

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Tidak mungkin tidak akan ada hal yang membuat orang berbuat dosa, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Lebih baik baginya jika sebuah batu giling diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, daripada menyebabkan salah satu dari orang-orang yang kecil ini berbuat dosa. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”

Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan, “Tambahkanlah iman kami!” Jawab Tuhan, “Sekiranya kamu mempunyai iman sekecil biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Tercabutlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.” (Luk 17:1-6)

Bacaan Pertama: Keb 1:1-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 139:1-10

Dalam Injil Matius, tercatat Petrus bertanya kepada Yesus berapa kali dia harus mengampuni seseorang yang berdosa terhadap dirinya: “Sampai tujuh kali?” (Mat 18:21), barangkali angka 7 (tujuh) bagi Petrus sudah merupakan angka kemurahan-hati yang luar biasa ……, artinya untuk ukuran Petrus. Yesus menjawab, “Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (Mat 18:22). Dengan mengikuti tradisi Yahudi, Petrus berpikir bahwa setelah seseorang berdosa terhadap dirinya sejumlah tertentu maka diperbolehkanlah bagi dirinya untuk tidak mengampuni. Di sini Yesus mengajarkan bahwa kita harus senantiasa mengampuni orang yang berdosa terhadap diri kita, berapa kali pun orang itu berdosa terhadap diri kita.

Hampir semua orang Kristiani mengetahui ajaran Yesus ini, dan kita ditantang untuk mengampuni orang lain yang berdosa terhadap diri kita karena inilah yang diperintahkan oleh Yesus. Namun, apakah realitasnya dalam kehidupan kita? Apakah kita sungguh mengampuni orang-orang lain “dari hati kita”? Atau apakah kita menolak untuk mengampuni orang-orang yang berulang kali menyakiti hati kita?

Dasar dari kemampuan kita untuk mengampuni orang-orang lain secara mendalam adalah pengampunan Allah atas diri kita. Kita dipanggil untuk mengampuni orang-orang lain yang melukai dan berdosa terhadap diri kita karena Allah sendiri telah mengampuni dosa-dosa kita terhadap-Nya. “Doa Bapa Kami” membuat jelas pokok ini. Apabila kita merenungkan kebesaran/keagungan dari pengampunan Allah dan belas kasih-Nya yang terbukti dalam kematian Yesus di kayu salib, maka kita pun tertantang untuk mengampuni orang-orang lain dari kedalaman hati kita dan dengan penuh sukacita mengikuti jejak Yesus.

Bagaimana kiranya kita dapat menjadi orang Kristiani yang penuh pengampunan? Pertama-tama, marilah kita memohon kepada Roh Kudus untuk membuat nyata bagi kita pengampunan penuh kasih yang telah kita terima dari Bapa surgawi. Baiklah kita juga menerima rahmat yang telah diberikan Allah kepada kita untuk mengampuni, karena pengampunan adalah karya Allah di dalam diri kita. Kemudian, dalam terang belas kasih Allah dan diberdayakan oleh rahmat-Nya, kita pun dapat mulai mengampuni orang-orang lain. Seringkali hal ini tidaklah mudah, dan kita mungkin perlu mengucapkan pengampunan kita kepada Allah dalam doa, atau bahkan kepada orang yang perlu kita ampuni. Akan tetapi ketika kita sungguh mengampuni seseorang dari hati, meka kita pun menerima kebebasan dan pembersihan, dan kita mampu untuk maju terus dalam kehidupan ini, bahkan membangun relasi cintakasih yang lebih kuat lagi.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku menyadari bahwa sukar bagiku untuk mengampuni orang yang berdosa terhadap diriku. Roh-Mu adalah Roh pengampunan sedangkan roh yang tidak mau mengampuni berasal dari si Jahat. Namun dengan kekuatanku sendiri, aku tidak akan mampu mengampuni orang-orang yang telah mendzolimi aku. Aku percaya bahwa Engkau telah menang atas kuasa Iblis. Taruhlah Roh-Mu yang kudus ke dalam hatiku agar aku dapat mengampuni. Terima kasih, ya Tuhan Yesus. Terpujilah nama-Mu selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 17:1-6), bacalah tulisan yang berjudul “SEKIRANYA KAMU MEMPUNYAI IMAN SEKECIL BIJI SESAWI SAJA” (bacaan tanggal 13-11-23) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori 23-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2023.

Cilandak, 12 November 2023 [HARI MINGGU BIASA XXXII – TAHUN A]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KARENA KAMU KURANG PERCAYA

KARENA KAMU KURANG PERCAYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVIII – Sabtu, 12 Agustus 2023)

Pfak S. Yohana Fransiska de Chantal, Biarawati

SCJ: Peringatan Wafat Pater Leo Yohanes Dehon, Pendiri Kongregasi

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seseorang mendapatkan Yesus dan menyembah, katanya, “Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.” Lalu kata Yesus, “Hai kamu orang-orang yang tidak percaya dan yang sesat, sampai kapan Aku harus tinggal di antara kamu? Sampai kapan Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!” Dengan keras Yesus menegur dia, lalu keluarlah setan itu dari dia dan anak itu pun sembuh seketika itu juga.

Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka, “Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?” Ia berkata kepada mereka, “Karena kamu kurang percaya. Sebab sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, – maka gunung ini akan pindah, dan tidak akan ada yang mustahil bagimu.” (Mat 17:14-20)

Bacaan Pertama: Ul 6:4-13; Mazmur Tanggapan: Mzm 18:2-4,47,51

Setiap orang Kristiani sebenarnya diutus untuk mewartakan Injil, dan seturut karunia-karunia yang dianugerahkan kepada mereka masing-masing juga membawa kesembuhan kepada orang-orang sakit serta melepaskan orang-orang yang berada di bawah pengaruh roh jahat. Kita juga harus menyadari bahwa kita masing-masing adalah Bait Roh Kudus dan dapat mempengaruhi masyarakat di mana kita berada. Bisa saja kita hanyalah “orang-orang biasa”, namun Petrus juga hanya orang biasa-biasa saja sebelum peristiwa Pentakosta Kristiani yang pertama. Bahkan pada hari Pentakosta Kristiani yang pertama itu dia belumlah “Santo Petrus yang agung” Dia hanyalah seorang (mantan) nelayan. Akan tetapi, setelah dia menerima Roh Kudus, Petrus pun mampu mempertobatkan tiga ribu orang sekaligus yang mendengarkan khotbahnya yang dipenuhi rahmat (Kis 2:41).

Ketika Yesus menegur para murid berkaitan dengan ketidakmampuan mereka untuk mengusir roh jahat yang merasuki anak laki-laki yang sakit ayan itu, lagi-lagi Yesus mengingatkan para murid akan ketiadaan iman mereka. Namun kemudian Ia membuat sebuah janji, yaitu janji yang akan membebaskan para murid dari rasa bersalah atau “minder” dan memberikan kepada mereka pengharapan: “Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana,  – maka gunung ini akan pindah, dan tidak akan ada yang mustahil bagimu” (Mat 17:20).

Janji ini tidak hanya berlaku untuk para murid Yesus yang pertama, melainkan juga bagi kita semua, para murid-Nya pada zaman sekarang. Terkadang kekhawatiran dan kegelisahan kita dapat memperlemah iman-kepercayaan kita. Pengharapan kita dapat menyusut cepat dan membuat kita merasa tak berdaya ketika menghadapi situasi yang sulit. Situasi-situasi menantang semakin banyak kita hadapi, namun kita merasa jauh dari Tuhan. Pada saat-saat seperti inilah kita harus tegak berdiri dan memegang janji Yesus yang tak tergoyahkan, yaitu bahwa tidak ada yang tidak mungkin apabila kita mempunyai iman sebesar biji sesawi saja.

Bagaimana kita memelihara dan mempertahankan iman kita, bahkan yang sekecil biji sesawi itu? Iman adalah karunia Allah, namun tetap menuntut tanggapan dari pihak kita. Kiranya tidak ada cara yang lebih efektif untuk membangun iman kita selain daripada datang ke hadapan hadirat-Nya dalam doa-doa kita.

Memang kedengarannya hal ini mengecilkan hati, malah menakutkan, namun sebenarnya tidak susah juga. Apa yang dapat kita lakukan adalah mencoba dengan sebaik-baiknya untuk membuang segala pelanturan atau distraksi yang mengganggu konsentrasi kita, dan kemudian kita memusatkan hati dan pikiran kita pada Yesus saja. Pandangan mata kita haruslah terus menatap pada cintakasih-Nya dan pada hasrat-Nya yang mendalam untuk memberikan kepada kita masing-masing segalanya yang kita butuhkan untuk menghayati hidup kekudusan. Yesus ingin sekali agar kita memiliki iman yang  lebih lagi, Dia bahkan lebih bergairah lagi untuk mencurahkan semua rahmat yang kita perlukan agar kita dapat bertumbuh dalam iman, dan Ia juga ingin sekali melihat iman kita itu bertumbuh dan bertumbuh terus – presis seperti biji sesawi kecil yang terus bertumbuh sehingga menjadi sebatang pohon sesawi.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, tolonglah aku untuk memusatkan pandangan mataku pada Engkau saja, bukan pada diriku sendiri. Berikanlah kepadaku suatu pemahaman yang segar perihal cintakasih-Mu bagiku. Penuhilah diriku dengan Roh-Mu agar dengan demikian akupun akan mampu berjalan dalam iman dan menjadi saksi-Mu bagi  masyarakat di sekelilingku dan dunia yang sungguh membutuhkan Engkau dan penyelamatan dari-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 17:14-20), bacalah tulisan yang berjudul “KETIADAAN IMAN-KEPERCAYAAN PARA MURID ADALAH MASALAHNYA” (bacaan tanggal 12-8-23) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 23-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2023.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2010)

Cilandak, 11 Agustus 2023 [Pw S. Klara dr Assisi, Perawan]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TETAPI ORANG-KU YANG BENAR AKAN HIDUP OLEH IMAN

TETAPI ORANG-KU YANG BENAR AKAN HIDUP OLEH IMAN  

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa III – Jumat, 27 Januari 2023)

Pfak S. Angela Merici, Perawan

OSU: Hari Raya S. Angela Merici, Pendiri Tarekat

Keluarga Besar Fransiskan: S. Angela Merici, Perawan (anggota OFS)

Tetapi ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak bertahan dalam perjuangan berat dan penderitaan, baik waktu kamu dijadikan tontonan dengan mengalami cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian. Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu bahwa kamu sendiri memiliki harta yang lebih baik dan lebih tetap. Sebab itu, janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. “Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang datang, akan tiba dan tidak akan menangguhkan kedatangan-Nya. Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya. [1]    Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan beroleh hidup. (Ibr 10:32-39)

[1] Ibr 10:37-38; lihat Hab 2:3-4

Mazmur Tanggapan: Mzm 37:3-6,23-24,39-40; Bacaan Injil: Mrk 4:26-34

“Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman.(Ibr 10:38)

Memang tidak mudahlah menjadi seorang Kristiani pada abad pertama. Umat Kristiani awal menderita cemoohan, olok-olok, penghinaan, bahkan juga tindakan kekerasan dari para tetangga dan pimpinan pemerintahan. Banyak dari mereka dijebloskan ke dalam penjara dan harta benda mereka pun dirampas. Akan tetapi, bahkan dalam berbagai macam situasi yang sangat menekan itu, mereka tokh menerima segala sesuatu yang menimpa diri mereka itu dengan penuh sukacita, karena mereka tahu bahwa mereka memiliki harta yang lebih baik dan lebih tetap (lihat Ibr 10:34).

Rasa percaya kepada janji-janji Allah memampukan umat Kristiani perdana itu untuk menanggung segala kesusahan dengan penuh sukacita. Ketika ‘Surat kepada Orang Ibrani’ ini ditulis, mereka yang menjadi tujuan surat ini sudah beberapa tahun lamanya percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka (artinya menjadi orang Kristiani). Sukacita dan penderitaan dalam kehidupan mereka terus berjalan, dan ketekunan mereka dalam pengharapan terus saja diuji. Dengan demikian, pentinglah bagi mereka untuk secara tetap kembali kepada pengetahuan yang tak tergoyahkan bahwa Allah itu mahasetia dengan janji-janji-Nya.

Pada abad ke-21 ini pun kita menghadapi sebuah tantangan yang serupa. Dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup kita pun digoda untuk mengalihkan pandangan kita dari Allah dan mencari-cari solusi di tempat lain. Pasutri yang tidak mempunyai anak, pengusaha yang bangkrut, orang yang baru di PHK-kan – daftar dari orang-orang yang tergoda untuk kehilangan pengharapan dalam Allah sangatlah panjang, dan pada akhirnya kita pun menemukan nama kita sendiri dalam daftar itu. Dunia, daging, dan Iblis berkonspirasi untuk membujuk kita agar berpandangan bahwa Allah itu jauh dan kita ditinggalkan oleh-Nya dengan hanya bermodalkan sumber-daya kita sendiri saja.

Saudari dan Saudaraku yang dikasihi Kristus, marilah kita menolak pandangan salah tentang Allah ini! Roh Kudus ingin mengajar kita bahwa Allah kita adalah ‘seorang’ Bapa yang sangat mengasihi. Apabila kita berdoa kepada-Nya dalam iman, kita pun dapat mengalami kehadiran-Nya dan mengenal serta mengalami realitas kasih-Nya dalam kehidupan kita. Allah ingin memperkuat iman-kepercayaan kita, untuk menjadi batu karang yang berfungsi sebagai tumpuan kehidupan kita. Dia memperkenankan berbagai pencobaan terjadi atas diri kita, agar supaya kita dapat belajar bagaimana menggantungkan diri sepenuhnya kepada-Nya. Dengan percaya kepada janji-janji Allah selagi kita menanggung penderitaan, maka kita belajar untuk mengasihi Dia secara sempurna, dalam persiapan untuk kehidupan kekal bersama-Nya.

DOA: Bapa surgawi, aku percaya segalanya yang telah Kaufirmankan melalui Yesus. Tolonglah aku untuk bertekun dalam pengharapan ini dan untuk tetap mengarahkan tatapan mataku kepada-Mu saja. Aku menaruh kepercayaanku kepada-Mu, ya Tuhan Allahku. Tunjukkanlah kepadaku kehendak-Mu bagi hidupku hari ini dan selamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Mrk 4:26-34), bacalah tulisan yang berjudul “PERUMPAMAAN YESUS TENTANG BIJI SESAWI/MUSTAR” (bacaan tanggal 27-1-23) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 23-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2023.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011)

Cilandak, 26 Januari 2023 [Pw S. Timotius dan Titus, Uskup]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TETAPI KATAKAN SAJA SEPATAH KATA, MAKA HAMBAKU ITU AKAN SEMBUH

TETAPI KATAKAN SAJA SEPATAH KATA, MAKA HAMBAKU ITU AKAN SEMBUH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIV – Senin, 12 September 2022)

Peringatan Fakultatif Nama SP Maria yang Tersuci

Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya. Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya, “Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang membangun rumah ibadat untuk kami.” Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya, “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakanlah saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” Mendengar perkataan itu, Yesus heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata, “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!” Setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, mereka dapati hamba itu telah sehat kembali. (Luk 7:1-10)

Bacaan Pertama: 1Kor 11:17-26; Mazmur Tanggapan: Mzm 40:7-10,17  

“Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakanlah saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” (Luk 7: 6-7)

Kata-kata indah yang diucapkan oleh perwira (centurion) ini banyak mengungkapkan pergolakan apa yang terjadi dalam batinnya. Hal ini tidak hanya banyak menunjukkan keadaan dirinya, melainkan juga menolong kita untuk memahami bagaimana mengalami kuat-kuasa penyembuhan dari Yesus dalam hidup kita dan kehidupan orang-orang lain yang kita kasihi.

Pokok pertama yang harus kita catat adalah bahwa sang perwira – seorang kafir di mata orang Yahudi dan seorang serdadu – menunjukkan penghargaan dan kekaguman terhadap orang Yahudi dengan membangun sebuah sinagoga untuk mereka beribadat. Walaupun dia bukanlah seorang Yahudi, perwira ini menghargai umat Yahudi sebagai kelompok orang yang istimewa di mata Allah. Bukannya tidak mungkin bahwa dia pun mendambakan suatu relasi yang lebih mendalam dengan Allah Israel.

Kedua, setelah mempelajari tentang Yesus, perwira ini langsung memberi tanggapan dengan mengirimkan pesan memohon kepada Yesus untuk datang dan menyembuhkan seorang hambanya yang dikasihinya. Sekali lagi, sang perwira memiliki keterbukaan yang besar – dan hasrat – untuk mengalami kuat-kuasa Allah yang senantiasa terbukti setiap kali Yesus berjumpa dengan orang-orang yang sakit atau menderita kesusahan hidup.

Ketiga, barangkali yang paling penting adalah bahwa kita dapat melihat hati sang perwira ketika dia mengatakan kepada Yesus lewat perantaraan sahabat-sahabatnya: “…aku tidak layak menerima tuan di dalam rumahku” (Luk 7:6). Pernyataan ini menunjukkan bahwa sang perwira adalah seorang pribadi yang sangat rendah hati, juga imannya dan rasa percayanya kepada Dia yang memang pantas: Yesus! Kerendahan hati sang perwira dan  rasa percayanya kepada Tuhan Yesus juga diungkapkan oleh tindakan-tindakannya. Ia tidak pernah muncul sendiri di depan Yesus, melainkan dua kali mengirim utusan-utusannya untuk bertemu dengan Dia, dengan penuh kepercayaan bahwa Yesus tidak hanya dapat menyembuhkan hambanya melainkan akan menyembuhkan hambanya itu juga. Jadi, dia sepenuhnya percaya akan kemampuan dan kemauan Yesus untuk menyembuhkan hambanya. Dengan sebuah hati sedemikian, maka kuat-kuasa penyembuhan dari Yesus akan mengalir dengan mudah.

Hasrat kita untuk menerima pertolongan dari Yesus bagi orang-orang yang kita kasihi maupun untuk diri kita sendiri, plus kerendahan hati kita, dan rasa percaya yang besar kepada-Nya dan kuat-kuasa Allah dalam diri-Nya, adalah kunci-kunci yang diperlukan agar kita dapat menerima kesembuhan yang Ia ingin berikan kepada kita. Hati sang perwira dan tindakan-tindakannya membawa kesembuhan ilahi bagi hambanya. Oleh karena itu, pada hari ini kita juga harus melakukan yang terbaik untuk mendapatkan sebuah hati seperti yang dimiliki sang perwira. Marilah kita mengambil langkah-langkah yang konkret dan berdiri dalam iman selagi kita menerima jamahan kesembuhan dari Yesus.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku sungguh tak pantas menerima cintakasih-Mu yang sedemikian besar. Namun, aku tahu bahwa Engkau pantas dan layak untuk cintakasihku. Dengan penuh kepercayaan dan dengan segala kerendahan hati, aku mohon agar Engkau sudi mencurahkan kuat-kuasa penyembuhan-Mu ke dalam hidupku. Aku percaya Engkau akan mendengarkan doaku ini, karena Engkau adalah Tuhan dan Juruselamatku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 7:1-10), bacalah tulisan yang berjudul “IMAN SEJATI SEORANG CENTURION” (bacaan tanggal 12-9-22) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 22-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2022.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2013)

Cilandak, 11 September 2021 [HARI MINGGU BIASA XXIV – TAHUN C]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TERPUJILAH ALLAHNYA SADRAKH, MESAKH DAN ABEDNEGO

TERPUJILAH ALLAHNYA SADRAKH, MESAKH DAN ABEDNEGO

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Prapaskah – Rabu, 6 April 2022)

Berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: “Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?” Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”

Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa. Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu.

Kemudian terkejutlah raja Nebukadnezar lalu bangun dengan segera; berkatalah ia kepada para menterinya: “Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?” Jawab mereka kepada raja: “Benar, ya raja! Katanya: “Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat rupanya seperti anak dewa!”

Berkatalah Nebukadnezar: “Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah manapun kecuali Allah mereka. (Dan 3:14-20,24-25,28)

Mazmur Tanggapan: Dan 3:52-56; Bacaan Injil: Yoh 8:31-42

Dalam Kitab Daniel, kita membaca kisah tiga orang muda yang diikat dan dimasukkan ke dalam perapian akan dilumat habis oleh kobaran api dalam perapian itu. Namun, di dalam perapian itu mereka berjalan-jalan dengan bebas sambil mengangkat tangan mereka memuji-muji Allah. Bagaimana reaksi anda seandainya kasus sama atau serupa menimpa diri anda? Akankah anda berperilaku seperti ketiga orang muda itu, yang percaya sepenuhnya kepada perlindungan Allah? Percayakah anda bahwa tidak ada sesuatupun dalam segenap ciptaan yang dapat merusak rencana Allah Bapa bagi umat yang dikasihi-Nya?

Kadang-kadang Allah memperkenankan kita untuk mengalami berbagai pencobaan agar Ia dapat mencapai tujuan-Nya dalam diri kita. Dia kadang-kadang menggunakan “api” sedemikian untuk membebaskan kita dari ikatan yang membelenggu kita. “Api” ini dapat datang dalam banyak cara dan dari banyak sumber yang berbeda-beda. Misalnya, ada orang-orang yang yang memiliki sifat eksplosif atau ketiadaan bela rasa bagi sesama, dan hal itu menyeretnya ke dalam kesulitan. Ada orang-orang lain, seperti ketiga orang muda dalam bacaan hari ini, ditempatkan dalam kesulitan-kesulitan bukan karena kesalahan mereka sendiri, melainkan karena iman mereka dalam Kristus dan komitmen mereka pada Injil-Nya.

Apapun sumbernya, pencobaan-pencobaan mempunyai suatu cara untuk menyingkap kelemahan-kelemahan kita dan menggiring kita kepada Tuhan untuk memperoleh kesembuhan dan kekuatan. Oleh sifatnya yang hakiki, pencobaan-pencobaan membuat kita merasakan kebutuhan akan pertolongan dari Tuhan. Pencobaan-pencobaan menggiring kita kepada suatu persatuan yang lebih mendalam dengan Allah, selagi kita memperkenankan kehidupan lama kita disalibkan dengan Kristus secara lebih mendalam lagi. Pencobaan-pencobaan yang berapi-api itu dapat berjalan jauh dalam mentransformasikan “teologi” kita ke dalam pengalaman praktis.

Menurut Kitab Suci, Shadrakh, Mesakh dan Abednego keluar dari perapian dengan tubuh yang tidak mempan oleh api, rambut mereka pun tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau bakaran pun tidak ada pada mereka (lihat Dan 3:27). Pernahkah kita bertemu dengan orang-orang yang mengalami serentetan penderitaan tanpa henti (layaknya doa litani), namun tetap saja memancarkan sukacita dan penuh semangat untuk hidup? Seringkali mereka berbicara mengenai betapa baik dan setia Allah kepada mereka, bahkan bagaimana penderitaan-penderitaan mereka telah menghasilkan buah – yang tak diharap-harapkan sebelumnya – dalam kehidupan mereka. Orang-orang seperti itu memberi kesaksian atas janji Allah yang mengatakan kalau kita mendekat kepada Dia dalam pencobaan yang berapi-api, maka kehadiran-Nya di dalam diri kita akan mentransformasikan hati kita dan bercahaya melalui kehidupan kita. Kehadiran Allah memiliki kuat-kuasa untuk mengusir segala akar kepahitan, merasa kasihan pada diri sendiri (self-pity), dan ketiadaan pengharapan – semua bau asap yang begitu mudah melekat pada diri kita.

DOA: Bapa surgawi, aku memuji Engkau untuk kasih-Mu yang setia dan berbelas kasih. Aku menyerahkan segalanya yang sulit dalam kehidupanku. Bebaskanlah aku dari belenggu yang mengikat diriku, yang menghalangi kehidupan-Mu dalam diriku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh  8:31-42), bacalah tulisan yang berjudul “KESERUPAAN DENGAN ALLAH, BAPA KITA” (bacaan tanggal  6-4-22) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 22-04 PERMENUNGAN ALKITABIAH APRIL 2022.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2012)

Cilandak, 5 April 2022 [Peringatan Fakultatif S. Vincensius Ferrer, Imam]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MEMAKNAI IMAN DAN DOA

MEMAKNAI IMAN DAN DOA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VII – Senin, 21 Februari 2022

Peringatan Fakultatif S. Petrus Damiani, Uskup Pujangga Gereja

KSFL [Kongregasi Suster Fransiskanes S. Lusia]:  Hari Raya Kemandirian Kongregasi di Indonesia

OFMCap Provinsi Sibolga: Peringatan Hari Jadi Provinsi

Ketika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang bersoal jawab dengan mereka. Pada saat orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia. Lalu Yesus bertanya kepada mereka, “Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?” Jawab seorang dari orang banyak itu, “Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya berkertak dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Hai kamu orang-orang yang tidak percaya, sampai kapan Aku harus tinggal di antara kamu? Sampai kapan aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!”

Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, ia segera mengguncang-guncangkan anak itu, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. Lalu Yesus bertanya kepada kepada ayah anak itu, “Sudah berapa lama ia mengalami ini?” Jawabnya, “Sejak masa kecilnya. Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api untuk membinasakannya. Tetapi jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” Jawab Yesus, “Katamu: Jika Engkau dapat? Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya!” Segera ayah anak itu berteriak, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegur roh jahat itu dengan keras, “Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah daripada anak ini dan jangan merasukinya lagi!” Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan mengguncang-guncang anak itu dengan hebat. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata, “Ia sudah mati.” Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia berdiri.

Ketika Yesus masuk ke rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka kepada-Nya, “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?” Jawab-Nya kepada mereka, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa.” (Mrk 9:14-29)

Bacaan Pertama: Yak 3:13-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 19:8-10,15

Begitu turun dari gunung bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes, Yesus menghadapi kegagalan murid-murid-Nya yang lain dalam melakukan pelepasan (deliverance) atas diri seorang anak yang sudah lama dirasuki roh jahat. Setelah meratapi ketiadaan iman mereka, Yesus mengusir roh jahat itu, lalu mengatakan kepada para murid-Nya ketika sendirian dengan Dia, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa” (Mrk 9:29). Jelas di sini, bahwa iman dan doa merupakan dua hal vital agar dapat melihat Allah bekerja dengan penuh kuat-kuasa.

Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengajarkan sebagai berikut: “Ini merupakan kekuatan doa, karena ‘tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya’ (Mrk 9:23) dan ‘tidak bimbang’ (Mat 21:21) dalam iman ini. Yesus bersedih hati karena ‘ketidakpercayaan’ (Mrk 6:6) sanak keluarga dan ‘orang yang kurang percaya’ di antara murid-murid-Nya (Mat 8:26), dan Ia amat kagum akan ‘iman besar’ dari perwira Roma (Mat 8:10) dan wanita Kanaan (bdk. Mat 15:28)” (KGK, 2610).

Apa yang dimaksudkan dengan iman? Sebagaimana seekor burung yang merasakan kedatangan cahaya matahari dan kemudian bernyanyi untuk menyapa terbitnya matahari sementara keadaan masih gelap, maka iman adalah suatu kepercayaan akan Allah yang mengetahui bahwa kita akan melihat hasil-hasilnya, walaupun dalam keadaan yang kelihatannya tidak memberikan harapan. Sekarang, apa yang dimaksudkan dengan doa? Doa dapat dikatakan sebagai suatu keterbukaan dan tanggapan penuh kepercayaan terhadap kehadiran dan kehendak Allah, dalam kerendahan hati.

Apabila kita ingin mengalami kemerdekaan sejati dalam kehidupan kita, atau ingin melihat seorang sahabat atau anggota keluarga kita disembuhkan dan dibuat menjadi utuh, maka kita harus percaya dengan sepenuh hati kita dan berdoa sekuat tenaga kita. Yesus telah datang untuk membebas-merdekakan segenap umat-Nya.

Yesus tidak suka melihat penderitaan kita. Kita harus percaya bahwa Dia ingin menyembuhkan dan membebaskan kita. Dia mau membebaskan kita dari segala keterikatan pada dosa. Kita juga tidak pernah boleh mengabaikan doa, bahkan sampai akhir hayat kita. Kita harus tetap konsisten dan mencoba terus. Kita harus percaya, bahwa sementara kita menyerahkan situasi-situasi yang kita hadapi kepada Yesus Kristus, maka Dia akan bertindak seturut hikmat dan kuasa-Nya.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau telah menyelamatkan dan membebaskan aku dari dosa. Engkau tahu situasi yang sedang kuhadapi. Perkenankanlah aku melihat karya-Mu yang penuh kuasa pada hari ini. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Mrk 9:14-29), bacalah tulisan yang berjudul “AKU PERCAYA” (bacaan tanggal 21-2-22) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; katgori: 22-02 PERMENUNGAN ALKITABIAH FEBRUARI 2022.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011)

Cilandak, 20 Februari 2022 [HARI MINGGU BIASA VII – TAHUN C]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PENYEMBUHAN PEREMPUAN YANG SAKIT PENDARAHAN DAN PEMBANGKITAN PUTERI YAIRUS

PENYEMBUHAN PEREMPUAN YANG SAKIT PENDARAHAN DAN PEMBANGKITAN PUTERI YAIRUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa IV – Selasa, 1 Februari 2022)

Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sementara Ia berada di tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, sujudlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya, “Anak perempuanku sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.

Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menyentuh jubah-Nya. Sebab katanya, “Asal kusentuh saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Seketika itu juga berhentilah berhentilah pendarahannya dan ia merasa bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada saat itu juga Yesus mengetahui bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berbalik di tengah orang banyak dan bertanya, “Siapa yang menyentuh jubah-Ku?” Murid-murid-Nya menjawab: “Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menyentuh Aku?” Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan sujud di depan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang terjadi. Lalu kata-Nya kepada perempuan itu, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan damai dan tetaplah sembuh dari penyakitmu!”

Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata, “Anakmu sudah meninggal, untuk apa engkau masih menyusahkan Guru?” Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat, “Jangan takut, percaya saja!” Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah masuk Ia berkata kepada orang-orang itu, “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Tetapi mereka menertawakan Dia.

Semua orang itu disuruh-Nya keluar, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu serta mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya, “Talita kum,” yang berarti, “Hai anak perempuan, aku berkata kepadamu, bangunlah!” Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan. (Mrk 5:21-43)

Bacaan Pertama: 2Sam 18:9-10,14b,24-25a,30 – 19:3; Mazmur Tanggapan: Mzm 86:1-6

Bacaan Injil hari ini memuat dua peristiwa: [1] mukjizat pembangkitan anak perempuan Yairus yang sudah mati (Mrk 5:21-24,35-43) dan [2] penyembuhan seorang perempuan yang sakit pendarahan Mrk 5:25-34). Jadi, peristiwa penyembuhan seorang perempuan yang sakit pendarahan itu disisipkan di antara permohonan Yairus dan berita tentang kematian anaknya.[FI1] 

Yairus adalah seorang yang terhormat dalam jemaat karena dia adalah seorang kepala rumah ibadat, namun dia tidak malu untuk untuk datang kepada Yesus di tengah kerumunan orang banyak dan langsung sujud menyembah-Nya seraya memohon agar Yesus datang ke rumahnya guna menyembuhkan anaknya yang sedang menderita sakit hampir meninggal dunia.

Yesus mau segera berangkat  ke rumah Yairus, namun tidak dapat karena ada kerumunan orang banyak dan di antara mereka ada seorang perempuan yang sudah 12 tahun menderita pendarahan yang juga ingin disembuhkan oleh Yesus. Hal ini membawa dampak buruk bagi Yairus. Puterinya meninggal dunia sebelum Yesus datang  menolong. Sebagai ayah, Yairus pasti sangat terpukul mendengar berita kematian puterinya itu, apalagi orang dari keluarga Yairus yang membawa berita memintanya supaya tidak merepotkan Yesus lagi dengan membawa-Nya ke rumah. Ini adalah indikasi bahwa mereka tidak percaya bahwa Yesus dapat membangkitkan orang yang sudah mati.

Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada Yairus: “Jangan takut, percaya saja!” (Mrk 5:36). Yesus melarang orang banyak agar tidak mengikuti Dia. Dia pergi ke rumah Yairus hanya bersama tiga orang murid lingkaran dalam-Nya, yaitu Petrus, Yakobus dank Yohanes. Mereka tiba di rumah Yairus, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah masuk Yesus berkata kepada mereka, “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” (Mrk 5:39). Apa reaksi orang-orang itu? Injil hanya mencatat singkat: Tetapi mereka menertawakan Dia (Mrk 5:40).

Biar bagaimanapun juga sekarang Yairus menyaksikan apa yang belum pernah didengar dan dilihat sebelumnya. Hanya dia dan istrinya serta ketiga murid tersebut di atas yang diperbolehkan masuk kamar anak itu. Hanya dengan memegang tangan anaknya saja (bdk. Mrk 1:31) dan dengan perintah singkat saja Yesus membangkitkan puteri Yairus yang sudah mati itu: “Talita kum”, yang berarti, “Hai anak perempuan, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” (Mrk 5:41). Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri Dn berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub (Mrk 5:43). Siapa yang tidak merasa takjub menyaksikan hal yang luar biasa seperti ini? Seperti biasanya Yesus melarang mereka supaya jangan memberitahukan hal itu kepada orang lain. Kiranya Yairus dan istrinya sampai lupa memberi anak itu makan, sehingga Yesuslah yang menyuruh mereka memberi anak itu makan. Puteri Yairus itu benar-benar telah hidup kembali.  Dia dapat makaI.

Tuhan Yesus pada bacaan Injil hari ini berpesan kepada Yairus agar supaya jangan takut dan tetap percaya. Apabila kita bertahan percaya, Tuhan Yesus pasti akan mengerjakan hal-hal yang tak terduga yang membuat kita terperanjat. Dia akan membuat hidup kembali aebagaimana Dia telah menghidupkan kembali puteri Yairus. Orang yang  menyerahkan dirinya kepada-Nya tidak akan mengalami kematian karena Dia adalah Tuhan Kehidupan. Barang siapa bertahan dalam iman-kepercayaan akan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dia akan hidup. Allah melakukan semuanya secara tersembunyi!

Lain halnya dengan perempuan yang telah menderita pendarahan selama 12 tahun itu. Dia sudah banyak menderita lahir-batin. Dia hanya orang lemah di tengah kerumunan orang banyak yang berdesak-desakan. Namun demikian, dia tidak kehilangan akal. Iman menemukan akal. Sebagai orang lemah dia hanya ingin menyentuh jumbai jubah Yesus. Bagi dia itu sudah cukup! Dia benar-benar yakin bahwa setuhan kecil itu pasti sudah cukup untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Semuanya terjadi tepat seperti apa yang dia imani. Memang dia harus melewati saat-saat yang mendebarkan karena Yesus ingin tahu betul siapa yang telah menyentuh dia. Penyembuhan itu terjadi karena ada suatu kekuatan yang keluar dari diri-Nya.

Bacaan Injil menceritakan bahwa perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengtahui apa yang  telah terjadi atas dirinya, tampil dan sujud di depan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang terjadi. Yesus berkata kepada perempuan itu: “Hai, anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan damai dan tetaplah sembuh dari penyakitmu!” (Mrk 5:34). Orang yang percaya tidak kehilangan akal. Itulah yang kita lihat pada perempuan yang menderita sakit pendarahan itu.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, berbicaralah kepada hatiku pada hari ini. Berikanlah kepadaku telinga untuk mendengar Engkau dan mengenali arahan dari-Mu. Tolonglah aku agar mampu bertumbuh dalam iman yang aktif, penuh keyakinan, dan berani mengambil risiko. Aku menaruh kepercayaan pada kebaikan dan belas kasih-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 5:21-43), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS TIDAK AKAN MEMBIARKAN SIAPA SAJA YANG DATANG KEPADA-NYA PULANG DENGAN TANGAN KOSONG” (bacaan tanggal 1-2-22), dalam situs/blog PAX ET  BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 22-02 PERMENUNGAN ALKITABIAH FEBRUARI 2022.

Cilandak, 31 Januari 2022 [Peringatan Wajib S. Yohanes Bosco, Imam]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS


 [FI1]

ALLAH INGIN MEMBERIKAN KEPADA KITA SUATU IMAN YANG HIDUP

ALLAH INGIN MEMBERIKAN KEPADA KITA SUATU IMAN YANG HIDUP

(Bacaan  Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXVIII – Sabtu, 16 Oktober 2021)

Peringatan Fakultatif S. Hedwig, Biarawati

Peringatan Fakultatif S. Margarita Maria Alacoque, Perawan

SCJ: Peringatan Wajib S. Margarita Maria Alacoque, Perawan

Sebab janji kepada Abraham dan keturunannya bahwa ia akan memiliki dunia, tidak berdasarkan hukum Taurat tetapi berdasarkan pembenaran melalui iman.

Karena itu, janji tersebut berdasarkan iman supaya sesuai dengan anugerah, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapak kita semua, – seperti ada tertulis: “Engkau telah Kutetapkan menjadi bapak banyak bangsa” – di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada. Sebab sekali pun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya bahwa ia akan menjadi bapak banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan, “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” (Rm 4:13,16-18) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 105:6-9, 42-43; Bacaan Injil: Luk 12:8-12

Pusat ajaran Santo Paulus dalam bagian surat ini adalah perbedaan antara janji-janji Allah dan hukum-hukum-Nya. Allah menjanjikan kepada Abraham bahwa apabila dia percaya, maka turunannya akan menjadi sebuah bangsa besar, yang pada akhirnya menjadi berkat bagi seluruh dunia (Kej 12:2-3). Kepada Musa, Allah memberikan hukum-Nya – jalan di dalam mana Dia memanggil umat-Nya untuk bertindak-tanduk dan membawa diri mereka dalam kehidupan ini. Di sini Paulus mengemukakan perbedaan hakiki antara iman dan hukum-hukum Allah, atau antara apa yang kita percayai dan apa yang kita lakukan.

Orang-orang Yahudi bergumul dengan pertanyaan bagaimana mereka dapat masuk ke dalam suatu hubungan yang benar dengan Allah dan mewariskan janji-janji-Nya. Bagi sebagian orang Yahudi, jawaban atas pertanyaan tersebut adalah kepatuhan yang ketat pada hukum Musa, teristimewa hukum-hukum rituale yang menyangkut penyunatan, batasan-batasan soal makanan, dan persembahan-persembahan kurban. Masalahnya adalah, apabila keselamatan tergantung pada upaya orang untuk menepati semua hukum dan ritus yang diwajibkan, maka semua ini adalah merupakan hal yang tidak mungkin dapat dicapai. Paulus mengemukakan, bahwa sementara kita semua diperintahkan untuk mentaati hukum Allah, tidak seorang pun dapat memenuhi semua perintah itu dengan cukup baik untuk memperoleh keselamatan.

Bagaimana kita mewariskan janji Allah? Paulus menanggapi pertanyaan ini seperti berikut: “Janji tersebut berdasarkan iman supaya sesuai dengan anugerah, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham” (Rm 4:16). Karena Allah adalah ‘seorang’ Bapa yang sangat mengasihi, Dia memberikan kepada kita pengharapan akan kebahagiaan tanpa akhir dan persatuan dengan-Nya, suatu pengharapan yang kita peroleh karena iman. Allah ingin memberikan kepada kita suatu iman yang hidup, suatu iman yang diberdayakan oleh Roh Kudus yang dapat mengangkat kita sampai ke tataran yang melampaui urusan-urusan duniawi, dan mempersatukan kita dengan Yesus.

Kalau begitu, bagaimana seharusnya iman kita terlihat oleh orang-orang lain? Sebagaimana ditunjukkan oleh kehidupan Abraham, iman kita harus melampaui intelek agar mampu mencakup setiap bagian kehidupan kita – pilihan-pilihan yang kita buat, afeksi-afeksi hati kita, hal-hal yang kita harap-harapkan. Kita semua yang telah dibaptis dalam nama Yesus, sesungguhnya telah dibaptis ke dalam iman Abraham – iman satu-satunya yang dapat membuat kita benar di hadapan Allah. Oleh karena itu baiklah kita dengan teguh berpegang pada iman itu dan memperkenankan kasih Allah Bapa yang memiliki daya-transformasi itu supaya meningkat dalam hati kita masing-masing.

DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau telah menyatakan kasih-Mu melalui Yesus Kristus. Aku percaya bahwa Roh Kudus-Mu akan terus membimbing hidupku. Tingkatkanlah imanku sehingga aku dapat menikmati kegembiraan dan sukacita kehidupan kekal di hadapan hadirat-Mu. Amin.

Catatan: Untuk melihat uraian tentang bacaan Injil hari ini (Luk 12:8-12), bacalah tulisan yang berjudul “SEDIKIT PEMBAHASAN MENGENAI ROH KUDUS DAN PERAN-NYA DALAM KEHIDUPAN IMAN KITA” (bacaan untuk tanggal 16-10-21) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 21-10 PERMENUNGAN ALKITABIAH OKTOBER 2021.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011)

Cilandak, 15 September 2021 [Peringatan Wajib S. Teresia dr Yesus, Perawan Pujangga Gereja]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KITA HARUS SENANTIASA PERCAYA KEPADA-NYA

 KITA HARUS SENANTIASA PERCAYA KEPADA-NYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XIX [TAHUN A], 9 Agustus 2020)

Sesudah itu Yesus segera mendesak murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Menjelang malam, Ia sendirian di situ. Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru, “Itu hantu!”, lalu berteriak-teriak karena takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka, “Tenanglah! Inilah Aku, jangan takut!” Lalu Petrus berkata kepada-Nya, “Tuhan, apabila engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Kata Yesus datanglah!” Lalu Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak, “Tuhan, tolonglah aku!” Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata, “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Lalu mereka naik ke perahu dan angin pun reda. Orang-orang yang ada  di perahu menyembah Dia, katanya, “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.” (Mat 14:22-33) 

Bacaan Pertama: 1Raj 19:9a,11-13a; Mazmur Tanggapan: Mzm 85:9ab-10,13-14; Bacaan Kedua: Rm 9:1-5

Dalam bacaan Injil hari ini kita mempunyai dua mukjizat yang dikerjakan oleh Yesus: Ia berjalan di atas air dan Ia juga menenangkan angin sakal yang sedang berkecamuk. Iman dan rasa percaya Petrus kepada Yesus lebih besar ketimbang iman dan rasa percaya rasul-rasul yang lain, namun belum lengkap dan bukan tidak perlu dipertanyakan lagi.

Yesus telah berkarya hari itu di pantai timur dari Danau Genesaret. Ketika malam hari tiba Dia mengatakan kepada para murid-Nya untuk pulang dengan perahu pantai sebelah barat. Yesus sendiri melewatkan sebagian besar waktu malam itu dengan berdoa dalam keheningan tanpa ditemani siapapun. Di lain pihak para murid masih terombang-ambing oleh gelombang besar karena angin sakal dan sampai jam 3 malam/dini hari mereka masih belum dapat mencapai pantai sebelah barat yang menjadi tujuan mereka.

Tiba-tiba Yesus mendekati perahu mereka dengan berjalan di atas air. Para murid pun merasa kaget dan takut karena berpikir bahwa Dia itu hantu. Yesus mengatakan kepada mereka untuk tidak merasa takut, dan diri-Nyalah yang mereka sangka hantu. Namun iman Petrus melemah ketika dia melihat gelombang air yang besar sedang mendekat Petrus merasa  takut dan mulai tenggelam, lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!” (Mat 14:30). Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata, “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Lalu mereka naik ke perahu dan angin sakal pun reda. Orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia dan berkata: “Sesungguhnya Engkau Anak Allah” (Mat 14:31-33). Itulah kurang lebih ceritanya.

Di samping mau berdoa sendiri dalam keheningan, kiranya ada alasan lain mengapa Yesus menyuruh para murid untuk pergi ke pantai sebelah barat dengan berperahu, yaitu untuk menguatkan iman mereka dan rasa percaya mereka kepada diri-Nya. Yesus tahu bahwa para murid dalam perahu akan mengalami bahaya karena akan ada angin sakal yang tidak main-main dahsyatnya. Yesus berniat untuk mengunjungi para murid di perahu pada saat yang tepat, dan melakukan  dua mukjizat sekaligus, yaitu berjalan di atas air dan meredakan badai/angin sakal.

Semua ini dilakukan oleh Yesus dan hasilnya adalah seperti yang Ia maksudkan – iman para murid kepada-Nya sungguh telah diperkuat. Mereka meyembah-Nya sambil mendeklarasikan-Nya sebagai Anak Allah (Mat 14:33). Petrus yang sudah diakui sebagai  pemimpin para murid, dan menjadi yang paling berani di antara mereka, menunjukkan dirinya siap tenggelam agar dapat membuktikan rasa percaya dan keyakinannya pada Yesus. Selama ada rasa percaya kepada Yesus, semua aman-aman saja. Akan tetapi ketika imannya melemah, maka dia tenggelam, kalau saja Yesus tidak menolongnya. Ini juga merupakan pelajaran penting dalam proses pendidikan Petrus dan para murid lainnya.

Bagi kita juga, peristiwa ini juga merupakan pelajaran yang perlu, yaitu kita harus senantiasa percaya kepada Yesus dan Bapa surgawi yang sangat mengasihi kita semua, walaupun pada saat Allah kelihatannya telah meninggalkan kita. Kebanyakan masalah dan pencobaan dalam kehidupan kita adalah disebabkan oleh ketidakadilan dan ketiadaan kasih dari sesama kita. Selebihnya dapat disebabkan kekurangan-kekurangan dan dosa-dosa kita, atau berbagai kelemahan dalam diri kita secara mental maupun fisik. Akan tetapi Allah telah melihat di muka semua hal negatif ini dan Ia dapat mencegah semua ini.

Allah membiarkan hal-hal ini terjadi karena semua ini dapat dan harus menjadi alat untuk mendidik kita dalam pengetahuan tentang makna sebenarnya dari kehidupan itu sendiri dan supaya kita “ditarik” lebih dekat kepada-Nya.

Yesus telah melihat sebelumnya bahwa akan terjadi angin sakal dan bahaya yang mengancam para murid apabila Dia menyuruh mereka pergi ke pantai sebelah barat dengan berperahu. Namun ujian dan bahaya yang mereka harus hadapi adalah untuk kebaikan mereka sendiri, karena mereka belajar untuk menyadari bahwa Dia datang dari Allah, Anak Allah, artinya Allah sendiri. Maka para murid dapat selalu percaya kepada-Nya.

Bagi orang Kristiani suam-suam kuku yang memberontak terhadap Allah karena penderitaannya di dunia, sebaliknyalah yang akan terjadi. Dia tidak mampu melihat tujuan dan nilai dari penderitaan karena dia tidak pernah secara serius merenungkan atau mencoba memahami maka sesungguhnya dari kehidupan ini dan rencana penuh kasih dari Allah bagi dirinya.

DOA: Tuhan Yesus, aku percaya bahwa Engkau ada bersamaku dan selalu memperhatikan dan menjaga diriku. Tingkatkanlah iman-kepercayaanku kepada-Mu. Berikanlah keberanian kepadaku untuk mengambil langkah dalam iman, karena mengetahui bahwa Engkau akan ada di sana untuk mengulurkan tangan-Mu guna menolong aku pada waktu aku mulai tenggelam ke dalam air yang berbahaya. Terpujilah nama-Mu selalu, ya Yesus, Tuhan dan Juruselamatku. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami bacaan pertama hari ini (1Raj 19:9a,11-13a), bacalah tulisan yang berjudul “BUNYI ANGIN SEPOI-SEPOI BASA” (bacaan tanggal 9-8-20) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 20-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2020. 

Cilandak, 8 Agustus 2020 [Peringatan Wajib S. Dominikus, Pendiri Ordo Pengkhotbah]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

DISELAMATKAN OLEH KUASA YESUS DAN OLEH KASIH-NYA

DISELAMATKAN OLEH KUASA YESUS DAN OLEH KASIH-NYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVIII – Senin, 3 Agustus 2020)

Sesudah itu Yesus segera mendesak murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Menjelang malam, Ia sendirian di situ. Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru, “Itu hantu!”, lalu berteriak-teriak karena takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka, “Tenanglah! Inilah Aku, jangan takut!” Lalu Petrus berkata kepada-Nya, “Tuhan, apabila engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Kata Yesus datanglah!” Lalu Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak, “Tuhan, tolonglah aku!” Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata, “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Lalu mereka naik ke perahu dan angin pun reda. Orang-orang yang ada  di perahu menyembah Dia, katanya, “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.”

Setibanya di seberang mereka mendarat di Genesaret. Ketika Yesus dikenal oleh orang-orang di tempat itu, mereka memberitahukannya ke seluruh daerah itu. Semua orang yang sakit dibawa kepada-Nya. Mereka memohon kepada-Nya supaya diperkenankan walaupun hanya menyentuh jumbai jubah-Nya. Semua orang yang menyentuh-Nya menjadi sembuh. (Mat 14:22-36) 

Bacaan Pertama: Yer 28:1-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:29,43,79-80,95,102

“Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” (Mat 14:31)

Ada pepatah tua yang mengatakan, bahwa seorang suci bukanlah seseorang yang tidak pernah melakukan kesalahan dan tidak pernah gagal, melainkan seseorang yang bangkit dari setiap kegagalan dan maju lagi. Pepatah tua ini menggambarkan bagaimana pribadi Petrus itu. Karena Petrus cenderung untuk tidak sabar dan bergerak dengan kekuatan dan kecepatan yang besar, maka dia dikenal tidak jarang membuat dirinya terlibat dalam situasi-situasi di mana dirinya dapat mengalami kegagalan. Namun demikian, setiap kegagalan membuat dirinya semakin percaya kepada cintakasih Yesus. Setiap saat Petrus membuat sebuah langkah kecil dalam iman, maka diapun bertumbuh dalam iman.

Pada malam Yesus mendatangi para murid-Nya dengan berjalan di atas air, cintakasih Petrus kepada Yesus telah menggerakkannya untuk turun dari perahu dan berjalan di atas air  mendapatkan-Nya. Dengan penuh keajaiban Petrus mampu membuat beberapa langkah dalam jalannya di atas air, namun ketika rasa takut menguasai dirinya, dia mulai tenggelam. Dia berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!” (Mat 14:30). Di sini ada pelajaran yang sangat indah yang diperoleh Petrus, yaitu bahwa Yesus akan selalu berada di sana guna menolongnya. Hal ini juga seharusnya menjadi pelajaran sangat berharga bagi kita semua: Yesus selalu siap menolong kita! Dalam setiap badai kehidupan yang dialami setiap orang, cintakasih-Nya dan kuasa-Nya akan mengalir ke dalam diri kita dari salib-Nya, membawa kepada kita keselamatan dan damai-sejahtera.

Seperti juga para murid Yesus yang pertama, kita juga sedang berada dalam suatu perjalanan iman. Terlalu sering kita bertindak sesuai perasaan-perasaan kita sendiri dan pandangan masyarakat yang berlaku, bukannya oleh iman. Namun Allah tidak pernah berhenti mengundang kita untuk ‘untuk turun dari perahu’ cara-cara kebiasaan kita berpikir. Ia selalu memanggil kita untuk bertindak dengan cara melawan gelombang pandangan-pandangan dunia.

Apakah dalam cara kita mendidik dan membesarkan anak-anak kita atau dalam cara kita memperlakukan pasangan hidup kita atau anggota-anggota keluarga kita yang lain, atau pun juga sesama kita, Allah seringkali memanggil kita untuk mengambil langkah keluar dari “zona nyaman” kita, untuk keluar dari perahu kita yang aman, kemudian menolong mereka yang sedang berada dalam kesulitan, baik materiil maupun spiritual. Dunia kita dibuat menjadi gelap oleh janji-janji palsu yang tidak pernah dipenuhi dan rumah tangga yang retak sampai berantakan; juga oleh ketamakan dan kebencian, oleh distribusi kekayaan yang tidak adil dan gambar-gambar Allah yang telah terdistorsikan.

Kita dapat membuat suatu perbedaan, akan tetapi hanya jika kita melangkah keluar ke dalam dunia yang gelap ini dengan iman-kepercayaan teguh bahwa Yesus ada di sana bersama dengan setiap orang yang memanggil nama-Nya. Terkadang kita akan gagal, namun Yesus akan selalu berada di sana, siap untuk mengajar kita dan mengulurkan tangan-Nya untuk menolong kita. Petrus diselamatkan oleh kuasa Yesus dan oleh kasih-Nya.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah sang Imanuel. Aku percaya bahwa Engkau senantiasa ada bersamaku. Tingkatkanlah iman-kepercayaanku kepada-Mu. Berikanlah keberanian kepadaku untuk mengambil langkah [dalam] iman dalam berbagai situasi kehidupanku, karena yakin bahwa Engkau akan hadir di sana untuk mengulurkan tangan-Mu guna menolong aku pada waktu aku mulai tenggelam ke dalam air yang berbahaya. Terpujilah nama-Mu selalu, ya Yesus, Tuhan dan Juruselamatku. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 14:22-36), bacalah tulisan yang berjudul “IMAN ADALAH FONDASI DARI SEGALANYA DALAM KEHIDUPAN KITA SEBAGAI UMAT KRISTIANI” (bacaan tangal 3-8-20) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 20-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2020). 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 7-8-18 dalam situs/blog PAX ET BONUM) 

Cilandak, 2 Agustus 2020 [HARI MINGGU BIASA XVIII – TAHUN A] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS