Archive for August, 2016

TUGAS PARA MURID YESUS ADALAH MENJALA MANUSIA

TUGAS PARA MURID YESUS ADALAH MENJALA MANUSIA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXII – Kamis, 1 September 2016) 

YESUS MENGAJAR DARI ATAS PERAHUPada suatu kali Yesus berdiri di pantai Danau Genesaret, sementara orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia mendorong perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon, “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”  Simon menjawab, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena perkataan-Mu itu, aku akan menebarkan jala juga.”  Setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Mereka pun datang, lalu bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun sujud di depan Yesus dan berkata, “Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa.”  Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon, “Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia.”  Sesudah menarik perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. (Luk 5:1-11)

Bacaan Pertama: 1Kor 3:18-23; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-6

Atas dasar perintah Yesus, Simon menebarkan jalanya ke dalam air dan hasil tangkapannya sungguh luar biasa. Hal ini benar-benar mengejutkan Simon, yang malam sebelumnya tidak berhasil menangkap ikan seekor pun. Berhadap-hadapan dengan mujizat sedemikian, Simon menyadari bahwa dia berada di hadapan hadirat Tuhan. Simon pun tahu benar bahwa Tuhan dapat melihat dosa-dosanya. Kesadaran ini membuat Simon merasa rendah dan takut. Dia pun bersembah-sujud di depan Yesus dalam pertobatan. Akan tetapi Yesus berkata, “Jangan takut; mulai sekarang engkau akan menjala manusia”  (Luk 5:10).

Seperti Simon Petrus, nabi Yesaya juga memperoleh wahyu mengenai Tuhan yang membuatnya merasa rendah dan takut: “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni YHWH semesta alam”  (Yes 6:5). Namun sentuhan bara panas yang diambil dari atas mezbah menghapuskan dosa-dosanya dan membebaskannya dari segala kesalahan. Sekali dimurnikan, Yesaya pun mampu mendengar seruan dari hati Tuhan: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?”  Tanpa ragu Yesaya menjawab: “Ini aku, utuslah aku!” (Yes 6:8).

KEMURIDAN - PENJALAN IKAN MENJADI PENJALA MANUSIAAllah sungguh merindukan untuk memberi tugas kepada masing-masing kita, seperti yang telah dilakukan-Nya kepada Simon Petrus dan Yesaya. Selagi kita memperkenankan Allah merasuki kita dengan kasih-Nya, kita pun akan mendengar panggilan-Nya agar kita menjadi murid-murid-Nya. Kita akan dibuat sadar bahwa kita sebenarnya tak layak untuk mendapat kehormatan seperti itu, namun kita juga akan tahu bahwa lewat pertobatan kita pun dapat diberdayakan oleh Roh Kudus untuk berdoa syafaat bagi orang-orang lain, untuk mengampuni dan untuk memproklamasikan Injil ke mana-mana dan kepada siapa saja.

Seiring dengan semakin mendalamnya relasi kita dengan Yesus, cinta kasih kita kepada-Nya juga semakin mendalam. Seperti Simon Petrus dan Yesaya, kita pun ingin melepaskan segalanya demi Allah. Oleh karena itu marilah kita tidak takut untuk merendahkan diri kita di hadapan Tuhan dan menerima tugas perutusan-Nya bagi kita masing-masing. Tidak ada yang lebih mulia daripada menjadi seorang pelayan Tuhan, yang disiapkan untuk “menangkap” jiwa-jiwa untuk kerajaan-Nya.

DOA: Tuhan Yesus, bersihkan dosa-dosa kami dan berdayakanlah kami dengan kehadiran-Mu. Ini kami, ya Tuhan! Utuslah kami! Berdayakanlah kami agar dapat berperan serta dalam membangun kerajaan-Mu. Ajarlah kami untuk berkata-kata dengan sabda-sabda-Mu dan melayani setiap orang yang kami temui dengan kasih-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Luk 5:1-11), bacalah tulisan yang berjudul “DARI PARA PENJALA IKAN MENJADI PENJALA MANUSIA” (bacaan untuk tanggal 1-9-16) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2016.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya di tahun 2010)

Cilandak, 30 Agustus 2016

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

HARUS TETAP ADA WAKTU UNTUK BERDOA

HARUS TETAP ADA WAKTU UNTUK BERDOA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXII – Rabu, 31 Agustus 2016)

jesus heals the sickKemudian Yesus meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. Lalu Ia berdiri di sisi perempuan itu dan mengusir demam itu, maka penyakit itu pun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka.

Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Ia pun meletakkan tangan-Nya ke atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak, “Engkaulah Anak Allah.” Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Dialah Mesias.

Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang terpencil. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka, “Di kota-kota lain juga Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah, sebab untuk itulah Aku diutus.” Lalu Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea. (Luk 4:38-44)

Bacaan Pertama: 1Kor 3:1-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 33:12-15,20-21

Kita dapat selalu berdalih dan mengemukakan seribu satu macam alasan untuk mempersingkat waktu yang kita sediakan untuk berdoa: “Aduh, saya sangat sibuk nih!”, “Wah, saya sedang lelah sekali setelah seharian macet di jalanan!”, “Anda tahu nggak, saya selalu berdoa kapan saja dan di mana saja. Bukankah, apa yang saya lakukan adalah doa saya? Saya sudah tahu apa yang dikehendaki Allah untuk saya lakukan. Andaikan saja anda tahu betapa sibuknya saya ini!”

Kalau siapa saja berhak untuk mengemukakan berbagai macam alasan seperti di atas, maka orang yang memang sesungguhnya pantas berkata begitu adalah Yesus! Bacaan Injil hari ini menunjukkan kepada kita bahwa Yesus bekerja sampai malam menyembuhkan setiap orang sakit yang datang kepada-Nya, juga mengusir jauh-jauh segala roh jahat yang mengganggu orang-orang. Sungguh suatu pekerjaan yang penuh kesibukan dan melelahkan! Ia telah hidup dalam persatuan yang paripurna dengan Bapa-Nya di surga, sehingga Dia telah memahami dengan jelas kepenuhan rencana ilahi dan peranan sentral yang harus dimainkan oleh diri-Nya. Namun ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang terpencil, agar Dia dapat memusatkan segenap perhatian-Nya kepada Allah, untuk berdoa!

Dalam keheningan itu, Yesus mengambil sebuah keputusan penting. Walaupun ada banyak orang di tempat itu yang membutuhkan pelayanan-Nya (catatan: orang-orang mencari Dia terus sampai ditemukan di tempat terpencil itu), Yesus memutuskan bahwa itulah saat bagi-Nya untuk bergerak terus, karena Allah mengutus diri-Nya untuk mewartakan Injil di kota-kota lain juga.

DIGODA IBLIS - 30Pada titik ini, Yesus mungkin saja belum memperoleh suatu gambaran jelas tentang bagaimana pelayanan-Nya akan berkembang. Yang diketahui oleh-Nya hanyalah bahwa langkah selanjutnya adalah “meninggalkan Kapernaum”. Di bab/pasal berikutnya dalam Injil Lukas, kita akan melihat Yesus memberikan pengampunan Allah sendiri sebagai suatu saluran kesembuhan, Dia melayani kebutuhan-kebutuhan spiritual dan fisik orang-orang. Ia memanggil para murid-Nya untuk mengikuti jejak-Nya. Memang hal ini merupakan sebuah proses yang lambat dan sering menimbulkan frustrasi, namun bersifat hakiki apabila pesan-Nya sungguh ingin berlanjut setelah kematian-Nya. Konflik dengan para pemuka agama Yahudi pun mulai timbul (lihatlah Mat 5:20-25,30,33-34).

Di tempat kerja, di rumah, di gereja dan di komunitas-komunitas di mana kita adalah anggotanya, kita pun seringkali menghadapi begitu banyak tuntutan untuk melayani berbagai kebutuhan orang-orang lain. Kebutuhan-kebutuhan itu sungguh riil, dan Allah mungkin saja mengundang kita untuk mengambil tindakan guna memenuhi berbagai kebutuhan tersebut. Akan tetapi, kita harus ingat bahwa diri kita mungkin saja bukan jawaban Allah untuk setiap kebutuhan yang ada. Kadang-kadang tuntutan-tuntutan ini merupakan distraksi dari apa yang Allah sungguh inginkan untuk kita lakukan. Nah, di sinilah perlunya proses discernment (membeda-bedakan roh) agar kita mengenal kehendak Allah yang sebenarnya. Dan, discernment dalam suasana doa ini membutuhkan keheningan dan proses mendengarkan dalam kesunyian.

DOA: Bapa surgawi, Engkau adalah Khalik langit dan bumi, Allah yang mahapengasih. Aku mengetahui bahwa Engkau mengundangku untuk datang menghadap hadirat-Mu dalam keheningan, setiap hari. Hal itu adalah panggilan yang sungguh berharga, namun juga sulit untuk dilaksanakan, karena kesibukanku melayani. Tolonglah aku untuk mempercayai bahwa engkau dapat mengurus dunia tanpa aku. Tolonglah aku mendengarkan dengan hatiku mengenai apa yang sesungguhnya Kaukehendaki agar kulakukan. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 4:38-44), bacalah tulisan yang berjudul “SEMAKIN PENUH KOMITMEN TERHADAP RENCANA ALLAH” (bacaan tanggal 31-8-16) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-08  PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2016. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya di tahun 2011) 

Cilandak, 29 Agustus 2016 [Peringatan wafatnya S. Yohanes Pembaptis, Martir] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PERINTAH YESUS KEPADA ROH-ROH JAHAT PENUH WIBAWA DAN KUASA

PERINTAH YESUS KEPADA ROH-ROH JAHAT PENUH WIBAWA DAN KUASA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXII – Selasa, 30 Agustus 2016) 

KONFLIK DGN ORANG FARISI DLL. - YESUS MENGECAM - MAT 23Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras, “Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Apakah engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus membentaknya, “Diam, keluarlah dari dia!” Setan itu pun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari dia dan sama sekali tidak menyakitinya. Semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, “Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka pun keluar.” Lalu tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu. (Luk 4:31-37)

Bacaan Pertama: 1Kor 2:10b-16; Mazmur Tanggapan: Mzm 145:8-14

Pelayanan Yesus telah dimulai. Tidak pernah kelihatan yang seperti itu sebelumnya. Orang-orang heran dan bertanya-tanya, “Apa ini? Suatu ajaran baru disertai dengan kuasa! Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka taat kepada-Nya!”  (Luk 4:36). Dengan kuasa dan kewenangan, Yesus berbicara kepada hati orang-orang dan mengusir roh jahat di depan orang-orang. Semua orang yang menyaksikan peristiwa ini menjadi takjub dan kagum. Ini bukan sekedar khotbah. Ini mengingatkan kita kepada apa yang ditulis oleh Santo Paulus, “Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan bukti bahwa Roh berkuasa”  (1 Kor 2:4).

Setiap kebenaran Injil dapat dipilah-pilah dan dianalisis dengan kekuatan intelek dan hal itu samasekali tidak salah, asal saja tidak jadi membingungkan kita atau malah membuat kita tertipu oleh si Jahat. Tetapi ada sesuatu yang lebih penting dan lebih memiliki kuasa, yang diberikan oleh Yesus kepada kita. Dia datang untuk memproklamasikan kebenaran sedemikian rupa, sehingga akan memerdekakan kita. Yesus berfirman: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh 3:31-32).

Kata-kata Yesus mempunyai kuasa untuk menghukum kita, menghibur kita, menyembuhkan kita dan bahkan membebaskan kita. Kata-kata Yesus mencakup pemahaman manusiawi, akan tetapi tidak terbatas sampai di situ saja.

Apakah kita mengetahui kebenaran Injil sedemikian rupa, sehingga kita dapat mengalami kuasanya untuk memerdekakan kita? Apakah kita mengalami kemerdekaan, sukacita dan keakraban dengan Yesus sebagai akibat dari tindakan kita mendengarkan firman-Nya yang diproklamasikan dalam liturgi Gereja, pada pertemuan kelompok doa dan/atau kelompok Kitab Suci, pada saat-saat berdoa secara pribadi, atau pada pada pembacaan dan permenungan Kitab Suci secara pribadi? Ini adalah warisan kita sebagai anak-anak Allah yang telah dibaptis. Selagi kita mengalami kasih ilahi-Nya, kita pun akan menyerahkan diri kita lebih penuh lagi kepada firman-Nya. Kita akan mengenal, mengakui serta mematuhi kewenangan dan kuasa-Nya dalam hidup kita; dan keluarga dan teman-teman kita pun akan mengenali adanya perbedaan dalam diri kita.

Yesus merindukan supaya kita mengundang Dia ke dalam hati kita masing-masing – pusat terdalam dari keberadaan kita – tidak hanya ke dalam pikiran kita. Hati adalah tempat keputusan di mana kita bertemu dengan Allah dan digerakkan secara mendalam oleh kasih-Nya. Katekismus Gereja Katolik (KGK) mencatat, “Hati adalah ….. pusat kita yang tersembunyi, yang tidak dapat dimengerti baik oleh akal budi kita maupun oleh orang lain”  (KGK, 2563). Marilah sekarang kita membuka hati kita lebih penuh lagi bagi Yesus dan memperkenankan kuasa-Nya mengubah kita.

DOA: Tuhan Yesus, Engkau saja yang mengetahui hati kami dan hasrat yang ada dalam hati kami itu. Pada saat ini kami mengundang-Mu untuk memasuki bagian terdalam dari keberadaan kami dan mengikat kami pada hati-Mu. Bebaskanlah kami, ya Tuhan, dari segala kejahatan dan ajarlah kami bagaimana seharusnya hidup untuk-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 4:31-37), bacalah tulisan yang berjudul “ALLAH SUNGGUH INGIN BEKERJA DALAM HIDUP KITA” (bacaan tanggal 30-8-16) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2016. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya di tahun 2011) 

Cilandak, 28 Agustus 2016 [HARI MINGGU BIASA XXII – TAHUN C] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YOHANES PEMBAPTIS WAFAT

YOHANES PEMBAPTIS WAFAT

(Bacaan Injil Misa, Peringatan Wafatnya S. Yohanes Pembaptis, Martir – Senin, 29 Agustus 2016) 

SALOME SEDANG MENARI DI DEPAN HERODESSebab Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, istri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai istri. Memang Yohanes berkali-kali menegur Herodes, “Tidak boleh engkau mengambil istri saudaramu!” Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan kepada Yohanes karena ia tahu bahwa Yohanes orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Setiap kali ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.

Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka Galilea. Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyenangkan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu, “Mintalah apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!”, lalu bersumpah kepadanya, “Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!” Anak itu pergi dan menanyakan ibunya, “Apa yang harus kuminta?” Jawabnya, “Kepala Yohanes Pembaptis!” Lalu ia cepat-cepat masuk menghadap raja dan meminta, “Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di atas piring!” Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang algojo dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah piring besar dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya.

Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan. (Mrk 6:17-29) 

Bacaan Pertama: Yer 1:17-19; Mazmur Tanggapan: Mzm 71:1-6,15,17

Pada hari ini Gereja memperingati pemenggalan kepala Santo Yohanes Pembaptis (The Beheading of Saint John the Baptist); secara lebih halus dan sopan tentunya diungkapkan sebagai “Peringatan Wafatnya S. Yohanes Pembaptis”. Dari bacaan Kitab Suci, tulisan-tulisan rohani, lukisan-lukisan, film-film, banyak orang mempunyai persepsi tertentu tentang sosok orang kudus ini yang tampil “aneh” dan khotbah-khotbahnya yang penuh kuasa. Yohanes Pembaptis yang muncul di padang gurun Yudea dan memakai jubah bulu unta, mengingatkan orang kepada nabi Elia. Dia memberitakan baptisan tobat untuk pengampunan dosa (baca Mrk 1:1-8). Cara pewartaan yang ditunjukkan oleh Yohanes Pembaptis memberi kesan kuat adanya urgency, karena dia tahu benar bahwa dirinya diutus oleh Allah sendiri untuk menjadi saksi mengenai TERANG sesungguhnya yang sedang datang ke dalam dunia (Yoh 1:9).

Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak. Namun setelah raja Herodes ditegur olehnya karena perselingkuhannya dengan Herodias, istri saudaranya, dan karena segala kejahatan lain yang dilakukannya, maka raja Herodes menambah kejahatannya dengan menjebloskian Yohanes Pembaptis ke dalam penjara (Luk 3:18-19). Pada dasarnya, Herodes mengagumi Yohanes Pembaptis. Raja ini merasa tertarik pada kesucian Yohanes dan dia senang juga mendengarkan dia. Namun demikian, Herodes tidak pernah menanggapi seruan Yohanes Pembaptis agar dia bertobat.

Kelekatan kuat Herodes pada harta-kekayaan, kekuasaan dan status mematahkan setiap hasrat yang muncul dalam dirinya untuk meluruskan hubungannya dengan Allah. Akhirnya, pada pesta perjamuan ulang tahunnya dia terjebak oleh nafsunya sendiri yang menggelora karena tarian eksotis puteri tirinya. Gengsinya mencegahnya untuk melanggar sumpahnya di depan puteri tirinya seusai menari, sebuah ucapan sumpah yang memang terasa bodoh itu: “Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!” (Mrk 6:23). Dengan demikian Herodes pun dengan terpaksa memerintahkan algojo untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis, sesuai permintaan puteri tirinya, yang dalam tradisi dikenal dengan nama Salome itu.

YOHANES PEMBAPTIS - SALOME AND THE HEAD OF JOHN THE BAPTISTDalam banyak hal, tanggapan Herodes terhadap seruan Yohanes Pembaptis mencirikan reaksi sejumlah orang terhadap seruan Yesus. Mereka tertarik pada Yesus dan menemukan bagian-bagian dari ajaran-Nya atau berbagai mukjizat dan tanda-heran yang diperbuat-Nya sebagai hal-hal yang menarik sekali. Namun seruan Yesus agar mereka meninggalkan kehidupan dosa, dan menyerahkan hidup mereka kepada Allah masih terasa sangat berat untuk diikuti. Jadi, mereka tidak pernah menerima ‘undangan Yesus kepada pemuridan’. Bahkan kita yang telah memutuskan untuk mengikuti-Nya pun masih mengalami pergolakan dan konflik batin. Kita ingin menjadi murid-murid-Nya, namun kadang-kadang terasa seakan Dia menuntut terlalu banyak dari kita. Seperti Herodes, kita pun menjadi objek dari dua kekuatan yang saling tarik-menarik. Kita pun seringkali tidak dapat lepas dari pergumulan pribadi yang melibatkan pertempuran spiritual.

Apa yang dapat kita lakukan bilamana kita mengalami konflik dalam hati kita? Langkah pertama adalah membuat telinga rohani kita jernih dalam mendengarkan suara-suara dalam batin kita. Suara si Jahat itu licin terselubung, namun dapat dikenali. Dia memunculkan dengan jelas perintah-perintah Allah ketika perintah-perintah tersebut terasa tidak menyenangkan kita; dia memberikan pembenaran-pembenaran yang diperlukan bagi kita untuk membuat suatu kekecualian terhadap kehendak Allah dalam kasus kita (Misalnya: “Kamu sesungguhnya tidak perlu mengampuni saudaramu yang telah membuatmu susah itu”). Akan tetapi suara Roh Kudus selalu mendorong kita untuk memilih jalan yang menuju perdamaian (rekonsiliasi) dan penyembuhan dan mendorong terciptanya kesejahteraan orang-orang lain, meskipun pada awalnya menyakitkan kita.

Kita dapat memproklamasikan kebenaran-kebenaran iman untuk melawan kebohongan-kebohongan Iblis (Misalnya: “Aku tahu bahwa kalau aku mengampuni, maka dosa-dosaku pun akan diampuni. Aku mungkin tidak mempunyai kuasa untuk mengampuni, tetapi Kristus dalam diriku cukup berkuasa untuk mengampuniku sekarang juga!”). Kebenaran-kebenaran iman itu juga dapat kita ungkapkan seturut teladan Yesus pada waktu dicoba oleh Iblis di padang gurun, khususnya seperti yang terdapat dalam Injil Lukas (Luk 4:1-13). Setiap cobaan dari si Jahat kita patahkan dengan dengan ayat-ayat Kitab Suci: “Ada tertulis: Jika jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Mat 6:14-15).

Herodes adalah seorang pengagum-jarak-jauh Yohanes Pembaptis yang akhirnya bertanggung jawab atas kematian orang yang dikaguminya. Kita tidak perlu seperti Herodes: kita mengagumi Yesus dari kejauhan juga, karena tidak sanggup mengambil sikap positif terhadap panggilan Yesus kepada kita untuk menjadi murid-murid-Nya. Kita perlu mendengarkan Roh Kudus selagi Dia berbicara melalui batin kita, agar kita dapat mengetahui jalan mana yang harus kita tempuh. Oleh karena marilah kita mohon kepada Roh Kudus untuk membimbing kita dan memberdayakan kita untuk merangkul sepenuhnya kehendak Allah.

DOA: Allah, Bapa kami. Engkau mengutus Santo Yohanes Pembaptis sebagai bentara kelahiran dan kematian Putera-Mu terkasih, Yesus Kristus. Semoga berkat kematiannya sebagai martir dalam membela keadilan dan kebenaran, kami dapat menjadi pribadi-pribadi yang berani sebagai pelayan-pelayan sabda-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 6:17-29), bacalah tulisan berjudul “BENTARA KRISTUS DAN MARTIR” (bacaan tanggal 29-8-16) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2016. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya di tahun 2011) 

Cilandak, 26 Agustus 2016 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

YESUS SENANTIASA BERPIHAK PADA ORANG KECIL

YESUS SENANTIASA BERPIHAK PADA ORANG KECIL

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XXII [TAHUN C] – 22 Agustus 2016) 

Stained Glass Depicting Jesus Christ March 4, 2004

 

Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.

Karena Yesus melihat bagaimana para undangan memilih tempat-tempat kehormatan, Ia menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka, “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat daripada engkau, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di tempat yang lebih terhormat. Dengan demikian, engkau akan menerima hormat di depan mata semua orang yang makan bersamamu. Sebab siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Lalu Yesus berkata juga orang yang mengundang Dia, “Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau lagi dan dengan demikian engkau mendapat balasannya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasannya pada hari kebangkitan orang-orang benar.” (Luk 14:1,7-14) 

Bacaan Pertama: Sir 3:17-18,20,28-29; Mazmur Tanggapan: Mzm 68:4-7,10-11; Bacaan Kedua: Ibr 12:18-19,22-24 

Yesus menyaksikan bagaimana orang-orang Farisi yang menjadi undangan saling berebutan tempat kehormatan. Apakah orang-orang itu takut tidak kebagian jatah makanan? Apakah mereka merasa takut tidak kelihatan banyak undangan lainnya?

Kita membaca dalam Injil bahwa orang-orang Farisi seringkali memperhatikan Yesus untuk melihat apa yang akan dilakukan-Nya. Kelihatannya Ia mengambil tempat paling belakang, paling akhir. Bayangkan Allah yang mahakuasa mengambil tempat yang di ujung sana yang nyaris tak terlihat oleh para undangan lainnya. Kemudian Ia menjelaskan mengapa: “Mereka yang mendesak-desak mencari tempat terhormat akan menimbulkan kecemburuan para undangan yang lain dan jelas tidak disukai. Sedangkan orang yang mendahulukan orang lain akan dihormati dan dimuliakan untuk sikap dan perilakunya yang baik itu.”

Setiap orang tidak menyukai seorang pribadi yang sombong dan memandang rendah orang-orang lain. Dalam banyak kesempatan kita dapat mendengar komentar seperti berikut ini: “Saya nggak tahan melihat orang itu; dia senantiasa pura-pura mengetahui segala sesuatu, bertindak-tanduk sebagai Allah yang Mahakuasa saja, bahkan seperti Iblis, dia ingin menjadi lebih baik dari pada Allah. Memang komentar seperti ini agak berlebihan (lebay!), tetapi dalam gradasi yang berbeda banyak kita dapat mendengarnya ketika kumpul-kumpul bersama para sahabat, apakah dalam reuni dll.

Sekarang kita lihat Yesus. Kita dapat melihat bagaimana Allah bertindak dalam tindakan-tindakan Yesus, misalnya bagaimana dia berbela-rasa, berbelas-kasih terhadap orang-orang sakit, yang kerasukan roh jahat, menanggung berbagai penderitaan lainnya dan “wong cilik” pada umumnya. Dalam semua hal ini, apakah Yesus bersikap dan bertindak-tanduk seperti seorang eksekutif yang angkuh? Lihat saja apa yang menjadi pilihan Yesus: orangtua yang miskin; lahir bukan di dalam istana raja, melainkan di kandang hina yang diperuntukkan bagi hewan. Siapa sahabat-sahabat-Nya? Para kaisar, raja dan gubernur? Sama sekali tidak! Seorang raja adalah musuh-Nya yang paling jahat: Herodes Agung mencoba untuk membunuh-Nya. Sahabat-sahabat-Nya yang pertama adalah para gembala dengan aroma tubuh yang tidak lebih baik daripada bau domba-domba mereka.

Siapa yang membenci Yesus? Orang-orang yang kaya dan sombong – mereka yang tidak tahu bagaimana caranya untuk berada di tempat yang paling akhir. Nah, sekarang bagaimana dengan kita? Dapatkah kita menjadi lebih serupa lagi dengan Yesus? Ya, kita memang harus begitu, agar dapat menjadi warga Kerajaan-Nya. Yesus bersabda, “Berbahagialah yang miskin, yang berdukacita, yang lemah lembut, yang dianiaya karena melakukan kehendak Allah …… (lihat “Ucapan bahagia”; Mat 5:3 dsj.). Kepada para murid-Nya, Yesus berkata, “Siapa saja yang terbesar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Mat 23:11-12).

DOA: Roh Kudus Allah, bentuklah aku agar dapat menjadi seorang murid Yesus yang baik. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 14:1,7-14), bacalah tulisan yang berjudul “PERENDAHAN DIRI YESUS KRISTUS DAN KEMULIAAN-NYA” (bacaan tanggal 28-8-16) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH 2016. 

Cilandak, 25 Agustus 2016 [Pesta S. Ludovikus IX, Raja – OFS] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

SANG JANDA DI GERBANG KOTA NAIN

SANG JANDA DI GERBANG KOTA NAIN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Monika – Sabtu, 27 Agustus 2016)

jesus-raises-widow-of-nains-son

Segera setelah itu Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya, “Jangan menangis!” Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata, “Hai anak muda, aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Orang itu pun bangun dan duduk serta mulai berkata-kata, lalu Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata, “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah datang untuk menyelamatkan umat-Nya.” Lalu tersebarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya. (Luk 7:11-17) 

Bacaan Pertama: 1Kor:26-31; Mazmur Tanggapan: 33:12-13,18-19,20-21

Santo Lukas, penulis peristiwa “Yesus membangkitkan anak muda di Nain” ini, adalah seorang tabib (dokter zaman dahulu). Dalam semangat profesinya yang sejati, dia adalah seorang pribadi yang sangat sensitif terhadap penderitaan sesama manusia. Itulah sebabnya mengapa Lukas memberi lebih banyak perhatian pada keadaan menyedihkan dari sang janda yang baru kehilangan anak laki-lakinya yang adalah seorang anak tunggal, daripada mukjizat Yesus membangkitkan anak laki-laki tersebut.

Anak laki-laki tunggal dari janda itu mati dalam usia muda. Pada waktu itu tidak ada pensiun untuk para janda, tidak asuransi jiwa, tidak ada santunan dalam rangka kesejahteraan sosial, dan tidak ada pekerjaan yang menarik bagi pada perempuan. Kehidupan dapat menjadi sangat berat dan keras bagi seorang janda yang berumur  separuh baya.

Yesus cepat sekali menyadari tragedi situasinya. Lukas mencatat singkat: “Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Dia berkata kepada janda itu untuk tidak menangis. Lalu Yesus memberikan kehidupan kepada orang muda tersebut, anak satu-satunya dari sang janda.

Apa sebenarnya pesan dari Injil hari ini? Tentunya tentang bela rasa dan penuh-pengertian Kristus terhadap seorang pribadi manusia yang sangat membutuhkan pertolongan, walaupun tidak diungkapkan dengan kata-kata. Dengan demikian, bagi sang janda, realitas dari kasih Allah tidak pernah lagi sekadar teori. Janda dari Nain itu sungguh mengalami kasih Allah itu secara riil.

Dan pada hari ini – bagaimana kasih Allah dibuat riil pada hari ini? Tidak ada cara lain kecuali lewat diri kita masing-masing yang adalah Tubuh Kristus. Bagi orang-orang sakit, orang-orang lansia, orang-orang miskin, bagi siapa saja yang membutuhkan pertolongan – kasih Kristus menjadi riil/nyata hanya melalui bela-rasa kita, kebaikan hati kita, pertolongan kita untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka.

Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri sampai berapa dalam kesadaran kita akan berbagai kebutuhan orang-orang di sekeliling kita. Kebutuhan-kebutuhan mereka mungkin tidak besar – mungkin yang mereka butuhkan adalah sepatah kata penghiburan atau malah hanya sebuah senyum yang tulus – mungkin mereka butuh didengarkan dengan kesabaran dan penuh pengertian. Walaupun dalam hal-hal sederhana seperti itu, kehadiran kita bagi mereka dapat berarti pengalaman akan kasih Kristus, dan inilah yang penting.

SANTA MONIKAPada hari ini Gereja memperingati Santa Monika [331-387] dari Afrika Utara, salah seorang kudus yang sangat dicintai oleh umat. Monika adalah ibunda dari seorang kudus terkemuka dalam Gereja, Santo Augustinus dari Hippo [354-430], Uskup dan Pujangga Gereja. Mengapa Gereja justru memilih bacaan Injil hari ini dalam memperingati perempuan kudus ini?

Seperti sang janda dari Nain itu, Santa Monika sungguh mengalami kasih Allah itu secara riil. Yesus berkata kepada  janda itu untuk tidak menangis (Luk 7:13). Lalu Yesus memberikan kehidupan kepada orang muda tersebut, anak satu-satunya dari sang janda. Dalam keheningan doa-doa penuh air mata dari Monika yang memohon agar jiwa Augustinus diselamatkan, kiranya Tuhan Yesus pun berkata kepadanya, “Jangan menangis!”  Hati Tuhan pun tergerak oleh belas kasihan (Luk 7:13). Rahmat-Nya bekerja, dan kita pun mempunyai salah seorang kudus besar tokoh Gereja yang dihormati juga oleh saudari-saudara kita Kristiani yang Protestan.

DOA: Tuhan Yesus, tanamkanlah kesadaran dalam diriku senantiasa, bahwa tangan-tanganku dan kaki-kakiku adalah perpanjangan dari tangan-tangan-Mu dan kaki-kaki-Mu, dalam segala tindakan yang kulakukan sebagai anggota Tubuh-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 7:11-17), bacalah tulisan yang berjudul “MENGENANG YESUS, MONIKA DAN SANG JANDA DARI NAIN” dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2016.   

Cilandak, 25 Agustus 2016 [Peringatan S. Ludovikus IX, Raja – OFS] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MEMPELAI DATANG! SAMBUTLAH DIA!

MEMPELAI DATANG! SAMBUTLAH DIA!

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXI – Jumat, 26 Agustus 2016 

PERUMPAMAAN - SEPULUH PERAWAN“Pada waktu itu hal Kerajaan Surga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyambut mempela laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedang gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam botol mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Sambutlah dia! Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, Tuan, bukakanlah pintu bagi kami! Tetapi ia menjawab: Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, aku tidak mengenal kamu. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu hari maupun saatnya.” (Mat 25:1-13) 

Bacaan Pertama: 1Kor 1:17-25; Mazmur Tanggapan: Mzm 33:1-2,4-5,10-11 

“Mempelai datang! Sambutlah dia!” (Mat 25:6).

Sebagaimana juga para gadis dalam perumpamaan di atas, kita pun sesungguhnya sedang menanti-nantikan kedatangan sang Mempelai laki-laki yang akan mengundang kita masuk guna turut serta dalam perjamuan nikah-Nya. Dan seperti juga gadis-gadis itu, tidak seorangpun dari kita yang mengetahui kapan Ia akan datang. Namun kita tidak perlu meniru lima orang gadis yang bodoh itu, yang pelitanya padam karena kehabisan minyak. Allah telah memberikan kepada kita pasokan minyak lebih dari cukup agar pelita kita tidak padam – Roh Kudus.

Pada saat kita menerima Sakramen Penguatan, kita diurapi dengan minyak krisma pada saat mana Uskup atau penggantinya mengatakan: “Dimeteraikanlah engkau dengan karunia Roh Kudus”. Hari lepas hari, seberapa lama pun kita harus menantikan kedatangan Yesus untuk kedua kalinya di dunia, setiap saat kita dapat menghubungi Roh Kudus. Paulus menulis bahwa Allah telah “memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (2Kor 1:22). Jadi, kita sungguh dapat mengandalkan Roh Kudus untuk mendapatkan bantuan-Nya kapan saja dan di mana saja.

Roh Kudus senantiasa hadir bagi kita, dan Ia sungguh rindu untuk bekerja dalam kehidupan kita. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang akan membuat kita memahami sabda Allah dalam Kitab Suci dll. (lihat Yoh 16:13-15). Roh Kudus adalah sang Penolong, yang akan mengajarkan segala sesuatu kepada kita dan akan mengingatkan kita akan semua yang telah Yesus katakan kepada kita (lihat Yoh 14:26), dan Roh Kudus adalah Roh Kasih yang dicurahkan ke dalam hati kita (lihat Rm 5:5) sehingga dengan demikian kita dapat mengasihi orang-orang lain.

Seperti juga minyak mampu melicinkan serta luka-luka di tubuh kita, maka Roh Kudus mampu memulihkan kesehatan kita manakala kita menderita luka-luka karena dosa. Sebagaimana minyak dapat membuat tubuh seorang penggulat menjadi “lentur” sebelum pertandingan, Roh Kudus pun mampu memperkuat kita dalam perjuangan menghadapi berbagai pencobaan dan godaan. Seperti minyak dapat membuat pelita terus menyala, maka Roh Kudus dapat mengobarkan kerinduan kita akan Tuhan.

Selagi kita menantikan sang Mempelai laki-laki, marilah kita mohon kepada Roh Kudus agar Ia menjaga hati kita untuk tetap berkobar-kobar. “Berjaga-jagalah dengan hati, berjaga-jagalah dengan iman, berjaga-jagalah dengan cintakasih”, demikian tulis Santo Augustinus. “Bersiaplah dengan pelita-pelitamu. Maka, sang Mempelai laki-laki akan merangkulmu dengan penuh kasih dan membawamu ke dalam ruangan perjamuan-Nya, di tempat mana pelitamu tidak pernah akan padam.”

DOA: Roh Kudus Allah, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau berdiam dalam diriku. Kobarkanlah dalam diriku api cintakasih-Mu. Segarkanlah kembali diriku, sehinga dengan demikian aku sungguh siap untuk bertemu dengan Yesus pada saat Ia kembali ke dunia untuk kedua kalinya, yaitu pada akhir zaman. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 25:1-13), bacalah tulisan yang berjudul “SEPULUH GADIS” (bacaan tanggal 26-8-16) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2016. 

Cilandak, 24 Agustus 2016 [Pesta S. Bartolomeus, Rasul] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

YESUS MEMINTA AGAR KITA TERUS BERJAGA-JAGA

YESUS MEMINTA AGAR KITA TERUS BERJAGA-JAGA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXI – Kamis, 25 Agustus 2016)

Keluarga Fransiskan: Peringatan/Pesta S. Ludovikus IX [1214-1270], Raja – Orang Kudus Pelindung OFS 

KESIAPSIAGAAN - LUK 12 35-40“Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.

Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Karena itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.”

“Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu ketika tuannya itu datang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu Tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi, apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkanya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.” (Mat 24:42-51) 

Bacaan Pertama: 1Kor 1:1-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 145:2-7 

Yesus meminta kita terus berjaga-jaga dan siap sedia karena kita sungguh tidak akan mengetahui saat kedatangan-Nya dalam kemuliaan kelak. (Mat 24:42-44). Yesus juga mendorong kita semua untuk terus melayani-Nya, meski dihadapkan dengan berbagai kesulitan dan godaan yang seberat apa pun juga. Dia mengatakan: “Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu ketika tuannya itu datang” (Mat 24:46). Memang perintah Yesus ini tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Seperti hal-hal lainnya dalam kehidupan kita, kita pun dapat merasa lelah, kita ingin agar ada orang-orang lain yang menggantikan kita, atau hati kita menjadi ciut manakala hasil kerja itu tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Namun Yesus berjanji, apabila kita terus menekuni pekerjaan kita sebagai pelayan-Nya, maka kita semua akan diberkati.

Yesus tergantung kepada kita masing-masing untuk melanjutkan misi-Nya. Dia tidak lagi hadir di tengah-tengah kita secara fisik dan harus menggantungkan diri pada kita sebagai perpanjangan kaki dan tangan-Nya dalam dunia. Bukankah kita disebut ‘tubuh Kristus’? Tanpa keterlibatan kita yang aktif, kerajaan-Nya tidak akan bertumbuh-kembang secara optimal. Allah telah menganugerahkan kepada kita masing-masing seperangkat karunia dan talenta untuk kita gunakan dalam melakukan tugas pelayanan kita, namun kita tetap masih dapat memilih sendiri bagaimana akan menggunakan berbagai karunia dan talenta tersebut. Kita dapat saja menggunakan karunia dan talenta yang dianugerahkan kepada kita itu sebagaimana yang dilakukan “hamba yang jahat” (lihat Mat 24:48), yaitu untuk memuaskan diri-sendiri, atau kita dapat seperti “hamba yang setia dan bijaksana” (lihat Mat 24:45), yang bekerja sama dengan Roh Kudus dalam tugas besar membuat dunia ini siap untuk kedatangan kembali Yesus dalam kemuliaan-Nya pada akhir zaman.

jesus-christ-super-starAllah memanggil kita kepada suatu cara atau gaya hidup yang unik. Dunia mengagung-agungkan sukses dan kenikmatan duniawi tentunya, sehingga fokus perhatian orang-orang adalah pada sukses dan kenikmatan duniawi itu. Akan tetapi, Dia memanggil kita untuk memfokuskan perhatian kita kepada keberadaan kita sebagai “garam bumi” dan “terang dunia”. Yesus mengingatkan kita untuk tetap berjaga-jaga dan siap sedia untuk melayani, menghayati kehidupan kita seakan inilah hari terakhir, bukan karena rasa takut kita sedang tidak siap pada waktu Dia datang kembali, melainkan karena cintakasih kita dan hasrat mendalam untuk mengalami hidup kekal bersama Dia. Selama hidup-Nya di dunia Yesus banyak sekali membuat mukjizat dan tanda heran dan Ia mengatakan bahwa kita akan mampu melakukan bahkan hal-hal yang lebih besar daripada apa yang dilakukan-Nya (lihat Yoh 14:12). Yang harus kita lakukan cukup sederhana, yaitu belajar untuk bekerja sama dengan Roh Kudus dan memperkenankan-Nya membimbing kita dalam perjalanan hidup sehari-hari.

Anda mau pilih menjadi hamba yang seperti apa? Menjadi “hamba yang setia dan bijaksana” atau “hamba yang jahat”? Menjadi “hamba yang setia dan bijaksana” berarti menjadi seorang pribadi yang menyebarkan kebaikan Yesus kepada orang-orang lain. Anda telah dianugerahi kehendak bebas oleh Allah, sehingga sungguh bebas untuk memilih. Namun, ingatlah kata-kata Yesus, bahwa hamba yang didapatinya sedang melakukan pekerjaannya pada waktu Dia datang kembali, akan diberkati-Nya. Oleh karena itu, berjaga-jagalah selalu dan siap sedia. Carilah selalu kesempatan-kesempatan untuk melayani Tuhan kita!

DOA: Tuhan Yesus, aku telah mendengar seruan-Mu untuk tetap berjaga-jaga dan menjadi hamba yang baik dan bijaksana. Dengan pertolongan Roh Kudus-Mu, aku percaya bahwa aku tidak akan mengecewakan Engkau. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami bacaan Injil hari ini (Mat 24:42-51), bacalah tulisan yang berjudul “HAMBA YANG SETIA DAN BIJAKSANA” (bacaan tanggal 25-8-16), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2016. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya di tahun 2011) 

Cilandak, 23 Agustus 2016 [Peringatan B. Berardus dari Offida, Biarawan Kapusin] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

AKAN MELIHAT HAL-HAL YANG LEBIH BESAR

AKAN MELIHAT HAL-HAL YANG LEBIH BESAR

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta S. Bartolomeus, Rasul – Rabu, 24 Agustus 2016) 

FILIPUS DAN NATANAEL - 001Filipus menemui Natanael dan berkata kepadanya, “Kami telah menemukan Dia yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.”  Kata Natanael kepadanya, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”  Kata Filipus kepadanya, “Mari dan lihatlah!”  Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia, “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!”  Kata Natanael kepada-Nya, “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!”  Yesus berkata, “Apakah karena Aku berkata kepadamu, ‘Aku melihat engkau di bawah pohon ara,’ maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar daripada itu.”  Lalu kata Yesus kepadanya, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah naik turun kepada Anak Manusia.”  (Yoh 1:45-51) 

Bacaan Pertama: Why 21:9b-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 145:10-13,17-18   

Yesus menjanjikan Natanael (yang dalam tradisi disamakan dengan Bartolomeus), “Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar daripada itu” (Yoh 1:50) setelah ucapan pujian Natanael kepada-Nya, “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!” (Yoh 1:49). Sesungguhnya, sementara dia mengikuti Yesus sampai akhir hidupnya, Natanael memang melihat banyak hal-hal yang lebih besar. Ia melihat Yesus membuat begitu banyak mukjizat dan tanda heran. Ia sendiri bersama para rasul yang lain mempunyai pengalaman menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh-roh jahat dan berkhotbah di depan orang banyak. Kita dapat mengatakan, bahwa bagi Natanael, bagian dari tindakan mengikuti Yesus berarti pernyataan terus-menerus dari misteri-misteri surgawi dan suatu penyingkapan yang berkesinambungan dari kuasa Allah untuk melepaskan dan memulihkan.

Kata-kata Yesus di sini menunjuk pada suatu dimensi yang sangat penting dalam kehidupan iman kita sendiri. Seperti Natanael, kita juga mampu melihat dan mengalami “hal-hal yang lebih besar” dari tahun ke tahun sejalan dengan pertumbuhan kehidupan Kristiani kita di bawah naungan rahmat Allah.

Teristimewa dalam doa lah – hubungan paling akrab dengan Yesus yang kita dapat ketahui – kita dapat mengharapkan Yesus untuk menunjukkan hal-hal besar kepada kita. Sebuah dunia tanpa batas dari kemuliaan surgawi menantikan kita setiap setiap saat kita mengangkat hati kita ke surga untuk menyembah Yesus dan menerima cintakasih-Nya. dan kemuliaan itu mencakup pemahaman akan kasih dan hikmat Allah serta dalam hasrat-Nya untuk mentransformasikan dunia. Kita dapat “memindahkan gunung” dalam kehidupan orang-orang di sekeliling kita tidak hanya melalui kerja aktif, melainkan juga melalui doa-doa kita. Dan menyaksikan hati orang-orang yang berubah menjadi lebih baik, barangkali merupakan “hal-hal yang lebih besar” yang dapat kita lihat.

Yesus menginginkan diri-Nya dikenal dan dikasihi dalam dunia ini. Dia ingin menunjukkan kepada orang-orang realita siapa sesungguhnya Dia. Seringkali, Dia akan menggunakan kita (anda dan saya) sebagai para pengikut-Nya, untuk melakukan hal ini. Dengan demikian janganlah kaget, apabila hal-hal yang menakjubkan terjadi di sekeliling kita sebagai akibat doa-doa dan ketaatan kita pada Roh Kudus. Yesus mengasihi kita masing-masing dan ingin menggunakan kita untuk menyatakan diri-Nya kepada orang-orang lain. Ia mempunyai suatu masa depan yang direncanakan-Nya bagi kita yang hanya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Oleh karena itu seharusnyalah kita mengatakan “ya” kepada-Nya, dan kemudian memperhatikan perjalanan masa depan kita masing-masing yang akan dipenuhi dengan “hal-hal yang lebih besar”.

DOA: Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau membukakan surga bagiku melalui doa-doaku dan pernyataan diri-Mu. Tuhan, tolonglah aku agar dapat melihat Engkau melakukan hal-hal yang lebih besar melalui diriku selagi aku tetap dekat pada-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalam Bacaan Injil hari ini (Yoh 1:45-51), bacalah tulisan yang berjudul “SEPERTI NATANAEL, MARILAH KITA BERBALIK KEPADA YESUS” (bacaan tanggal 24-8-16) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2016. 

(Tulisan ini bersumberkan pada sebuah tulisan saya di tahun 2010) 

Cilandak, 22 Agustus 2016 [Peringatan SP Maria, Ratu] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

HANYA ALLAH-LAH YANG DAPAT MEMBERSIHKAN HATI KITA

HANYA ALLAH-LAH YANG DAPAT MEMBERSIHKAN HATI KITA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXI – Selasa, 23 Agustus 2016)

jesus_christ_picture_013Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu memberi persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Hai kamu pemimpin pemimpin buta, nyamuk kamu saring dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.

Celakalah kamu, hai ahli-hali Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. (Mat 23:23-26) 

Bacaan Pertama: 2Tes 2:1-3a,13b-17; Mazmur Tanggapan: 96:10-13

“Bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih” (Mat 23:26).

Kita masing-masing (anda dan saya) adalah cawan yang dimaksud! “Sebelah dalam” cawan adalah hati kita, inti terdalam keberadaan kita. “Sebelah luar” cawan adalah apa yang dapat dilihat dan diamati oleh orang lain – kata-kata kita, tindakan-tindakan kita, dan perilaku kita pada umumnya. Kata-kata Yesus ini menunjukkan kepada kita bahwa Dia ingin kita masing-masing memiliki sebuah hati yang bersih, yang kebaikannya memancar ke luar, sehingga setiap hal tentang diri kita menyenangkan Allah.

Sekarang muncullah sebuah pertanyaan, “Bagaimana aku membersihkan hatiku? Kebenarannya adalah bahwa kita tidak akan pernah dapat membersihkan hati kita sendiri! Hal ini hanya Allah-lah yang dapat melakukannya. Adalah benar bahwa kita harus bekerja sama dengan Roh Kudus yang bekerja dalam diri kita. Walaupun begitu, akhirnya, hati kita dapat dibuat bersih dan murni hanya melalui kegiatan Roh Kudus, Allah sendiri.

Baptism-of-the-Holy-SpiritKalau begitu halnya, bagaimana kita dapat menjadi lebih sensitif terhadap Roh Kudus sehingga kita dapat mendeteksi gerakan-gerakan-Nya dalam hati kita dan bekerja sama dengan Dia? Dengan/melalui doa-doa, pembacaan dan permenungan sabda Allah dalam Kitab Suci, sering menerima Sakramen-sakramen, dan menggunakan kharisma, atau karunia/anugerah yang telah diberikan kepada kita oleh-Nya. Kita juga dapat belajar banyak tentang karya Roh Kudus dengan/melalui sebuah rencana yang baik untuk studi atas ajaran-ajaran Gereja dan pembacaan dan permenungan atas riwayat orang-orang kudus. Di atas segalanya, secara sederhana kita dapat mohon Roh Kudus untuk masuk ke dalam hati kita semakin dalam lagi. Selagi relasi kita dengan Roh Kudus itu semakin bertumbuh-kembang, kita mun akan menjadi semakin sensitif terhadap bimbingan-Nya. Kita akan mengalami Dia memurnikan hati kita, yang pada gilirannya akan mempunyai suatu efek pembersihan atas kata-kata dan tindakan-tindakan kita.

Akhirnya sebuah catatan dari saya: selagi anda bekerja membangun/memperbaiki relasi anda dengan Roh Kudus, ambillah Ibu Maria, ibunda Yesus sebagai “model” yang anda dapat teladani. Sejak saat pemberitahuan oleh malaikat agung Gabriel, ketika dia dinaungi oleh Roh Kudus sampai pada hari Pentakosta Kristiani yang pertama, di mana dia pun hadir bersama para rasul pada saat pencurahan Roh Kudus, Bunda Maria menunjukkan kepada kita apa dan bagaimana kerendahan hati, ketaatan, dan rasa percaya (trust) dapat membuat diri kita tetap terbuka bagi Roh Kudus. Bilamana kita ingin hati kita – “sebelah dalam cawan” – menjadi bersih dan murni, perkenankanlah Bunda Maria menunjukkan jalannya bagaimana kita menjadi lebih terbuka bagi karya Roh Allah dalam diri kita.

DOA: Roh Kudus Allah, bukalah mata dan telinga hatiku terhadap tindakan-Mu dan bimbingan-Mu. Datanglah, ya Roh Kudus, dan penuhilah diriku sehingga – seperti Bunda Maria – aku pun dapat memiliki sebuah hati yang bersih-murni. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 19:23-30), bacalah tulisan berjudul “BERSIH DI DALAM” (bacaan tanggal 23-8-16) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 16-08 PERMENUNGAN ALKITABIAH AGUSTUS 2016. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya di tahun 2012) 

Cilandak, 21 Agustus 2016 [HARI MINGGU BIASA XXI – TAHUN C] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS