Posts from the ‘13-07 BACAAN HARIAN JULI 2013’ Category

HARTA YANG TAK TERNILAI DI MATA YESUS

HARTA YANG TAK TERNILAI DI MATA YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Ignasius dr. Loyola, Imam – Rabu, 31 Juli 2013)

PERUMPAMAAN MUTIARA - MAT 13“Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamnya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.
Demikian pula halnya Kerajaan Surga itu seumpama seorang seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.” (Mat 13:44-46)

Bacaan Pertama: Kel 34:29-35; Mazmur Tanggapan: Mzm 99:5-7,9

Adalah suatu praktek umum dalam dunia kuno bagi orang-orang untuk menyembunyikan barang-barang berharga milik mereka di dalam tanah. Teristimewa dalam masa-masa peperangan, keluarga-keluarga seringkali “menanam” barang-barang berharga mereka sebelum mereka meninggalkan tempat mereka untuk melarikan diri (mengungsi) ke tempat lain, dengan harapan dapat kembali ke tempat tinggal mereka dan mengambil kembali harta mereka yang ditanam itu, apabila keadaan sudah pulih kembali. Yesus tahu bahwa para pendengar-Nya familiar dengan praktek-praktek yang disebutkan di atas. Dengan demikian Ia mengetahui bahwa para pendengar-Nya itu akan memahami sukacita besar dan excitement yang dirasakan seseorang yang menemukan harta-benda yang telah lama terpendam itu.

Lagi-lagi, dalam menggunakan ilustrasi “mutiara”, Yesus yakin bahwa para pendengar-Nya mengetahui bahwa mutiara dinilai sebagai benda yang sangat berharga dan relatif mahal. Di samping nilainya secara moneter, orang-orang juga melihat keindahannya. Dalam menggunakan contoh-contoh ini, Yesus mengilustrasikan nilai dan keindahan Kerajaan Allah yang luarbiasa tingginya, di samping itu juga Dia mengilustrasikan sukacita besar yang dialami seseorang karena mengenal dan mengalami kasih Allah.

Sekarang, baiklah kita (anda dan saya) membayangkan diri kita sebagai harta kekayaan atau mutiara yang tak ternilai harganya itu. Bayangkan Allah sangat menghargai kita karena Dia tahu sekali nilai kita yang sebenarnya dan Ia ingin memiliki diri kita. Bagi banyak dari kita, hal ini dapat menjadi sulit. Kita dapat memandang diri kita sebagai barang “BS” …… damaged goods …… “nggak mulus lagi” …… karena dosa-dosa dan segala kesalahan dan kegagalan dalam mematuhi perintah-perintah-Nya. Kita dapat merasa bahwa kita telah melakukan sesuatu yang menjadikan diri kita tidak pantas, bahkan tak dapat diampuni lagi, pokoknya …… penuh noda!

Tetapi kebenarannya adalah bahwa Yesus sudah sedemikian lama mencari-cari kita; Dia ingin berjumpa dengan kita. Dia telah memberikan segalanya, diri-Nya sendiri, bahkan sampai mati kayu salib, agar kita dapat menjadi anak-anak Bapa-Nya dan bersama-sama dengan-Nya menjadi pewaris-pewaris harta kekayaan Kerajaan Allah. O, kita sungguh mempunyai “seorang” Allah luarbiasa. “Dialah kebaikan yang sempurna, segenap kebaikan, seluruhnya baik, kebaikan yang benar dan tertinggi. Dialah satu-satunya yang baik, penyayang, pemurah, manis dan lembut ……” (Santo Fransiskus dari Assisi, Anggaran Dasar Tanpa Bulla, XXIII:9). Di mata-Nya kita adalah anak-anak-Nya yang sangat dikasihi-Nya, sangat berharga, bahkan bisa jadi jauh lebih berharga daripada “harta” dan “mutiara” dalam dua perumpamaan di atas.

Saudari dan Saudaraku, marilah kita membuat diri kita agar dapat dijumpai oleh Yesus pada hari ini. Janganlah kita menyembunyikan dosa-dosa kita, termasuk kesombongan kita. Janganlah kita mencoba-coba untuk membuat diri kita kelihatan baik di mata-Nya. Dia telah memanggil kita masing-masing sebagai harta-kekayaan-Nya sendiri. Dia rindu untuk datang masuk ke dalam hati kita dan membuat kita masing-masing ikut ambil bagian dalam kehidupan-Nya – suatu kehidupan sukacita, penuh damai-sejahtera dan pelayanan bagi orang-orang lain. Marilah kita menyambut Dia dalam doa kita masing-masing.

DOA: Tuhan Yesus, aku menyerahkan diriku sepenuhnya kepada-Mu, agar dengan demikian aku menjadi harta kesayangan-Mu. Aku adalah milik-Mu sepenuhnya! Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kel 34:29-35), bacalah tulisan dengan judul “POLA PENGALAMAN SEORANG HAMBA ALLAH YANG SEJATI” (bacaan tanggal 31-7-13) dalam situs/blog http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 13-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2013.

Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 13:44-46), bacalah juga tulisan yang berjudul “KITA ADALAH HARTA YANG SANGAT BERNILAI DI MATA YESUS” (bacaan tanggal 1-8-12) dalam situs/blog SANG SABDA.

Cilandak, 29 Juli 2013 [Peringatan S. Marta]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KITA ADALAH KEDUA-DUANYA: GANDUM DAN LALANG

KITA ADALAH KEDUA-DUANYA: GANDUM DAN LALANG

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVII – Selasa, 30 Juli 2013)

gandum dan ilalang - mat 13 24-43Sesudah itu Yesus meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya, “Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.” Ia menjawab, “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan sedangkan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Jadi, seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyebabkan orang berdosa dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Mat 13:36-43)

Bacaan Pertama: Kel 33:7-11;34:5-9,28; Mazmur Tanggapan: Mzm 103:6-13

Banyak dari perumpamaan-perumpamaan Yesus tentang Kerajaan Surga menyangkut persoalan “kebaikan dan kejahatan”, dan bagaimana Allah ingin agar keduanya (baik dan jahat) ada dalam kehidupan kita, namun pada akhirnya harus dipisahkan. Dalam perumpamaan ini gandum harus diselamatkan karena satu-satunya yang bernilai. Di lain pihak lalang harus dicabut dan dibakar. Waktu panen/tuain adalah waktu untuk mengambil keputusan, waktu penghakiman, pada waktu mana yang baik harus dipisahkan dari yang jahat.

Dapatkah kita memandang masalah ini secara sempit: gandum itu adalah orang-orang baik, sedangkan lalang adalah orang-orang jahat? Apakah pandangan ini sejalan dengan kebanyakan pengalaman kita? Apakah memang kita menemukan orang-orang yang sepenuhnya baik dan di sisi lain orang-orang yang sepenuhnya jahat? Atau, apakah kita melihat dalam diri kita masing-masing, bahwa kita adalah kedua-duanya: gandum dan lalang, baik dan jahat? Kalau memang demikian halnya, maka cepat atau lambat – sebelum kita menikmati kebahagiaan sejati dan ganjaran surgawi – maka semua lalang atau apa saja yang jahat harus dicabut dari diri kita dan kemudian dibakar habis!

PERUMPAMAAN GANDUM DAN ILALANG MAT 13 24-43Sayangnya, memang kita masing-masing bertumbuh sebagai tumbuhan mendua, tumbuhan ganda yang terdiri dari gandum yang baik yang bercampur dengan lalang yang jahat. Lalang harus dibakar sebelum gandum itu menjadi cukup baik agar dapat disimpan dalam lumbung kebahagiaan di masa mendatang. Itulah sebabnya mengapa Allah memperkenankan kita menderita, itulah sebabnya mengapa kita harus banyak berkorban, menyangkal diri kita, dan memperbaiki diri dari berbagai kesalahan yang kita buat, termasuk kelalaian kita untuk mematuhi perintah-perintah-Nya. Lalang bertumbuh dan berkembang-biak dalam kebun atau ladang yang tak terurus. Jadi, lalang yang dimaksudkan oleh Yesus dalam perumpamaan ini adalah kejahatan-kejahatan yang bertumbuh-kembang dalam sebuah jiwa yang tak terurus, tak karuan arahnya.

Satu lagi realitas yang kita lihat: banyak dari kita, sayangnya tidak menyelesaikan pekerjaan memotong lalang sebelum Allah memanggil kita dan berkata: “Waktumu sudah habis!” Itulah sebabnya kita percaya akan keberadaan purgatorio – api pencucian – sebuah “tempat” pemurnian. Kita berharap akan adanya sebuah cara di mana sisa lalang yang belum dicabut dapat dibakar habis, agar hanya gandum yang baik sajalah yang tertinggal. Kebahagiaan sempurna adalah bagi orang-orang yang sempurna, sehingga dengan demikian tidak tersisa apa pun yang jahat.

Jadi, ada kebutuhan yang mendesak bagi kita untuk melakukan kebaikan; agar kita dapat mengalami proses pemurnian itu sebanyak mungkin selama kita masih hidup di dunia. Allah menciptakan kita untuk saling menolong. Orang-orang lain juga adalah anak-anak Allah, jadi mereka adalah saudari-saudara kita yang harus ditolong ketika mereka mengalami kesusahan. “Model” sempurna bagaimana caranya melakukan kebaikan adalah Yesus Kristus sendiri, Saudara tua kita semua. Dengan demikian janganlah kita pernah lupa – teristimewa pada waktu kita berada dalam posisi nyaman – untuk bermurah hati, lemah-lembut, dan tidak “mikiran diri sendiri melulu”. Janganlah kita lupa juga untuk mendoakan orang-orang lain …… termasuk mereka yang telah mendzolimi diri kita. Hidup yang terselamatkan lewat perbuatan baik kita boleh jadi adalah hidup kita sendiri!

DOA: Tuhan Yesus, selagi kami berjalan kembali kepada-Mu, sembuhkanlah hati kami dan perbaharuilah hidup kami. Terpujilah nama-Mu selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kel 33:7-11;34:5-9,28), bacalah tulisan yang berjudul “SUATU PERTUKARAN YANG INDAH” (bacaan tanggal 30-7-13) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 13-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2013.

Cilandak, 25 Juli 2013 [Pesta S. Yakobus, Rasul]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KERAJAAN ALLAH TERBUKA BAGI SEMUA ORANG

KERAJAAN ALLAH TERBUKA BAGI SEMUA ORANG

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan Santa Marta – Senin, 29 Juli 2013)

PERUMPAMAAN RAGI - MAT 13Yesus menyampaikan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.”

Ia menceritakan perumpamaan ini juga kepada mereka, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu sebanyak empat puluh liter sampai mengembang seluruhnya.”

Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatu pun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, supaya digenapi firman yang disampaikan oleh nabi, “Aku mau membuka mulut-Ku menyampaikan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.” (Mat 13:31-35)

Bacaan Pertama: Kel 32:15-24,30-34; Mazmur Tanggapan: Mzm 106:19-23

Yesus memilih perumpamaan-perumpamaan-Nya dengan hati-hati sekali. Ia ingin orang banyak yang mengikuti-Nya ke mana-mana itu agar memahami pesan-Nya yang hakiki, yaitu bahwa “Kerajaan Allah adalah untuk setiap orang!” Kerajaan Allah bukanlah hanya untuk orang-orang Farisi atau anggota Sanhedrin, orang-orang berkuasa dalam sistem pemerintahan dan agama Yahudi. Kerajaan Allah yang diinaugurasikan oleh Yesus itu dimaksudkan untuk setiap orang yang ada. Tidak ada seorang pun yang terlalu kecil atau tidak signifikan di mata Allah.

Matius menempatkan perumpamaan-perumpamaan Yesus pada pusat Injilnya. Hal itu dibuatnya bukan tanpa maksud. Puncak Injil, kebenaran yang dinyatakan oleh Yesus, bersandar pada satu hal ini, yaitu bahwa Kerajaan Allah terbuka bagi semua orang. Kerajaan itu dimulai di salah sudut dunia yang tidak dikenal, di tengah sebuah bangsa kecil, pada titik waktu dalam sejarah di mana belum dikenal apa yang dinamakan komunikasi gloval. Ini adalah sebuah misteri, tanda heran dari karya Allah di tengah umat-Nya. Namun apa yang pada awalnya kelihatan tidak berarti dapat memberikan hasil yang besar dan sungguh luar biasa.

PERUMPAMAAN BIJI SESAWI - 1Dalam rumah atau tempat pekerjaan kita yang kadang-kadang terasa sibuk dengan urusan dunia, dalam tugas-tugas rutin kita, kita tidak boleh memandang rendah apa yang dapat dilakukan oleh Tuhan melalui diri kita selagi kita terus menanggapi dengan penuh ketaatan bisikan suara-Nya. Kebanyakan dari kita, dalam hati, memandang diri kita sebagai orang-orang biasa saja, dan apa yang kita lakukan relatif tidak signifikan dalam keseluruhan rancangan besar kekal-abadi dari Allah. Namun bagi Allah kita sangatlah berharga, pribadi lepas pribadi, dan kita masing-masing merupakan bagian hakiki dari tubuh Kristus. Dengan mempersamakan signifikansi dengan pengakuan, kita jatuh ke dalam perangkap pemikiran bahwa apa yang kita lakukan tidaklah begitu penting.

Ini bukanlah cara Allah berpikir! Bayangkan saja bagaimana Dia melayani dalam Kerajaan-Nya di atas bumi, melalui seorang tukang kayu miskin dari sebuah negeri kecil di Timur Tengah. Bayangkanlah juga bagaimana Dia membentuk orang-orang kudus besar, a.l. Santa Teresa dari Lisieux, seorang biarawati kontemplatif yang tersembunyi dalam sebuah biara Karmelites; atau bagaimana Dia membuat mercu suar kasih-Nya menyinari dunia lewat Bunda Teresa dari Kalkuta, seorang biarawati yang berusia tidak muda lagi. Banyak orang kudus pada kenyataannya berasal dari keluarga-keluarga sederhana yang menaruh kepercayaan mereka kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Oleh karena itu kita pun harus bertekun dan membiarkan biji sesawi dan ragi dalam dan dari hidup kita bertumbuh dan menjadi daya transformasi yang dahsyat dalam memajukan Kerajaan-Nya.

DOA: Ya Tuhanku dan Allahku, tidak ada pribadi yang terlalu kecil bagi-Mu untuk dibentuk. Pertumbuhan hidup-Mu dalam diriku dan Kerajaan-Mu di atas bumi adalah seluruhnya karya-Mu. Berikanlah rahmat-Mu kepadaku agar aku percaya bahwa Engkau senantiasa bekerja, bahkan pada saat-saat aku tidak dapat melihatnya sendiri. Berikanlah juga kepadaku iman dan visi untuk percaya bahwa apabila aku senantiasa taat kepada-Mu, maka tidak ada yang tidak dapat Kaulakukan atas diriku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kel 32:15-24,30-34), bacalah tulisan yang berjudul “ALLAH MENGETAHUI BETAPA RENTANNYA MANUSIA TERHADAP DOSA” (bacaan tanggal 29-7-13) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 13-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2013.

Cilandak, 25 Juli 2013 [Pesta S. Yakobus, Rasul]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

DAPATKAH DAN MAUKAH KITA BERDOA SEPERTI YESUS?

DAPATKAH DAN MAUKAH KITA BERDOA SEPERTI YESUS?

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU BIASA XVII [Tahun C] – 28 Juli 2013

LUKE 11 5-13Pada suatu kali Yesus berdoa di suatu tempat. Ketika Ia selesai berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya, “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya. Jawab Yesus kepada mereka, “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa-dosa kami sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” Lalu kata-Nya kepada mereka, “Jika seorang di antara kamu mempunyai seorang sahabat dan pada tengah malam pergi kepadanya dan berkata kepadanya: Sahabat, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepadamu. Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya. Karena itu, Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan. Bapak manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan, akan memberikan ular kepada anaknya itu sebagai ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Luk 11:1-13)

Bacaan Pertama: Kej 18:20-33; Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-3,6-8; Bacaan Kedua: Kol 2:12-14

Bacaan Pertama pada hari ini menunjukkan bahwa Allah tidak pernah menyembunyikan diri dari kita atau meninggalkan kita karena merasa ragu terhadap relasi-Nya dengan kita. Roh Allah bekerja dalam hati Abraham, memberikan kepadanya pandangan sekilas berkaitan dengan bela rasa-Nya dan hasrat-Nya untuk mengampuni dan menyelamatkan. Selagi kita membaca tentang Abraham yang melakukan tawar-menawar dengan Allah berkaitan dengan kehidupan para pendosa di Sodom dan Gomora, kita merasakan seruan dari seorang anak yang menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada “seorang” Bapa yang baik, yang berbela rasa dan senantiasa memperhatikan umat-Nya (Kej 18:23-32).

Benih kepercayaan antara seorang anak dan Bapa-nya ini digemakan oleh sang pemazmur, yang mendeklarasikan kasih kekal-abadi dari Allah. Ia mengetahui bahwa Allah begitu menghargai ciptaan-Nya sehingga Dia tidak akan meninggalkan karya tangan-Nya: “Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku” (Mzm 138:7)

DOA PRIBADIYesus menyapa Allah sebagai “Bapa” (Luk 11:2). Bagi para murid-Nya, ini adalah suatu momen yang sangat berharga, ketika mereka melihat “hati yang mengasihi” dari seorang Anak yang sempurna, yang secara total terbuka bagi hasrat-hasrat Bapa-Nya dan secara total berkomitmen bahwa rencana penyelamatan Bapa dapat diwujudkan di atas bumi ini. Ketika Yesus berdoa “dikuduskan nama-Mu” (Luk 11:2), Dia mengakui dan memuji kekudusan kodrat Bapa-Nya.

Apabila kita berdoa seperti ini, maka maksudnya bukanlah bahwa doa kita membuat Allah menjadi kudus, melainkan kekudusan-Nya akan memancar melalui diri kita dan selagi hal itu terjadi, maka Kerajaan-Nya pun akan dibangun di atas bumi ini. Isu sentral dari kehidupan Yesus adalah menghasrati didirikannya Kerajaan Allah di muka bumi ini. Kita pun dapat ikut ambil bagian dalam hasrat ini dan melanjutkan kerinduan kita akan tercapainya hal ini secara lengkap sampai saat Yesus datang kembali dalam kemuliaan.

Sekarang masalahnya adalah, apakah kita dapat keluar atau “membebaskan diri” dari kesibukan-kesibukan kita sehari-hari yang mementingkan diri sendiri? Kita semua tentu sudah hafal “Doa Bapa Kami” yang diajarkan oleh Yesus sendiri ini, namun dapatkah kita berdoa seperti Dia? Tentu saja dapat! Dalam bacaan kedua hari ini kita membaca Santo Paulus mengatakan bahwa berkat pembaptisan ke dalam kematian dan kebangkitan Yesus, kita telah keluar dari kematian spiritual dan dibuat hidup kembali dalam Yesus (Kol 2:12-13). Dengan demikian kita dapat berpikir, mengasihi dan menghasrati dengan hati-Nya. Yesus adalah “roti” yang kita butuhkan untuk makanan kita setiap hari. Yesus adalah anugerah Bapa surgawi agar kita tetap eksis.

Dengan demikian, marilah kita menaruh kepercayaan kepada Bapa surgawi, bahwa Dia akan melakukan dalam diri kita hal-hal baik yang jauh melampaui apa saja yang dapat kita bayangkan selagi kita berdoa seturut pola yang diajarkan oleh Yesus itu.

DOA: Bapa surgawi, aku memuji-Mu karena Engkau telah memberikan kepadaku karunia agung, yaitu Roh Kudus-Mu sendiri. Kuatkanlah rasa percayaku kepada-Mu, teristimewa pada saat-saat aku mengalami kesulitan dan penderitaan, agar dengan demikian aku dapat melanjutkan penyerahan diriku sepenuhnya kepada karya Roh Kudus. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 11:1-13), bacalah tulisan yang berjudul “BERDOA BAGI ORANG-ORANG LAIN” (bacaan tanggal 28-7-13) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 13-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2013.

Cilandak, 24 Juli 2013

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

DARAH YESUS AKAN MEMBERIKAN HIDUP YANG BARU

DARAH YESUS AKAN MEMBERIKAN HIDUP YANG BARU

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVI – Sabtu, 27 Juli 2013)

Keluarga Fransiskan: Peringatan Santa Maria Magdalena Martinengo, Perawan

moses - 01Lalu datanglah Musa dan memberitahukan kepada bangsa itu segala firman TUHAN (YHWH) dan segala peraturan itu, maka seluruh bangsa itu menjawab serentak: “Segala firman yang telah diucapkan YHWH itu, akan kami lakukan.” Lalu Musa menuliskan segala firman YHWH itu. Keesokan harinya pagi-pagi didirikannyalah mezbah di kaki gunung itu, dengan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel. Kemudian disuruhnyalah orang-orang muda dari bangsa Israel, maka mereka mempersembahkan kurban bakaran dan menyembelih lembu-lembu jantan sebagai kurban keselamatan kepada YHWH. Sesudah itu Musa mengambil sebagian dari darah itu, lalu ditaruhnya ke dalam pasu, sebagian lagi dari darah itu disiramkannya pada mezbah itu. Diambilnyakah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: “Segala firman YHWH akan kami lakukan dan akan kami dengarkan.” Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: “Inilah darah perjanjian yang diadakan YHWH dengan kamu, berdasarkan segala firman ini.” (Kel 24:3-8)

Mazmur Tanggapan: Mzm 50:1-2,5-6,14-15; Bacaan Injil: Mat 13:24-30

Darah yang disiram oleh Musa ke atas mezbah dan kepada umat Israel adalah sebuah tanda perjanjian YHWH dengan bangsa Israel. Dalam kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa Timur Dekat, darah manusia atau darah hewan dilihat sebagai sesuatu yang mengandung hidup dari manusia atau hewan termaksud. Penggunaan darah oleh Musa dalam mengesahkan perjanjian umat Israel dengan Allah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa relasi YHWH dengan umat-Nya adalah perjanjian yang hidup, suatu ikatan yang hidup. Upacara ini mengeskpresikan karunia pemberian hidup dari Allah, suatu ikatan penuh komitmen antara diri-Nya dan umat-Nya.

MARIA DAN YOHANES DI KAKI SALIB YESUSApabila darah dari hewan kurban seperti lembu-lembu jantan atau domba menunjukkan perjanjian hidup yang diberikan oleh Allah melalui Musa, maka betapa lebih besar lagi yang dapat dilakukan oleh darah Yesus yang ditumpahkan dari atas kayu salib, yang menciptakan suatu perjanjian yang hidup antara Allah dan semua orang yang menerima Putera-Nya (Mat 26:27-28). Darah Yesus itu unik karena Yesus itu unik. Ia adalah Putera Allah yang kekal, dan tidak diciptakan. Ia memiliki “hidup yang tidak dapat binasa” (Ibr 7:16), dengan demikian darah-Nya memiliki kuat-kuasa untuk mengkomunikasikan hidup itu kepada kita. Melalui iman kita dalam darah Yesus, tidak hanya dosa kita dibersihkan, tetapi kita juga mempunyai akses kepada kehadiran dan kuat-kuasa Allah untuk memberikan kehidupan.

Tidak jarang kita mengalami kesulitan untuk menghayati hidup Kristiani. Tidak selalu mudah untuk mematuhi perintah-perintah-Nya. Namun darah Yesus memberi jaminan kepada kita bahwa kita digabungkan dengan Allah melalui suatu perjanjian kekal. Selagi kita menempatkan iman kita dalam kuat-kuasa darah Yesus untuk membersihkan dan membebaskan kita, maka kita dapat mengatasi kesulitan-kesulitan dan kemunduran-kemunduran. Kita dapat membuang kekuatan-kekuatan dosa dan kegelapan. Memang ada kuasa dalam darah Yesus!

Oleh karena itu, baiklah kita setiap hari memohon kuat-kuasa darah Yesus. Marilah kita senantiasa berdoa, teristimewa pada masa-masa sulit dan tempatkanlah kepercayaan kita pada perjanjian-kasih yang dimeteraikan dengan darah-Nya. Hal itu adalah bukti bahwa Allah adalah untuk kita (anda dan saya), bukan untuk melawan kita. Itu adalah bukti bahwa Allah berkomitmen secara kekal-abadi kepada kita dan bahwa Dia akan memenuhi segala kebutuhan kita serta senantiasa berdiri bersama kita, bahkan pada masa-masa sulit yang kita hadapi. Marilah kita menaruh kepercayaan kita pada darah Yesus. Darah Yesus ini akan memberikan kepada kita hidup yang baru dan tak dapat dihancurkan.

DOA: Tuhan Yesus, aku berterima kasih penuh syukur kepada-Mu karena Engkau telah menumpahkan darah bagiku agar aku dapat memperoleh akses kepada Bapa-Mu di dalam surga. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 13:24-40), bacalah tulisan yang berjudul “DENGAN SABAR DIA MENAWARKAN APAKAH KITA MAU DIUBAH MENJADI GANDUM?” (bacaan tanggal 27-7-13) dalam situs/blog PAX ET BONUM.
Bacalah juga tulisan yang berjudul “PERUMPAMAAN TENTANG LALANG DI ANTARA GANDUM” (bacaan tanggal 24-7-10) dalam situs/blog SANG SABDA.

Cilandak, 23 Juli 2013

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ANNA DAN YOAKIM – IBU DAN AYAH DARI BUNDA MARIA

ANNA DAN YOAKIM – IBU DAN AYAH DARI BUNDA MARIA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Peringatan S. Yoakim dan S. Anna, Orangtua SP Maria – Jumat, 26 Juli 2013)

AnnJoachimMary

Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. (Mat 13:16-17)

Bacaan Pertama: Sir 44:1,10-15; Mazmur Tanggapan: Mzm 132:11,13-14,17-18

Banyak ibu dan nenek dapat mengidentifikasi diri mereka dengan Santa Anna, ibunda Maria dan nenek dari Yesus. Menurut tradisi, istri dari Santo Yoakim ini, menjembatani Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Anna berasal dari keluarga Daud dan hidup di Betlehem.

Banyak dari apa yang kita pelajari tentang Anna dan Yoakim berasal dari “Injil Kelahiran Maria” (Inggris: The Gospel of the Birth of Mary) dan THE PROTOEVANGELION BY JAMES THE LESSER, COUSIN AND BROTHER OF THE LORD JESUS; keduanya terdapat dalam THE LOST BOOKS OF THE BIBLE, New York: New American Library, 1974 (asli:1926). Tulisan kedua di atas juga terdapat dalam Ron Cameron (Editor), The Other Gospels dengan judul THE PROTEVANGELIUM OF JAMES. Oleh Gereja, kedua tulisan ini tidak diterima dalam kanon Kitab Suci, namun merupakan peninggalan penting dan dapat memberikan pandangan sekilas tentang kehidupan kedua orangtua Maria tersebut. Kenyataan bahwa Tuhan Yesus mempunyai seorang nenek dan kakek menggarisbawahi pentingnya aspek historis dalam agama Kristiani. Yesus adalah seorang pribadi yang memiliki suatu garis keturunan yang historis.

Gaya hidup Anna mencakup juga kerja keras. Rumah keluarga mereka sederhana, dengan atap datar, dan batu karang dari bebukitan menjadi tembok belakang rumah mereka. Mempelajari Hukum (Taurat) dan kitab para nabi serta doa harian merupakan bagian dari tradisi keluarga mereka. Seperti banyak perempuan muda lainnya, Anna tentu mempunyai harapan untuk menikah, melahirkan anak, dan juga merindukan kedatangan Mesias yang akan menyelamatkan Israel.

Nama “Anna” berarti “rahmat”. Nama dari calon suaminya, Yoakim, berarti “persiapan bagi sang Juruselamat”. Yoakim berasal dari suku Yehuda dari mana Mesias yang dijanjikan akan datang. Anna mandul sebelum diberitahukan oleh malaikat bahwa satu-satunya anak perempuan akan dilahirkan olehnya di usianya yang sudah tua. Anak itu harus dikuduskan bagi TUHAN, tinggal dalam kanisah, dan pada akhirnya akan membawa Putera Allah, sang Juruselamat – lewat rahimnya. Ada orang yang berpikir bahwa Maria dilahirkan di Yerusalem, tetapi tinggal di Nazaret juga. Mungkin saja Anna dan Yoakim mempunyai dua tempat tinggal. Sumber yang dapat dipercaya (Butler’s Lives of the Saints, Vol. III, hal. 205) memperkirakan bahwa Santa Anna mempersembahkan Maria dalam kanisah ketika masih kecil dan meninggalkannya di tempat itu untuk dididik. Namun hal ini tidak berarti bahwa sang ibu tidak mendidik Maria di rumah pada waktu-waktu tertentu. Seturut adat-kebiasaan pada masa itu, Maria akan kembali ke rumahnya di Nazaret ketika dia mencapai usia siap-nikah, yaitu 14 tahun. Maria dipertunangkan dengan Yusuf, – yang menurut sejumlah tradisi – adalah sepupunya sendiri. Ronda De Sola Chervin (Treasury of Women Saints) menulis bahwa, terserah kepada kitalah untuk membayangkan bagaimana peristiwa-peristiwa yang dinarasikan dalam Injil Lukas (Luk 1-2) mempengaruhi hidup Anna. Bahkan apabila Anna percaya bahwa anak perempuannya ini “ditakdirkan” menjadi ibunda sang Mesias, ia dapat dihantui rasa takut akan reaksi-reaksi orang-orang sekampung atas kehamilan Maria. Mereka dapat saja merajam Maria sampai mati jika tidak dilindungi oleh Yusuf. Bayangkanlah juga betapa terkejut Anna (nenek bayi Yesus) ketika mendengar kabar mengenai pembunuhan anak-anak kecil yang tak bersalah di Betlehem yang terjadi setelah menyingkirnya “keluarga kudus” ke Mesir, sebagaimana dinarasikan dalam Injil Matius (Mat 2:13-18).

Ada yang mengatakan bahwa Anna menjadi seorang janda tidak lama setelah kelahiran cucunya. Kita dapat membayangkan sukacita yang dialami Anna pada waktu “keluarga kudus” pulang ke Nazaret dari pengungsian di Mesir. Pikirannya juga tentunya dipenuhi dengan hal-hal indah berkaitan dengan cucunya ini. Walaupun kita tidak mengetahui kapan tepatnya Anna meninggal dunia, dalam kesenian religius, ia digambarkan berbaring di tempat tidur kematiannya sambil dikelilingi oleh Maria, Yesus yang masih anak-anak, dan anggota keluarga yang lain.

Lukisan-lukisan dan patung-patung Santa Anna, dan gereja-gereja yang didedikasikan kepadanya dapat ditemukan di banyak tempat di seluruh dunia. Tradisi mengatakan bahwa selama hidupnya di dunia, Anna melayani orang sakit dan banyak terjadi mukjizat penyembuhan lewat syafaatnya, khususnyta di St. Anne De Beaupré dekat Quebec, Kanada, dan juga di gereja-gereja ritus Timur. Santa Ana adalah orang kudus pelindung para ibu rumah tangga.

Para nenek – teristimewa pada zaman modern ini – dapat memainkan peranan yang sangat berarti dalam pendidikan cucu-cucu mereka. Biasanya mereka mempunyai waktu yang lebih banyak daripada para ibu dari anak-anak itu. Mereka dapat menggunakan sebagian dari waktu kunjungan mereka (kalau tidak tinggal serumah) untuk mengajar cucu-cucu mereka bagaimana berdoa, membacakan Kitab Suci kepada mereka, membacakan atau menceritakan riwayat para kudus dlsb.

Santa Anna juga memberikan sebuah “model” dari kehidupan sebagai janda yang kudus. Kematian seorang suami bukanlah akhir dari segalanya. Banyak perempuan yang keberadaannya sebagai janda justru melihat terbukanya pintu bagi berbagai karya pelayanan yang sebelumnya tertutup bagi mereka karena memang tidak ada waktu yang tersedia untuk itu.

DOA: Bapa surgawi, pada hari “peringatan Santo Yoakim dan Santa Anna” ini, secara khusus kami berdoa untuk semua orangtua agar mereka terbuka bagi rahmat yang Engkau berikan bagi kehidupan keluarga yang benar di mata-Mu. Berikanlah kepada kami rahmat untuk mempersiapkan diri kami bagi peranan apa pun yang Engkau tentukan bagi kami masing-masing dalam hidup ini. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Sir 44:1,10-15), bacalah tulisan-tulisan yang berjudul “PASUTRI YOAKIM DAN ANNA ORANG TUA SP MARIA” (bacaan tanggal 26-7-11) dan “AYAH DAN IBU DARI BUNDA MARIA” (bacaan tanggal 26-7-12), keduanya dalam situs/blog SANG SABDA.

Cilandak, 23 Juli 2012

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KARENA KRISTUS BERDIAM DALAM DIRI KITA

KARENA KRISTUS BERDIAM DALAM DIRI KITA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta Santo Yakobus, Rasul – Kamis, 25 Juli 2013)

YAKOBUS ANAK ZEBEDEUS - 1Tetapi harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak hancur terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. Dengan demikian, maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.

Namun demikian karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata. Karena kami tahu bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus, Ia juga akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya. Sebab semuanya itu terjadi karena kamu, supaya anugerah yang semakin besar berhubungan dengan semakin banyaknya orang yang menjadi perccaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah. (2Kor 4:7-15)

Mazmur Tanggapan: Mzm 126:1-6; Bacaan Injil: Mat 20:20-28

Pada hari ini kita merayakan pesta Santo Yakobus, saudara dari Yohanes dan anak dari Zebedeus, dan merupakan salah seorang murid Yesus pertama yang mati sebagai seorang martir Kristus (Kis 12:2). Memang cocok bagi kita pada hari ini untuk membaca bagaimana mungkin bagi seseorang untuk mengikut Kristus walaupun orang itu mempunyai kelemahan-kelemahan manusiawi.

Menurut Santo Paulus – seseorang yang sungguh mengetahui melalui pengalaman pribadinya sendiri – para murid Yesus ditindas, namun tidak hancur terjepit; habis akal, namun tidak putus asa; dianiaya namun tidak ditinggalkan sendirian; dihempaskan namun tidak binasa (23: 4:8-9). Alasan mengapa kita tidak dibiarkan hancur atau putus asa adalah karena Kristus berdiam dalam diri kita oleh/melalui kuasa Roh Kudus. Bahkan ketika kita hidup, bekerja dan menciptakan kembali, kita dapat mengenal hidup Kristus dalam diri kita.

james-son-of-zebedeeUmat Kristiani percaya bahwa seperti kita telah mati bersama Kristus, maka kita pun hidup bersama-Nya (Rm 6:6-8). Sementara kita mengetahui bahwa kematian daging dan kebangkitan kepada kehidupan baru telah terjadi dalam diri kita sekali dan selamanya melalui iman kita dan pembaptisan ke dalam Kristus, kita pun mengetahui bahwa hal itu harus terjadi secara baru dalam diri kita setiap hari selagi kita menjalani hidup baru bersama Kristus. Paulus mengungkapkan hal ini dengan baik: “Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini” (2Kor 4:11).

Hidup Kristus dalam diri kita memungkinkan kita untuk mengasihi dan melayani dalam Yesus. Hanya dengan hidup ini kita dapat membawa kehadiran Yesus kepada keluarga-keluarga, rumah-rumah, gereja-gereja, dan lingkungan-lingkungan kerja. Untuk sungguh mengasihi serta melayani orang-orang miskin dan menderita – apakah kemiskinan mereka itu bersifat materiil atau spiritual – hati kita harus “penuh kehidupan” dalam Yesus.

Paulus menekankan bahwa misteri Kristus dalam diri kita itu adalah seperti harta-kekayaan yang disimpan dalam bejana-bejana tanah liat. Ketika Allah memanggil kita untuk membangun tubuh Kristus, maka Dia memanggil orang-orang yang mempunyai berbagai kelemahan dan ketidaksempurnaan. Hal ini membuktikan kepada kita dan dunia bahwa kita dapat melayani Allah bukan dengan talenta atau kemampuan, melainkan dengan kuasa Roh Kudus yang ada di dalam diri kita (1Kor 4:7).

DOA: Tuhan Yesus, aku percaya bahwa melalui pembaptisan aku telah mati dan bangkit bersama Engkau. Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Engkau yang hidup di dalam aku (Gal 2:20). Buatlah ini suatu realitas harian dalam hidupku sehingga dengan demikian aku yang sekadar merupakah bejana dari tanah liat dapat diberdayakan untuk mengasihi dan melayani dalam nama-Mu yang terkudus. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 20:20-28), bacalah tulisan-tulisan yang berjudul “YAKOBUS MEMINUM CAWAN YANG DIMINUM YESUS” (bacaan tanggal 25-7-12) dan “YAKOBUS JUGA MEMINUM CAWAN YANG TELAH DIMINUM OLEH YESUS” (bacaan tanggal 25-7-11), keduanya dalam situs/blog SANG SABDA.

Cilandak, 14 Juli 2013 [HARI MINGGU BIASA XVI]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

ALLAH MEMERINTAH DALAM HATI YANG KUAT BERAKAR DALAM FIRMAN-NYA

ALLAH MEMERINTAH DALAM HATI YANG KUAT BERAKAR DALAM FIRMAN-NYA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVI – Rabu, 24 Juli 2013)

YESUS MENGAJAR DARI ATAS PERAHUPada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Lalu datanglah orang banyak berbondong-bondong dan mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya, “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah tanaman-tanaman itu dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Mat 13:1-9)

Bacaan Pertama: Kel 16:1-5,9-15; Mazmur Tanggapan: Mzm 78:18-19,23-28

Perumpamaan ini sungguh merupakan sebuah tantangan besar. Sekali sabda Allah ditanam dalam hati kita, kita mempunyai pilihan bagaimana kita akan menanggapi sabda tersebut. Yesus mengajar dengan jelas: Apabila benih gagal berakar dalam diri kita, maka kita tidak akan mampu bertahan ketika menghadapi kesulitan. Tanah yang baik adalah “orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah” (Mat 13:23). Perumpamaan ini menunjukkan bahwa kita dapat memupuk hati kita sehingga, ketika sang penabur menaburkan benihnya ke dalam diri kita, maka kita akan siap untuk menerima benih (sabda/firman) itu dan memahaminya agar dengan demikian dapat berbuah.

Bagaimana kita dapat menjadi tanah yang baik dan subur? Kita dapat mulai dengan memohon kepada Roh Kudus untuk mengisi diri kita dengan suatu hasrat yang tulus akan sabda Allah dan suatu keterbukaan terhadap kuasa sabda Allah itu guna mentransformasikan kita. Kita juga dapat membuat diri kita tersedia bagi Allah sehingga “benih” di dalam diri kita dapat menghasilkan akar yang dalam serta kuat, dan dapat menghasilkan buah secara berlimpah-limpah. Melalui doa-doa harian, bacaan dan studi Kitab Suci serta partisipasi aktif dalam Misa Kudus, kita dapat membawa makanan bagi diri kita secara konstan, menciptakan suatu keadaan di mana benih sabda Allah dapat bertumbuh dan menjadi produktif.

parable of the sower - 02Disamping hati yang baik, jujur dan taat, kita juga membutuhkan kesabaran kalau mau melihat tanaman itu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat. Selagi kita berjalan melalui kehidupan kita ini, pastilah kita mengalami berbagai godaan, masalah dan kesulitan. Barangkali kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit sabda itu sehingga tidak berbuah (Mat 13:22). Namun Allah memerintah dalam hati yang kuat berakar pada sabda-Nya. Allah akan melihat kita melalui waktu-waktu di mana kita tergoda untuk mengambil jalan-mudah, atau ketika kita mengalami distraksi (pelanturan) yang disebabkan oleh berbagai tuntutan atas waktu dan perhatian kita. Yesus, sang Firman/Sabda Allah, akan menjaga hati kita agar tetap lembut dan lunak. Kalau kita menantikan-Nya dengan sabar, maka Dia tidak akan mengecewakan kita.

Marilah kita menerima sabda Allah dengan kesabaran dan penuh kepercayaan. Marilah kita minta kepada Roh Kudus untuk menanam sabda-Nya dalam-dalam pada diri kita, sehingga tidak ada yang dapat mencabutnya, apakah Iblis, atau godaan-godaan, atau kekayaan, atau kenikmatan-kenikmatan yang ditawarkan dunia. Baiklah kita memusatkan pikiran dan hati kita pada sabda-Nya, mohon kepada Roh Kudus untuk membawa sabda-Nya itu ke dalam diri kita. Baiklah kita membuat Kitab Suci sebagai fondasi kita yang kokoh-kuat.

DOA: Bapa surgawi, berkat rahmat-Mu buatlah agar hidup kami berbuah demi kemuliaan-Mu. Tumbuhkanlah dalam hati kami suatu hasrat untuk menerima sabda-Mu. Ubahlah hati kami supaya menjadi tanah yang baik dan subur bagi sabda-Mu untuk tumbuh dan berbuah. Amin.

Catatan: Bagi anda yang berniat untuk mendalami bacaan Pertama pada hari ini (Kel 16:1-5,9-15), bacalah tulisan yang berjudul “ALLAH MEMBERIKAN YESUS KRISTUS: ROTI KEHIDUPAN” (bacaan tanggal 24-7-13), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 13-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2013.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 20-7-11 dalam situs/blog PAX ET BONUM)

Cilandak, 15 Juli 2011 [Pesta St. Bonaventura, Uskup-Kardinal & Pujangga Gereja]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

IBU DAN SAUDARI-SAUDARA YESUS

IBU DAN SAUDARI-SAUDARA YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XVI – Selasa, 23 Juli 2013)

YESUS DI GEREJA ORTODOX SIRIAKetika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Lalu seorang berkata kepada-Nya, “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” Tetapi jawab Jesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya, “Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya, “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku.” (Mat 12:46-50)

Bacaan Pertama: Kel 14:21-15:1; Mazmur Tanggapan: Kel 15:8-10,12,17

“Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?” (Mat 12:48). Mengapa Yesus mengajukan pertanyaan seperti ini? Tentu saja Dia mengenal para anggota keluarganya. Namun Ia ingin menyampaikan sebuah pesan penting: Menjadi anggota keluarga Allah tidak ada urusannya dengan hubungan darah dan sepenuhnya berurusan dengan pertobatan, iman, dan ketaatan kepada-Nya dari hari ke hari.

Allah tidak mempunyai cucu. Orang-orang tidak menjadi anggota-anggota keluarga-Nya hanya sekadar karena asosiasi dengan orang-orang Kristiani lainnya. Setiap orang harus menjadi seorang anak Allah melalui tanggapannya sendiri terhadap rahmat Allah. Latar belakang keluarga dan budaya tidak pernah dapat mengambil tempat “iman pribadi kepada Allah”. Kita tidak dapat mengklaim keanggotaan dalam keluarga Yesus karena keluarga kita itu religius, atau karena kita berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, atau karena kita memberi uang untuk gereja. Sama sekali tidak! Yesus menyatakan dengan jelas: “… siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku” (Mat 12:50).

Memang benar, rahmat Allah diberikan kepada kita secara bebas dan gratis pada waktu kita dibaptis. Namun iman pribadi kepada Kristus, persaudaraan sejati dengan Dia, bersumber pada rahmat itu untuk mengembangkan suatu hidup ketaatan kepada Allah. Yesus mengingatkan bahwa “bukan setiap orang yang berseru kepada-Nya Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa-Nya yang di surga” (lihat Mat 7:21), artinya hanya mereka yang mengakui-Nya sebagai Tuhan dan taat kepada sabda-Nya. Yesus juga mengatakan bahwa tanda yang membedakan para murid-Nya dengan orang-orang lain adalah saling mengasihi di antara mereka seperti Dia sendiri telah mengasihi mereka (lihat Yoh 13:34-35). Selagi kita hidup di bawah atap rumah Bapa, taat pada “peraturan rumah tangga”-Nya, dan hidup seperti Yesus hidup, maka kita dapat diindentifikasikan sebagai anggota-anggota keluarga-cintakasih-Nya. Yesus adalah Saudara tua kita, dan sebagai anggota keluarga-Nya wajarlah apabila kita memiliki keserupaan dengan diri-Nya.

Hidup sebagai anggota-anggota keluarga Yesus menyangkut tindakan membuang hidup dosa kita yang lama dan secara berkesinambungan mengalami proses pembentukan kembali ke dalam keserupaan dengan Yesus, selagi kita menyerahkan diri kita kepada rahmat-Nya. Hal ini mempunyai implikasi konkret atas cara hidup kita setiap hari. Cukup seringkah kita bertanya kepada Tuhan Yesus, “Apakah yang harus kulakukan dalam situasi ini” atau “Yesus, bagaimana Engkau akan menangani ini? Ketaatan terkadang dapat terasa sulit, namun ada berkat besar dan kebebasan dalam hal menjadi saudari dan saudara Kristus.

DOA: Tuhan Yesus, berikanlah kepadaku sebuah hati yang taat. Dengan ini aku menyerahkan hati dan pikiranku kepda-Mu. Buanglah segala sesuatu dalam diriku yang bukan berasal dari-Mu, agar dengan demikian hanya Engkaulah yang tetap ada dalam diriku. Yesus, jadikanlah hatiku seperti hati-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kel 14:21-15:1), bacalah tulisan yang berjudul “BAIKLAH AKU MENYANYI BAGI ALLAH” (bacaan tanggal 23-7-13) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori 13-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2013.

Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 12:46-50), bacalah tulisan yang berjudul “SIAPAKAH IBU-KU? SIAPAKAH SAUDARA-SAUDARA-KU?” (bacaan tanggal 19-7-11) dalam situs /blog SANG SABDA.

Cilandak, 17 Juli 2013

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SETIAP HARI KITA DAPAT MENDENGAR SUARA YESUS

SETIAP HARI KITA DAPAT MENDENGAR SUARA YESUS

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Maria Magdalena – Senin, 22 Juli 2013)

OSF: Pesta S. Maria Magdalena, nama pendiri tarekat: Sr. Magdalena Daemen

KEBBANGKITAN - MARIA MAGDALENA DAN YESUSPada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu penutupnya telah diambil dari kubur. Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka, “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.”

Tetapi Maria berdiri di luar kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring sebelumnya. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya, “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka, “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya, “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapa yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu penjaga taman, lalu berkata kepada-Nya, “Tuan, jikalau Tuan yang mengambil Dia katakanlah kepadaku, di mana Tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” Kata Yesus kepadanya, “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani, “Rabuni!”, artinya Guru. Kata Yesus kepadanya, “Janganlah engkau memegang Aku terus, sebab Aku belum naik kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid, “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya. (Yoh 20:1-2,11-18)

Bacaan Pertama: Kid 3:1-4a atau 2Kor 5:14-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 63:2-6,8-9

“Maria!” (Yoh 20:16). Apabila Allah berbicara, maka surga dan bumi pun bergetar. Bayangkanlah betapa rasa takut mencekam orang-orang Israel yang datang bersama Musa ke gunung Sinai yang dikelilingi oleh awan-awan tebal dan api yang berkobar-kobar, walaupun mereka hanya sampai ke kaki gunung saja (bacalah: Kel 19:1-25). Namun di puncak gunung itulah Allah mewahyukan/menyatakan perjanjian-Nya. dengan umat Israel lewat Musa. Demikian pula, betapa takut kiranya Maria Magdalena ketika dia mendapati kubur yang sudah kosong pada hari Paskah pagi (Yoh 20:1). Namun ia akan berjumpa dengan Kristus yang telah bangkit, Tuhan dan Juruselamat yang akan membawa dirinya ke dalam sebuah perjanjian yang baru dan kekal.

Sekarang, marilah kita merenungkan sejenak perjanjian baru yang telah kita terima dalam darah Yesus. Seluruh alam ciptaan adalah milik Allah, namun Ia memilih Israel, dan kemudian Gereja-Nya (Israel yang baru), untuk dipisahkan tersendiri sebagai suatu testimoni yang memancarkan sinar terang kemuliaan-Nya. Dia datang ke Israel dalam awan tebal dlsb. Ia berbicara kepada mereka melalui Musa, sang mediator. Ia datang kepada kita dalam Ekaristi dan berbicara secara langsung kepada hati kita oleh/melalui Roh Kudus-Nya. Maria berjumpa dengan Tuhan yang bangkit dalam suasana intim. Demikian pula kiranya yang terjadi dengan kita masing-masing setiap kali kita datang menghadap hadirat-Nya dalam doa, teristimewa dalam perayaan Ekaristi.

Ketika berkumpul di kaki gunung Sinai, orang-orang Israel sungguh tidak tahan mendengar suara YHWH-Allah (lihat Ibr 12:19-20). Semuanya begitu dahsyat serta menakutkan. Ketika Yesus menyebut nama “Maria”, maka keseluruhan hidupnya pun ditransformasikan. Kesedihan memberi jalan kepada suka-cita dan keputus-asaan memberi jalan kepada pengharapan. Segalanya yang diharapkan oleh Maria Magdalena adalah untuk mendengar suara Tuhan Yesus sendiri yang berbicara langsung kepadanya. Dan Tuhan yang bangkit memperkenankan hal ini terjadi dengan murid-setia-Nya yang perempuan ini!

Hal ini adalah privilese besar dari hidup kita sebagai anak-anak perjanjian baru. Kita tidak datang kepada kegelapan dan kegalauan, melainkan kepada Tuhan Yesus yang lemah-lembut, sang Anak Domba Allah yang disembelih untuk menebus dosa-dosa kita. Dalam Yesus kita dapat menyentuh takhta Allah dan diangkat dari kematian kepada kehidupan. Setiap hari kita dapat mendengar Tuhan Yesus menyebut nama kita. Setiap hari pula kita dapat diangkat sampai ke hadapan takhta Allah. Oleh karena itu, janganlah kita melarikan diri dari suara-Nya yang menyebut-nyebut nama kita.

DOA: Tuhan Yesus, ketika Maria Magdalena dan Maria yang lain menengok kubur-Mu pada hari Paskah pagi, tiba-tiba terjadilah gempa bumi yang hebat (Mat 28:1-2) yang tidak hanya menggoncangkan bumi, melainkan juga hati para murid-Mu. Engkau juga telah berjanji untuk menggoncangkan alam ciptaan lagi pada saat Engkau kembali dalam kemuliaan kelak. Aku menanti-nanti kedatangan-Mu dengan kerinduan yang besar. Datanglah, Tuhan Yesus! (Why 22:20). Datanglah! Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 20:1-2,11-18), bacalah tulisan yang berjudul “MARILAH KITA MENGASIHI YESUS KRISTUS SEPERTI MARIA MAGDALENA MENGASIHI-NYA” (bacaan tanggal 22-7-13) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 13-07 PERMENUNGAN ALKITABIAH JULI 2013.

Cilandak, 17 Juli 2013

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS