Posts from the ‘18-03 BACAAN HARIAN MARET 2018’ Category

YESUS ADALAH JURUSELAMAT KITA YANG SEJATI

YESUS ADALAH JURUSELAMAT KITA YANG SEJATI

(Bacaan Kitab Suci Misa Kudus, TRI HARI PASKAH: MALAM PASKAH – Sabtu, 31 Maret 2018)

Berfirmanlah TUHAN (YHWH) kepada Musa: “Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering. Tetapi sungguh aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda. Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa akulah YHWH, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda.”

Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan rombongan orang Israel, dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu.

Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu YHWH menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.

Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka – segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda – sampai ke tengah-tengah laut. Dan pada waktu jaga pagi, YHWH yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu. Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: “Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab YHWH-lah yang berperang untuk mereka melawan Mesir.”

Berfirmanlah YHWH kepada Musa: “Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda.” Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir ke tengah-tengah laut. Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka. Tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Demikianlah pada hari itu YHWH menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut. Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan YHWH terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada YHWH dan mereka percaya kepada YHWH dan kepada Musa, hamba-Nya itu.

Pada waktu itu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian ini bagi YHWH yang berbunyi: “Baiklah aku menyanyi bagi YHWH, sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut.” (Kel 14:15-15:1) 

Pada hari SABTU SUCI kita mengalami keheningan dan sepinya makam sementara Yesus “tidur dalam kematian”, seakan-akan beristirahat dari penderitaan sengsara-Nya yang begitu mengerikan dan disusul oleh kematian-Nya di atas kayu salib pada hari Jumat sebelumnya. Lalu, pada malam Paskah ini, kita akan memproklamirkan dalam pengakuan iman (Credo), bahwa Yesus turun ke tempat penantian dan mematahkan cengkeraman Iblis atas umat manusia. Dalam bahasa Inggris, Malam Paskah ini dinamakan Easter Vigil (Vigili Paskah). Vigil berarti berjaga-jaga, bersiap-siaga (Inggris: Vigilance = kewaspadaan; vigilant = waspada; vigilante= semacam pamswakarsa/milisia). Sepanjang malam ini kita akan menantikan penuh antisipasi kebangkitan-Nya untuk membebaskan kita dari kutukan dosa dan memulihkan kita kepada kehidupan kita dalam Allah.

Pada malam ini juga kita akan diingatkan kepada suatu malam di tanah Mesir ribuan tahun lalu, pada saat mana orang-orang Israel berduyun-duyun pergi meninggalkan tempat kediaman mereka menuju pantai Laut Merah, melewati padang gurun setelah sebelumnya malaikat maut melewati rumah-rumah mereka. Di pantai Laut Merah itu mereka terjepit oleh laut di depan mereka dan pasukan Firaun di belakang mereka. Di sana mereka diam sambil bersiap-siaga penuh antisipasi akan campur tangan Allah. Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan rombongan orang Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan  yang tadinya bergerak di depan mereka juga pindah ke belakang rombongan (lihat Kel 14:19).  Bayangkanlah betapa dalam pada saat-saat itu pengharapan orang-orang Israel akan perlindungan dan pembebasan dari YHWH (Allah). Hidup mereka seperti sebutir telur di ujung tanduk saja, jadi tidak ada sesuatu pun yang dapat mereka lakukan, kecuali berdiri dengan iman yang kokoh. Segalanya tergantung kepada kemurahan hati Allah. Sebelumnya Musa sudah mengatakan kepada orang-orang Israel: “YHWH  akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja” (Kel 14:14).

Para murid Yesus juga berada dalam suatu situasi serupa setelah penyaliban Yesus di Kalvari. Tidak ada apa pun atau siapa pun yang dapat menghidupkan kembali Yesus: apakah remuk-redam hati dan penyesalan mendalam Simon Petrus atas penyangkalannya (3 x) terhadap Yesus yang sebelumnya sudah dideklarasikan olehnya sebagai Mesias dan Putera Allah yang hidup, atau apakah pengurapan jenazah Yesus dengan rempah-rempah mahal oleh para perempuan. Sungguh, tidak ada sesuatu pun yang dapat mereka lakukan, kecuali menunggu. Nah, justru pada akhir kemampuan segala sumber daya manusia inilah kuasa Allah memancarkan terang-Nya dengan penuh kemuliaan.

Apabila kita mati terjerat dalam kedosaan, Allah pun akan mengutus Putera-Nya untuk memulihkan kita kembali kepada kehidupan. Bilamana kita ternyata tidak mampu untuk menyelamatkan diri kita sendiri dengan kekuatan kita sendiri (memang pasti tidak bisa!), maka Yesus akan menyelamatkan kita. Apabila kita diperbudak oleh dosa, artinya menjadi budak-budak Iblis, maka Yesus akan mematahkan rantai-rantai yang membelenggu kita dan membebas-merdekakan kita.

Pada malam ini, baiklah kita menantikan Tuhan dan Juruselamat kita, dengan penuh pengharapan agar kuasa Roh Kudus-Nya bergerak dalam diri kita. Yang kita perlukan hanyalah untuk “berdiam dalam keheningan”, dan Ia akan bertindak untuk kita. Bahkan apabila anda tidak dapat menghadiri Upacara Malam Paskah ini, ambillah waktu malam untuk berdiam sambil berjaga-jaga penuh kewaspadaan menantikan terang Kristus memenuhi hati kita dan memancar ke dunia di sekeliling kita. Malam ini adalah malam hari yang paling terberkati ketimbang malam-malam hari lainnya, yaitu malam yang dipilih oleh Allah untuk melihat kebangkitan Kristus dari antara orang mati.

DOA: Yesus Kristus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Segala harapan kami adalah Engkau saja. Melalui kebangkitan-Mu, bebaskanlah kami dari dosa-dosa dan rasa takut kami yang selama ini telah mencekam dan membelenggu kami. Transformasikanlah rasa susah-hati kami menjadi sukacita sejati. Pulihkanlah kami, ya Tuhan, kepada kehidupan di dalam Engkau. Terpujilah nama-Mu selalu! Amin.

Catatan: Untuk mendalami sebuah Bacaan Kitab Suci lainnya malam ini (Rm 6:3-11), bacalah tulisan yang berjudul “MATI TERHADAP DOSA, TETAPI HIDUP BAGI ALLAH DALAM KRISTUS YESUS” (bacaan tanggal 31-3-18) dalam  situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 18-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2018. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011) 

Cilandak, 29 Maret 2018 [HARI KAMIS PUTIH]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

RENCANA ALLAH UNTUK MEMIMPIN KITA KEPADA SUATU KEHIDUPAN YANG PENUH DENGAN KEMULIAAN

RENCANA ALLAH UNTUK MEMIMPIN KITA KEPADA SUATU KEHIDUPAN YANG PENUH DENGAN KEMULIAAN

(Bacaan Pertama Upacara, TRIHARI PASKAH: HARI JUMAT AGUNG, 30 Maret 2018) 

Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia – begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi – demikianlah ia akan membuat tercengang  banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.

Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN (YHWH) dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan YHWH dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan  bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi YHWH  telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan gtipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi YHWH berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak YHWH akan terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak. (Yes 52:13-53:12)

Mazmur Tanggapan: Mzm 31:2,6,12-13,15-17,25; Bacaan Kedua: Ibr 4:14-16; 5:7-9; Bacaan Injil: Yoh 18:1-19:42 

Biarlah bumi sunyi-senyap pada hari ini, karena inilah hari di mana Penciptanya mati. Penampilan Yesus terlihat begitu “rusak” disebabkan oleh penyaliban sehingga Dia kelihatan lebih-lebih sebagai seekor hewan kurban daripada seorang manusia. Yesus mencurahkan darah-Nya dan menyerahkan hidup-Nya sebagai pengganti dari hukuman yang sebenarnya pantas kita terima karena dosa-dosa kita. Walaupun kerajaan-Nya bukan dari dunia ini, Yesus akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya kelak untuk menghakimi orang hidup dan mati.

Yesus – sang Raja dari segala raja – datang ke tengah dunia dalam keadaan yang dina, lahir di kandang hewan, anak laki-laki dari seorang tukang kayu miskin dari Nazaret, sebuah “kampung” kecil di Galilea. Dia ikut ambil bagian dalam kepedihan hidup orang-orang miskin, orang-orang sakit, dan orang-orang yang tertindas dalam masyarakat. Ia melayani kebutuhan-kebutuhan mereka, baik kebutuh fisik maupun kebutuhan spiritual. Akan tetapi, bagaimana pun banyaknya perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh-Nya, Dia dihina dan ditolak oleh sebagian besar pemuka/pemimpin agama Yahudi pada waktu itu. Yesus mengasihi setiap orang yang dijumpai-Nya dan menerima undangan-undangan makan dengan orang-orang dari setiap tingkatan dalam masyarakat. Ia ingin agar mereka tahu bahwa Bapa surgawi sangat mengasihi mereka. Namun pada akhirnya Dia ditolak. Malahan kelihatan seakan-akan Allah telah melupakan diri-Nya, …… membuang-Nya!

Marilah sekarang kita bertanya kepada diri kita masing-masing: “Apakah aku sungguh menghargai kenyataan bahwa untuk menebus dosa-dosakulah Yesus mati di kayu salib? Sampai berapa mendalam kebenaran ini mempengaruhi kehidupanku sehari-hari? Sadarkah aku bahwa walaupun aku telah banyak berdosa, Allah tetap mengasihiku dan memanggil aku untuk menerima kasih-Nya? Apakah aku mengasihi sang “Anak Domba Allah” yang mengambil tanggung-jawab untuk segala dosaku? “Sama seperti kita, Ia telah dicobai, hanya saja Ia tidak berbuat dosa” (Ibr 4:15). Memang Yesus tidak mempunyai dosa apapun, namun Ia diadili dalam “pengadilan dagelan”, disiksa, dihukum sampai mati di atas kayu salib. Ia tidak mengeluh dan Ia menerima penderitaan sengsara-Nya …… demi kita.

Yesus melihat ke depan bahwa setelah kematian-Nya, kita akan diberkati apabila percaya kepada-Nya. Hal itu sangat membuat-Nya penuh sukacita. Yesus sungguh rindu untuk melihat kita menerima penebusan kita. Sekarang, dapatkah anda menerima kehendak Allah untuk memanggul salib anda, menyangkal diri, dan mengikut Yesus? Dapatkah anda menaruh kepercayaan pada rencana Allah untuk memimpin anda kepada suatu kehidupan penuh kemuliaan? Ia sekarang telah bangkit, oleh karena itu baiklah kita bersama sang pemazmur berseru kepada kepada-Nya: “Engkau membebaskan aku, ya TUHAN (YHWH), Allah yang setia” (Mzm 31:6).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku percaya bahwa Engkau mencurahkan darah-Mu untuk mengampuni dosa-dosaku dan untuk menawarkan kepadaku suatu kehidupan baru. Bebas dari rasa bersalah dan malu, dengan berani aku mendekati takhta Bapa surgawi. Aku menerima anugerah darah dan kuasa-Mu untuk mengatasi godaan dan mengampuni orang-orang yang bersalah kepadaku. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Yes 52:13-53:12), bacalah tulisan berjudul “KEMATIAN DAN KEBANGKITAN YESUS SEBAGAI PUSAT SEGALANYA” (bacaan tanggal 30-3-18) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori 18-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2018. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2012) 

Cilandak, 28 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SEBAGAIMANA YHWH MEMBEBASKAN ORANG ISRAEL DARI PERBUDAKAN DI TANAH MESIR, YESUS MEMBEBASKAN KITA DARI PERBUDAKAN DOSA

SEBAGAIMANA YHWH MEMBEBASKAN ORANG ISRAEL DARI PERBUDAKAN DI TANAH MESIR, YESUS MEMBEBASKAN KITA DARI PERBUDAKAN DOSA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, TRI HARI PASKAH: KAMIS PUTIH, 29 Maret 2018)

Berfirmanlah TUHAN (YHWH) kepada Musa dan Harun di tanah Mesir: “Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu; itu akan menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun. Katakanlah kepada segenap jemaah Israel: Pada tanggal sepuluh bulan ini diambillah oleh masing-masing seekor anak domba, menurut kaum keluarga, seekor anak domba untuk tiap-tiap rumah tangga. Tetapi jika rumah tangga itu terlalu kecil jumlahnya untuk mengambil seekor anak domba, maka ia bersama-sama dengan tetangganya yang terdekat ke rumahnya haruslah mengambil seekor, menurut jumlah jiwa; tentang anak domba itu, kamu buatlah perkiraan menurut keperluan tiap-tiap orang. Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing. Kamu harus mengurungnya sampai hari yang keempat belas bulan ini; lalu seluruh jemaat Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja. Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya. Dagingnya harus dimakan mereka pada malam itu juga; yang dipanggang mereka harus makan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit.

Dan beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; buru-burulah kamu memakannya; itulah Paskah bagi YHWH.

Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, YHWH. Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat daripada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir. Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya. (Kel 12:1-8,11-14) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 116:12-13,15-18; Bacaan Kedua: 1Kor 11:23-26; Bacaan Injil: Yoh 13:1-15

Hari ini, pada awal Tri Hari (Triduum) Paskah yang agung, cocoklah apabila kita membaca narasi tentang orang-orang Israel yang sedang bersiap-siap untuk meninggalkan hidup perbudakan mereka di Mesir. Selama akhir pekan yang penuh kuasa dan rahmat ini, Allah memanggil kita juga untuk mempersiapkan diri untuk “keluaran” (exodus) kita sendiri menuju kebebasan yang telah dimenangkan oleh Putera-Nya yang tunggal, lewat kematian-Nya di kayu salib di Kalvari.

Sepanjang pekan ini, kita telah bertanya terus, “Apakah yang telah dicapai oleh Salib Kristus?” Sore ini, dalam cerita tentang Paskah yang pertama, kita dapat melihat sebuah “pratanda” dari darah yang akan dicurahkan oleh Yesus dari atas kayu salib, dan kuasa dari darah itu untuk mengalahkan dosa dan maut. Pada Paskah pertama, orang-orang Israel harus membubuhkan pada kedua tiang pintu rumah mereka dan juga ambangnya dengan darah anak domba (kambing) jantan yang mereka sembelih, sebagai perlindungan dari malaikat pembunuh. Anak domba itu tidak boleh bercacat, seperti Yesus yang tanpa dosa – suatu kurban persembahan kepada Bapa yang sempurna dan sepenuhnya dapat diterima. Sekarang, karena Dia mencurahkan darah-Nya bagi kita, Yesus juga telah memenangkan bagi kita perlindungan melawan kekuatan-kekuatan jahat.

Ketika Allah melihat darah Yesus, maka maut (kematian) dan dosa melewati kita (Paskah=Dia lewat). Melalui iman akan darah-Nya, kita mengalami “keluaran” kita sendiri dari perbudakan dosa dan dibawa ke hadapan hadirat-Nya. Upaya-upaya kita untuk membebaskan diri kita sendiri, untuk menyenangkan hati Allah, tidak akan berhasil sepenuhnya. Oleh karena itu, daripada mencoba untuk membuat diri kita kudus dengan mengandalkan kekuatan atau kerja keeras kita sendiri, kita harus yakin bahwa kita dilindungi oleh darah sang Anak Domba. Dengan demikian barulah kita mengenal dan mengalami perlindungan dari sengat dan tipu-daya si Jahat, juga pembebasan/pelepasan dari kuasa dosa.

YHWH menebus orang-orang Israel dari tanah Mesir, demikian pula Yesus juga menebus kita. Seperti Musa yang telah membebaskan orang-orang Israel dari penindasan Firaun, Yesus juga telah membebaskan kita dari perbudakan dosa/Iblis. Sementara kita memasuki akhir pekan yang penuh rahmat dan kuasa ini, marilah kita menaruh di hadapan-Nya segala hal yang selama ini telah membelenggu kita dengan cara-cara dunia ini. Marilah kita memohon kepada-Nya untuk menunjukkan kepada kita kemuliaan-Nya selagi kita menantikan-Nya pada akhir pekan ini.

DOA: Tuhan Yesus, Engkau adalah Penebus dan Juruselamatku. Dalam tiga hari ke depan ini aku menanti-nantikan kebangkitan-Mu dengan tongkat di tanganku, dengan kasut pada kakiku, dan pinggang yang terikat, siap untuk mengikuti Engkau menuju kebebasan sejati. Terpujilah Engkau selalu, ya Tuhan Yesus. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 13:1-15), bacalah tulisan yang berjudul “PEMBASUHAN KAKI PARA MURID OLEH GURU DAN TUHAN MEREKA” (bacaan tanggal 29-3-18) dalam situs/blog PAX ET BONUM  http://catatanseorangofs.wordpress.com;  kategori: 18-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2018. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011) 

Cilandak, 24 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

LEBIH BAIK BAGI ORANG ITU SEKIRANYA IA TIDAK DILAHIRKAN

LEBIH BAIK BAGI ORANG ITU SEKIRANYA IA TIDAK DILAHIRKAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI RABU DALAM PEKAN SUCI – 28 Maret 2018)

Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata, “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.

Pada hari pertama dari hari raya Roti tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata, “Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” Jawab Yesus, “Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: Waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.” Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.

Setelah hari malam Yesus duduk makan bersama-sama dengan keduabelas murid itu. Ketika mereka sedang makan, Ia berkata, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, salah seorang dari antara kamu akan menyerahkan Aku.” Lalu dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya, “Bukan aku, ya Tuhan?” Ia menjawab, “Dia yang  bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam mangkuk ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan. Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu berkata, “Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya, “Engkau telah mengatakannya.” (Mat 26:14-25) 

Bacaan Pertama: Yes 50:4-9a; Mazmur Antar-bacaan: Mzm 69:8-10, 21-22,31,33-34 

Mengapa Yudas mengkhianati Yesus? Kita dapat menemukan jawaban terhadap pertanyaan ini dalam konflik antara “daging” dan “roh” yang ada dalam setiap orang. Kehidupan Yudas Iskariot dikemudikan oleh dorongan dalam dirinya yang begitu kuat untuk memuliakan-diri sendiri (Inggris: a strong sense of self-glorification) dan hal ini memungkinkan kedagingannya bergerak  bebas ke sana ke mari.

Hasrat-hasrat kedagingan Yudas (dan para murid lainnya) bertentangan secara tajam dengan hasrat perempuan yang datang ketika Yesus berada dalam rumah Simon si kusta di Betania; dia yang mengurapi Yesus dengan minyak wangi yang mahal (Mat 26:6-7). Dari sudut pandang yang rasional, reaksi mendongkolkan dari Yudas (dan para murid lainnya) terhadap pengurapan perempuan itu atas diri Yesus kiranya mengandung kebenaran juga. Uang sejumlah 300 dinar dari hasil penjualan minyak narwastu yang mahal itu memang dapat menolong banyak orang yang membutuhkan (Mat 26:9). Akan tetapi, sebenarnya “orang miskin” bukanlah keprihatinan si Yudas; dia hanyalah seorang “koruptor” yang munafik. Hal ini terungkap dalam Injil Yohanes yang mencatat peristiwa serupa, namun terjadi di rumah Lazarus di Betania dan perempuan itu adalah Maria, salah seorang saudara perempuan dari Lazarus (lihat Yoh 12:6). Menurut Yesus perempuan itu justru “telah melakukan perbuatan baik” pada-Nya (Mat 26:10). Dia  sungguh mencari Allah dan dalam rohnya dia melihat Yesus sebagai Pribadi yang datang untuk memberikan kehidupan bagi dunia. Ungkapan cinta-kasih dan syukurnya sungguh memuliakan Yesus, teristimewa sebagai persiapan penguburan-Nya (Mat 26:12; Mrk 14:8).

Di taman Getsemani, Yesus menasihati Petrus: “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang berniat  baik, tetapi tabiat manusia lemah” (Mat 26:41). Yudas tidak dapat bertahan dalam menghadapi dan menanggung “saat-saat pencobaan” karena dia tidak pernah mencari Allah, untuk mengenal-Nya dalam roh. Karena tidak mampu melihat rencana Allah yang lebih besar, nanti kita akan melihat bahwa Yudas menjadi putus-asa dan menggantung dirinya sendiri (Mat 27:3-5). Akan tetapi, Petrus berhasil bertahan pada “saat-saat pencobaan”. Seperti juga halnya dengan Yudas, dia mengalami kegalauan karena telah mengkhianati Yesus (Mat 26:75), namun – tidak seperti Yudas – Petrus juga terbuka bagi Roh Kudus. Pada hari Pentakosta, Petrus dipenuhi dengan Roh Kudus dan dalam rohnya memahami keindahan dari rencana penyelamatan Allah. Kemudian dia bertindak atas dasar pengalaman ini dan mulai mewartakan Injil dengan penuh kuat-kuasa (Kis 2:14-36).

Semakin kita melangkah maju untuk memperoleh penerangan atas roh kita dengan kebenaran-kebenaran ilahi, semakin banyak pula kita akan dituntun oleh Roh Kudus dan semakin sedikit pula kita akan hidup dalam daging. Dengan taat menekuni resolusi-resolusi kita untuk masa Prapaskah, kita bekerja-sama dengan rahmat allah dan mulai untuk hidup dalam roh secara lebih mendalam.

DOA: Datanglah, Roh Kudus Allah. Ajarlah kami untuk membuka diri bagi kehadiran Allah. Tolonglah kami untuk membuang segala cara kedagingan dan hidup dalam roh ketika kami memeluk rencana Allah yang penuh kasih bagi kami semua dalam Kristus. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 26:14-25), bacalah tulisan berjudul “KATA YESUS KEPADA YUDAS: ENGKAU TELAH MENGATAKANNYA” (bacaan tanggal 28-3-18) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 18-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2018. 

Cilandak, 24 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TERANG BAGI BANGSA-BANGSA

TERANG BAGI BANGSA-BANGSA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, HARI SELASA DALAM PEKAN SUCI – 27 Maret 2018) 

Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh! TUHAN (YHWH)  telah memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku. Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya. Ia berfirman kepadaku: “Engkau adalah hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku.” Tetapi aku berkata: “Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna; namun, hakku terjamin pada YHWH dan upahku pada Allahku.” Maka sekarang firman YHWH, yang membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya, dan supaya Israel dikumpulkan kepada-Nya – maka aku dipermuliakan di mata YHWH, dan Allahku menjadi kekuatanku – , firman-Nya “Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.” (Yes 49:1-6) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 71:1-6,15,17; Bacaan Injil: Yoh 13:21-33,36-38

Allah orang Israel adalah Allah yang Mahabesar, dan rencana-Nya adalah juga rencana yang besar dan agung. Betapa dalam kasih-Nya! Dalam hikmat-kebijaksanaan-Nya, Allah (YHWH) memanggil Israel untuk menjadi saksi dari kemuliaan-Nya dan otoritas-Nya. Dengan memegang teguh hubungan perjanjian mereka dengan YHWH, maka mereka akan mengenal dan mengalami berkat-Nya dan memberi kesaksian kepada dunia bahwa YHWH adalah Allah  yang satu dan benar.

Akan tetapi, pada masa nubuatan ini diserukan, Israel bukanlah sedang terang bercahaya sehingga sungguh berfungsi sebagai “terang bagi bangsa-bangsa” (lihat Yes 49:6). Kota suci Yerusalem sudah luluh lantak, Bait Suci sudah hancur berantakan dan praktis rata dengan tanah; orang-orang Yahudi digiring keluar dari tanah mereka menuju pembuangan Babel. Tentu orang-orang Yahudi dapat mengidentifikasikan diri mereka dengan keluhan serta ratapan sang Nabi: “Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna” (Yes 49:4). Namun demikian, justru dalam situasi hampir putus-asa dan terhina inilah orang-orang Yahudi di pembuangan belajar betapa penuh komitmen Allah pada janji-janji-Nya. Mereka tidak lagi menggantungkan diri pada Bait Suci dan tanah milik mereka untuk membuktikan bahwa Allah mengasihi mereka, melainkan belajar bahwa Dia ingin memenuhi diri mereka – pribadi lepas pribadi – dengan  kasih-Nya dan dengan demikian membuat mereka menjadi saksi-saksi-Nya, apa pun keadaaannya.

Yesus mengatakan bahwa diri-Nya adalah TERANG DUNIA (lihat Yoh 8:12; 9:5). Memang di atas segalanya, Yesus adalah terang Allah kepada bangsa-bangsa, bahkan dalam sengsara dan wafat-Nya. Dalam keadaan lemah dan dina sedemikian, Yesus menggantungkan diri sepenuhnya kepada janji-janji Allah, percaya bahwa Bapa-Nya akan tetap bersama Dia dan tindakan Yesus akan diberi ganjaran oleh Bapa-Nya. Ditinggikan melalui kebangkitan-Nya, Yesus menjadi “terang bagi bangsa-bangsa” yang sejati, yang mendatangkan keselamatan “sampai ke ujung bumi” (Yes 49:6). Sekarang, setiap orang diundang ke dalam kerajaan Allah. Tidak seorang pun yang dikesampingkan.

Kita semua telah mengalami bagaimana rasanya frustrasi dan patah semangat. Barangkali ketika seorang anggota keluarga kita meninggalkan jalan Tuhan dan menghindar dari persekutuan kita. Kita mungkin masih bergumul terus dengan dosa-dosa kita. Atau mungkin juga memori-memori masa lalu telah membelenggu kita dalam rasa takut yang mencekam dan ketiadaan pengharapan. Seperti Yesus, sang Hamba YHWH Perjanjian Baru, kita pun dapat belajar dari berbagai kesulitan ini suatu ketergantungan kepada Allah yang lebih mendalam. Bahkan dalam saat-saat yang paling gelap sekali pun dalam kehidupan kita, Allah selalu beserta kita. Dia mengajar kita dan mengajar kita agar  benar-benar menjadi seturut gambar dan rupa-Nya (lihat Kej 1:26-27). Marilah kita membuka hati kita kepada-Nya dan memperkenankan Roh Kudus-Nya untuk menghibur dan memperkuat kita. Dalam setiap situasi, Allah selalu beserta kita, minta kepada kita agar mempercayai-Nya. Marilah kita membuat hati kita siap menerima janji-janji-Nya untuk membuat kita menjadi “terang yang mencerminkan kemuliaan-Nya kepada seluruh dunia”.

DOA: Bapa surgawi, bukalah mata kami agar mampu melihat betapa agung rencana-Mu bagi kami semua. Tolonglah aku untuk melihat apakah makna sesungguhnya dari segalanya yang terjadi atas diri kami dalam membentuk kami dan memperdalam hidup kami dengan Engkau. Yesus, kami ingin menjadi terang-Mu bagi dunia ini. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 13:21-33,36-38), bacalah tulisan yang berjudul “PERBUATLAH DENGAN SEGERA” (bacaan tanggal 27-3-18) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 18-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2018. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011) 

Cilandak, 24 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KAMI MENYEMBAH ENGKAU, TUHAN YESUS KRISTUS, DI SINI DAN DI SEMUA GEREJA-MU YANG ADA DI SELURUH DUNIA

KAMI MENYEMBAH ENGKAU, TUHAN YESUS KRISTUS, DI SINI DAN DI SEMUA GEREJA-MU YANG ADA DI SELURUH DUNIA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI SENIN DALAM PEKAN SUCI 26 Maret 2018)

Enam hari sebelum Paskah, Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedangkan salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Lalu Maria mengambil setengah liter minyak narwastu murni yang mahal sekali, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau semerbak minyak itu memenuhi seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata, “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Hal ini dikatakannya bukan karena ia memperhatikan orang-orang miskin, melainkan karena ia seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Lalu kata Yesus, “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada bersama kamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama kamu.”

Sejumlah besar orang Yahudi mendengar bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala berencana untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus. (Yoh 12:1-11) 

Bacaan Pertama: Yes 42:1-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 27:1-3,13-14 

Dalam pekan sebelum kematian-Nya, Yesus tinggal di Betania yang terletak dekat Yerusalem. Ia tiba “enam hari sebelum Paskah” (lihat Yoh 12:1), menyediakan cukup waktu persiapan untuk pesta besar di kota suci itu dan juga persembahan kurban-Nya yang terakhir. Marilah kita semua mengikuti teladan Yesus pada pekan yang istimewa ini. Marilah kita memperlakukan hari-hari ini sebagai suatu waktu untuk mempersiapkan kedatangan Hari Raya Paskah dengan memperdalam pemahaman kita akan makna penebusan Yesus.

Kita telah mendengar bahwa pengampunan atas dosa-dosa kita adalah berkat pertama yang mengalir dari atas kayu salib Yesus. Namun sebenarnya ada begitu banyak lagi berkat lain! Maria dari Betania menunjukkan satu berkat ketika keluarganya menjamu Yesus. Belum lama berselang Yesus membangkitkan saudaranya Lazarus dari kematian, sehingga tentunya ada suatu rasa takjub dalam ruang perjamuan. Maria memahkotai perjamuan itu ketika dia meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu murni yang mahal sekali, dan menyekanya dengan dengan rambutnya (lihat Yoh 12:3).

Jauh dari perbuatan yang sia-sia (buang-buang minyak narwastu seharga tiga ratus dinar), tindakan luarbiasa dari Maria itu merupakan tindakan yang benar di mata-Nya. Bagi Maria sendiri tindakan itu mungkin merupakan tanda atau ungkapan kasih dan syukur atas kasih Yesus yang ditunjukkan oleh-Nya dengan membangkitkan Lazarus. Pada tataran yang lain, tindakannya menunjukkan sejenis penyembahan (adorasi) dan puji-pujian yang secara alami akan muncul pada saat seseorang mengkontemplasikan kasih yang telah ditunjukkan Allah kepada dirinya.

Dalam doa kita hari ini, baiklah kita mengkontemplasikan kasih yang telah dicurahkan Yesus pada kayu salib. Oleh kematian-Nya, dimungkinkanlah bagi kita untuk ditarik ke dalam persekutuan (communio) yang intim/akrab dengan diri-Nya. Kasih-Nya bagi kita adalah kekal-abadi, senantiasa segar, tanpa syarat, dan kreatif. Dia telah menyelamatkan kita dari kematian dan memenuhi diri kita dengan hidup ilahi. Yesus sungguh ingin memegang, merangkul anda dan saya erat-erat agar dekat pada hati-Nya.

Biarlah kebenaran-kebenaran ini mengendap ke dalam hati kita masing-masing. Kita memang mempunyai tanggung-jawab terhadap orang-orang miskin, keluarga dan komunitas masing-masing, namun dalam pekan suci ini baiklah kita membuat suatu komitmen istimewa untuk melakukan penyembahan kepada Yesus yang begitu mengasihi kita semua. Marilah kita “buang” waktu dan energi kita untuk melakukan sembah-bakti pada pekan istimewa ini, sehingga dengan demikian pancaran harum-mewangi dari penyembahan anda dan saya dapat memenuhi seluruh rumah Allah.

DOA: Kami menyembah Engkau, Tuhan Yesus Kristus, di sini dan di semua Gereja-Mu yang ada di seluruh dunia, dan kami memuji Engkau, sebab Engkau telah menebus dunia dengan salib-Mu yang suci. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Yes 42:1-7), bacalah tulisan yang berjudul “HAMBA YHWH PERJANJIAN BARU ADALAH YESUS SENDIRI” (bacaan tanggal 26-3-18) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 18-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2018. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2012) 

Cilandak, 22 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

HOSANA DI TEMPAT YANG MAHA TINGGI!

HOSANA DI TEMPAT YANG MAHA TINGGI!

(Bacaan Perarakan pada HARI MINGGU PALMA MENGENANGKAN SENGSARA TUHAN [Tahun B],  25 Maret 2018)

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah mendekati Yerusalem, dekat Betfage dan Betania yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan, “Pergilah ke desa yang di depanmu itu. Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan segera menemukan seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskan keledai itu dan bawalah ke mari. Jika ada orang mengatakan kepadamu: Mengapa kamu lakukan itu, jawablah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya ke sini.” Mereka pun pergi, dan menemukan seekor keledai muda tertambat di depan pintu di luar, di pinggir jalan, lalu melepaskannya. Beberapa orang yang berdiri di situ berkata kepada mereka, “Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu lepaskan keledai itu?” Lalu mereka menjawab seperti yang sudah dikatakan Yesus, maka orang-orang itu membiarkan mereka mengambilnya. Lalu mereka membawa keledai muda itu kepada Yesus, dan mengalasinya dengan pakaian mereka, kemudian Yesus naik ke atasnya. Banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang. Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru, “Hosana! Terpujilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Terpujilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!” (Mrk 11:1-10) 

Bacaan Perarakan Alternatif: Yoh 12:12-16

Dalam merenungkan bacaan Injil karangan Markus ini, kita sungguh harus berhati-hati, karena ada hal-hal yang berbeda dengan cerita tentang peristiwa yang sama seperti ditemukan dalam kitab-kitab Injil lainnya (Mat 21:1-17; Luk 19:28-48; Yoh 12:12-19). Ada kesan bahwa ini bukanlah prosesi masuk ke kota Yerusalem dengan penuh kemenangan (lihat Mrk 11:11), juga tidak ada indikasi penduduk Yerusalem pergi ke luar untuk mengambil bagian dalam prosesi itu. Kelihatannya orang-orang yang terlibat adalah para pengikut Yesus sendiri. Mereka tidak memanggil Yesus dengan kata “raja”, tetapi mengacu pada kedatangan kerajaan Daud untuk terakhir kali (Mrk 11:10). Bahkan ranting-ranting dan daun palma tidak disebut-sebut sama sekali. Dibandingkan dengan versi Matius, di sini Markus tidak mau menonjolkan reaksi dari orang banyak atas kedatangan “raja” mereka….. karena Markus tidak ingin pembaca Injilnya melupakan bahwa Yesus adalah Dia yang telah dipimpin masuk ke kota Yerusalem untuk menyelamatkan mereka dengan cara yang sangat tidak-biasa dilakukan oleh seorang raja, yaitu lewat mati di kayu salib.

Meskipun kedua desa yang disebutkan – Betfage dan Betania – secara khusus tidak memiliki signifikansi (terletak kurang lebih 2½  KM jauhnya dari jalan ke Yerusalem), acuan pada Bukit Zaitun memiliki signifikansi, karena ada satu tradisi yang didasarkan pada Kitab Zakharia (Za 14:4), bahwa Mesias akan menampakkan diri untuk terakhir kalinya di sana. Hal ini, ditambah dengan acuan secara eksplisit pada seekor “keledai muda” (yang mengingatkan kita pada Za 9:9) menunjukkan, bahwa Markus melihat adanya signifikansi mesianis dalam cerita ini. Bagi Markus, memang ini adalah kemunculan Mesias, namun khas Markus, ….. kemunculan Mesias dalam cara dan bentuk sedemikian tidak sungguh-sungguh dapat dipahami, bahkan oleh mereka yang melihatnya.

Arahan-arahan Yesus kepada para murid-Nya, dimaksudkan untuk menunjukkan kuat-kuasa kenabian Yesus, kalau tidak demikian maka hal ini menunjukkan bahwa Yesus lebih mengenal kawasan ini daripada narasi Markus sendiri mampu membimbing kita untuk percaya. Apa pun yang kita pilih, kesannya jelas bahwa peristiwa ini bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Peristiwa itu terjadi sesuai dengan rencana, suatu tema yang terus menerus ditekankan oleh Markus sehubungan dengan sengsara Yesus (misalnya  nubuatan tentang sengsara-Nya secara berulang-ulang).

Penggambaran banyak orang yang menghamparkan pakaian mereka di jalan dan menyebarkan ranting-ranting hidjau mau mempermaklumkan bahwa Yesus adalah Raja (lihat 2Raj 9:13), seperti juga bagaimana Dia naik di atas seekor keledai muda yang tidak pernah ditunggangi sebelumnya. Namun Ia tidak datang sebagai seorang pahlawan militer yang menunggang seekor kuda perang, tetapi seekor keledai muda, sebagai bentara damai-sejahtera Allah (lihat Za 9:9-10). Orang-orang yang berseru diambil dari Mzm 118:25-26, ayat-ayat Kitab Suci yang dibacakan oleh para peziarah hari raya keagamaan dalam doa-doa di pagi hari. Tetapi sekali lagi, dalam perspektif Markus “Hosana” (Ibrani: “Tolonglah kami!”, lihat Mzm 118:25) yang ditujukan kepada Yesus memiliki “nada tambahan” yang ironis. Yesus akan melakukan hal itu, tetapi dengan cara yang akan menyebabkan orang-orang yang sekarang merayakan kedatangan-Nya ke Yerusalem, meninggalkan Dia dan melarikan diri (Mrk 14:50) justru pada saat di mana peristiwa-peristiwa yang memungkinkan pertolongan itu  (kematian Yesus; lihat 10:45) mulai terbentang  Dengan demikian cerita ini melanjutkan narasi Markus mengenai “karir” Yesus yang datang sebagai Mesias dengan cara-Nya yang khas/khusus, yang sebelum sengsara-Nya memang tidak dapat sepenuhnya dipahami.

Dengan demikian, bukan sesuatu yang kebetulan kalau ada dua bacaan Injil dalam liturgi Hari Minggu Palma, pertama guna merayakan kedatangan penuh kemenangan Yesus (Mrk 11:1-10) untuk Tahun B), disusul dengan pembacaan kisah sengsara (Mrk 14:1-15:47). Memang menggembirakan dan menyegarkan untuk bersorak-sorai bagi sebuah tim pemenang, akan tetapi apakah kita sungguh para pengikut Kristus yang tangguh, yang menyatukan diri dengan Dia, bahkan dalam saat-saat penuh frustrasi dan kegagalan? 

DOA: Kristus, aku ingin mengenal Dikau dan kuasa Kebangkitan-Mu secara lebih mendalam lagi. Aku juga mau mengambil bagian dalam sengsara-Mu, supaya akhirnya aku dapat memperoleh kebangkitan dari antara orang mati (Flp 3:10-11). Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Kitab Suci kisah sengsara hari ini (Mrk 14:1-15:47 [Mrk 15:1-39], bacalah tulisan yang berjudul “YESUS INGIN MENGOYAKKAN TIRAI YANG MENGHALANGI KITA DAN BAPA-NYA DI SURGA” (bacaan tanggal 25-3-18) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 18-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2018. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2012) 

Cilandak, 22 Maret 2018] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

FIAT SP MARIA YANG SANGAT MENENTUKAN DALAM SEJARAH KESELAMATAN UMAT MANUSIA

FIAT SP MARIA YANG SANGAT MENENTUKAN DALAM SEJARAH KESELAMATAN UMAT MANUSIA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI RAYA KABAR SUKACITA – Sabtu, 24 Maret 2018)

Dalam bulan yang keenam malaikat Gabriel disuruh Allah pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu datang kepada Maria, ia berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”  Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh anugerah di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapak leluhur-Nya, dan Ia akan memerintah atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-nya tidak akan berkesudahan.”  Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”  Kata Maria, “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Luk 1:26-38) 

Bacaan Pertama: Yes 7:10-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 40:7-11; Bacaan Kedua: Ibr 10:4-10

“Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” (Luk 1:34)

Ini adalah sebuah pertanyaan lugu dari seseorang yang sungguh sedang merasa ragu-ragu. Keraguan seperti ini sah-sah saja karena sangat manusiawi. Malah kalau kita coba sedikit berimajinasi dalam konteks, tentu masih banyak keragu-raguan lain dalam diri Maria pada waktu itu. Misalnya, apakah Yusuf akan percaya dengan pengakuannya, bagaimana sikap masyarakat setempat yang memang tunduk kepada hukum Taurat dengan hukum rajamnya, dan lain-lain.

Malaikat Gabriel menanggapi pertanyaan Maria dengan penjelasan tentang karya Roh Kudus dalam diri Maria, siapa sebetulnya anak yang akan dikandung, keajaiban serupa (tapi tak sama) yang dialami oleh Elisabet, kemudian ditutup dengan pernyataan singkat-jelas: “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil” (1:37). Jawaban Gabriel ini menyejukkan hati Maria, dan iman-kepercayaannya pun semakin diperteguh, sehingga dia pun mampu berkata: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (1:38). Fiat Maria ini sangat menentukan dalam sejarah keselamatan umat manusia.

Fiat ini juga menunjukkan bahwa Maria menempatkan kehendak Allah sebagai top priority-nya. Dia lebih memprioritaskan kehendak Allah daripada hidupnya sendiri, harapan dan masa depannya. Mendahulukan kehendak Allah, teristimewa dalam situasi berat mendung-berawan dan penuh ketidakpastian adalah dasar iman Kristiani yang kokoh-mendalam. Maria memang sempurna dalam hal menyusun skala prioritas dan mengambil keputusan dalam hidupnya, baik yang menyangkut hidup di dunia ini maupun di akhirat. Bagaimana dengan kita? Ingatlah bahwa memprioritaskan kehendak Allah tidak semudah diucapkan, karena sikap dan perilaku seperti itu menuntut keterbukaan hati dan berserah diri secara total kepada rencana dan kehendak-Nya seperti yang telah ditunjukkan oleh Maria. Sikap dan perilaku sedemikian itulah yang senantiasa harus kita ambil.

Maria menyebut dirinya seorang “hamba Tuhan”; hal ini berarti bahwa dia menyandarkan diri sepenuhnya kepada Allah dan kekuatan sabda-Nya. Maria tergolong kaum anawim, orang-orang miskin Allah, yang percaya sepenuhnya akan janji kedatangan Mesias, sang Raja-Penyelamat. Apa yang kita dapat pelajari dari Maria dalam hal ini? Sebagai orang Kristiani yang mendasarkan hidup pada kekuatan sabda Allah, kita pun seharusnya tekun membaca dan  merenungkan sabda Allah dalam Kitab Suci, kemudian kita mengolah pengalaman hidup konkret kita dengan kaca mata iman. Dengan demikian pentingnya Kitab Suci atau Alkitab janganlah dibatasi hanya pada waktu kita terlibat dalam berbagai kegiatan pendalaman Kitab Suci saja, misalnya dalam ruang lingkup lingkungan, wilayah atau paroki.

DOA: Bapa di surga, dengan sikap dan perilaku keterbukaan dan penyerahan diri, Maria mendahulukan kehendak-Mu di atas segalanya, bahkan dengan segala macam risiko sosial yang dihadapinya. Pada waktu itu dia merasa bingung dan belum sepenuhnya memahami segala yang Kaukehendaki dalam rangka rencana keselamatan-Mu atas umat manusia, namun dia menerima dan mengatakan “YA”, suatu tanda ketundukan seorang hamba kepada Tuannya. Karena Fiat  Maria ini kami dapat bertemu dengan Putera-Mu Yesus Kristus dan menjadi murid dan saudara-Nya, dan kami pun dapat menyapa-Mu sebagai Bapa. Ya Allah, Engkau sungguh baik hati, terimalah persembahan pujian kami. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 1:36-48), bacalah tulisan yang berjudul “MARIA DIBERI KABAR OLEH MALAIKAT GABRIEL” (bacaan tanggal 24-3-18) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 18-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2018. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011) 

Cilandak, 21 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

JANGANLAH KITA SAMPAI KEHILANGAN KESEMPATAN

JANGANLAH KITA SAMPAI KEHILANGAN KESEMPATAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Prapaskah – Jumat, 23 Maret 2018)

Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka, “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu, “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menjadikan diri-Mu Allah. Kata Yesus kepada mereka, “Bukankah ada tertulis dalam kitab Tauratmu: Aku telah berfirman: Kamu adalah ilah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut ilah – sedangkan Kitab Suci tidak dapat dibatalkan – masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” Sekali-kali mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.

Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Banyak orang datang kepada-Nya dan berkata, “Yohanes memang tidak membuat satu tanda mukjizat pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini memang benar.” Lalu banyak orang di situ percaya kepada-Nya. (Yoh 10:31-42) 

Bacaan Pertama: Yer 20:10-13; Mazmur Tanggapan: Mzm 18:2-7 

Bagaimana mungkin orang-orang Yahudi, bangsa-Nya sendiri, sampai melawan Yesus  dengan sedemikian hebatnya? Bukankah lebih mudah bagi mereka untuk menerima Dia dan ajaran-Nya? Di sisi lain, kita tidak boleh menolak kenyataan bahwa ajaran Yesus sangatlah susah dan keras, teristimewa bagi orang-orang bagi orang-orang yang bangga (sombong?) akan posisi mereka sebagai umat pilihan Allah. Sebelum pertobatannya, Santo Paulus kiranya tidak dapat menerima kenyataan bahwa Injil diwartakan oleh Petrus dan para rasul – walaupun mereka semua berkebangsaan Yahudi. Kita bisa saja berpikir bahwa Paulus adalah pemenuhan sejati dari pengharapan-pengharapan segenap bangsa Israel.

Memang cukup mengherankanlah kalau ada begitu banyak orang Yahudi yang menolak Dia, namun kita selalu harus mengingat kenyataan bahwa oposisi terhadap Yesus terletak dalam setiap hati manusia, termasuk hati kita masing-masing. Orang-orang Yahudi  telah menyaksikan sendiri begitu banyak mukjizat Yesus dan mendengar khotbah-khotbah-Nya dan perumpamaan-perumpamaan-Nya yang sedemikian membumi, akan tetapi bilamana mereka dikonfrontasikan dengan dosa mereka sendiri dan kebutuhan akan pertobatan, menjadi susahlah untuk menerima Dia. Berapa banyak mukjizat yang kita saksikan sendiri, semua itu tidak akan pernah cukup untuk meyakinkan diri kita. Ada sesuatu dalam hati kita masing-masing yang harus berubah.

Allah ingin agar kita semua mengenali apa saja perlawanan kita terhadap Yesus dan ajaran-Nya, sehinga melalui pertobatan kita akan berbalik kepada-Nya dan mengenal serta mengalami kemerdekaan yang sejati. Allah menginginkan agar kita memeriksa hati nurani kita dan melihat perlawanan terhadap Allah yang kita “bawa-bawa” terus dalam hati kita. Kita dapat memohon kepada Roh Kudus untuk menyelidiki hati kita dan menolong kita melihat kekerasan hati kita. Kekerasan hati dapat mengejawantah dalam kemarahan atau kepahitan. Barangkali ketidaksabaran dan sifat cepat marah. Atau yang terasa lebih halus, adalah kita berpikir bahwa diri kita lebih baik daripada orang-orang lain, atau …… kita bersikap “sombong rohani” (“Aku kan berdoa Ibadat Harian secara teratur?”; “Aku kan berdoa rosario setiap hari”; “Aku kan berdoa Kerahiman Ilahi dengan teratur?”) , kita merasa “better than thou” setiap kali berhadapan dengan orang lain. Apa pun dosa-dosa kita yang spesifik, semua menunjuk pada satu realitas sentral: oposisi terhadap Yesus dan Injil-Nya.

Itulah sebabnya mengapa Gereja menyediakan Sakramen Rekonsiliasi. Allah ingin menunjukkan kepada kita dosa-dosa kita, bukan untuk menghukum kita, melainkan untuk memberikan kepada kita hidup baru dan kebebasan/kemerdekaan. Kemerdekaan yang kita dapat alami manakala kita mengakui dosa-dosa kita memampukan kita untuk berjalan lebih dekat dengan Tuhan Yesus. Oleh karena itu, janganlah sampai kita kehilangan kesempatan untuk berjalan lebih dekat dengan-Nya.

DOA: Roh Kudus Allah, selidikilah hatiku dan tunjukkanlah kepadaku cara-caraku yang salah dalam upayaku membenarkan diriku dan gagal mengakui dosa-dosaku. Aku mengakui bahwa aku adalah seorang pendosa, dan aku menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatku. Berdayakanlah diriku untuk dapat berjalan bersama-Nya dan mengalami kasih-Nya yang memerdekakan. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 10:31-42), bacalah tulisan yang  berjudul “YESUS MENGKLAIM DIRI-NYA SEBAGAI PUTERA ALLAH” (bacaan tanggal 23-3-18) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori 18-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2018. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2012) 

Cilandak, 20 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

PERJANJIAN YANG KEKAL ANTARA ALLAH DAN ABRAHAM

PERJANJIAN YANG KEKAL ANTARA ALLAH DAN ABRAHAM

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan V Prapaskah, Kamis 22-3-18)

 

Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya: “Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja. Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu. Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka.”

Lagi firman Allah kepada Abraham: “Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.” (Kej 17:3-9) 

Mazmur Tanggapan: Mzm 105:4-9; Bacaan Injil: Yoh 8:51-59

“Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu.” (Kej 17:7)

Dengan kata-kata yang disabdakan-Nya kepada Abraham ini, Allah menyatakan secara sekilas betapa Dia rindu untuk menjalin hubungan/relasi dengan umat-Nya. Perjanjian yang dibuat Allah dengan Abraham adalah sebuah perjanjian yang kekal, artinya tidak berhenti pada Abraham melainkan melalui Ishak dan segenap keturunannya. Perjanjian ini meresmikan suatu relasi baru dengan Allah – bahwa Dia akan menjadi Allah kita, bukan Allah yang berdiri jauh-jauh, tetapi Allah yang mempribadi dan akrab dengan umat-Nya. Perjanjian ini juga berbicara mengenai hidup berkelimpahan yang Allah ingin curahkan ke atas umat-Nya. Nama Abram bahkan diubah menjadi Abraham, yang berarti “bapak dari banyak sekali orang.”

Akan tetapi, perjanjian ini bukanlah perjanjian sepihak karena namanya saja  sudah “perjanjian”. Perjanjian ini menyangkut kebersamaan (mutualitas) dan tanggapan. Allah memanggil Abraham dan semua keturunannya untuk mentaati perjanjian ini dan mengasihi-Nya. Dari kelanjutan teks Kitab Suci tentang Abraham ini kita dapat membaca bahwa Allah menginstruksikan kepada Abraham untuk mempraktekkan “sunat” sebagai suatu tanda kasih dan ketaatan tersebut (lihat Kej 17:9-14).

Sepanjang sejarah Israel, Allah mewahyukan secara kian mendalam berkaitan dengan niat-Nya lewat perjanjian yang dibuat-Nya dengan Abraham dan keturunannya melalui Ishak.  Melihat ketidaksetiaan Israel, kemudian Allah menjanjikan suatu “perjanjian baru”, sebuah “perjanjian hati”, di mana Dia akan mengampuni dosa-dosa umat-Nya dan mengajar mereka secara intim dengan menuliskan hukum-hukum-Nya dalam hati mereka (Yer 31:31-34). Demikian pula, Allah menjanjikan sebuah perjanjian baru pengampunan dan pembersihan dari dosa-dosa, berkaitan dengan suatu hati baru yang bersifat paripurna dan kehadiran Roh-Nya: “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya” (Yeh 36:26-27).

Dalam Kristus Yesus, kita telah dibuat ikut-serta dalam janji-janji Allah ini dan menjadi umat-Nya. Santo Paulus menulis: “Jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan ahli waris menurut janji Allah” (Gal 3:29). Melalui iman dalam janji-janji “perjanjian”, kita dibersihkan dari kesalahan dosa (lihat Ibr 9:14). Allah menuliskan hukum-hukum-Nya dalam hati kita, menempatkan Roh Kudus-Nya dalam diri kita (lihat Yoh 14:26; Rm 8:15-17), dan membuat kita menjadi “ciptaan baru” (lihat 2Kor 5:17) untuk memberi kesaksian tentang pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah. Janji-janji Allah kepada Abraham dalam perjanjian yang dibuat-Nya mengungkapkan warisan yang adalah milik kita melalui iman dan ketaatan.

DOA: Bapa surgawi, Allah yang Mahapengasih, kuduslah nama-Mu. Bebaskanlah kami dari noda dosa dan tolonglah kami agar tetap setia pada suatu cara hidup yang kudus. Bimbinglah kami juga kepada warisan yang telah Kaujanjikan bagi kami. Kami berdoa demikian, dalam nama Yesus, Tuhan dan Juruselamat kami, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persekutuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 8:51-59), bacalah tulisan berjudul “YESUS SUDAH ADA SEBELUM ABRAHAM ADA” dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 18-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2018. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2012) 

Cilandak,  20 Maret 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS